Episode 02

4 2 0
                                    

12 tahun kemudian, Mu Yang tubuh dengan baik dengan pengawasan dari Wei Xian hingga saat ini. Kini, mereka pergi ke suatu sungai di malam hari untuk melihat kunang-kunang yang berterbangan.

"Wei Xian, lihatlah, bukankah bunga biru ini sangat mirip dengan matamu?" Ucap Mu Yang melihat sebuah bunga berwarna biru di dekat semak-semak pinggir sungai.

"Anda benar, Kaisar Mu. Tapi kupikir warna merah lebih indah daripada biru, karena warna merah di mata anda adalah warna kesukaanku." Ucap Wei Xian tersenyum.

Mu Yang merona dan mengalihkan pandangannya kearah lain, tidak ingin Wei Xian melihatnya.

Setelah dua orang pengawal datang menjemput, Mu Yang dan Wei Xian pun kembali ke Kediaman Yu Yang.

Sudah dua tahun berlalu semenjak Yu Yang berhasil menenangkan pertarungan, namun nyawanya terancam dan kini kursi Kaisar di isi oleh Wu Yang dari Selir keempat, putra tertua di antara yang lain. Di hari kematian Yu Yang juga terjadi pembunuhan di Kediaman, dan kedua saudari Mu Yang adalah korban dari pembunuhan tersebut. Ju Ni juga sekarang sedang menunggu ajalnya datang, jantung yang lemah tidak akan bertahan beberapa hari lagi. Saat ini, hanya tinggal tiga putra dari tiga Selir berbeda.

"Kaisar Mu, bolehkah saya keluar Kediaman sebentar? Ada yang harus saya lakukan untuk besok." Pinta Wei Xian.

"Keluar? Aku ingin menitip sesuatu kepadamu, maukah kamu membelikannya untukku?" Tanya Mu Yang sambil melepas pakaian lapisannya.

"Baiklah, apa yang ingin anda beli?"

"Belikan aku tiga giok hijau."

Wei Xian pun pergi dan meninggalkan Kediaman untuk sementara. Sedangkan Mu Yang mengganti pakaiannya untuk menghadiri pertemuan, karena Wu Jiang akan di jodohkan dengan putri dari Kediaman Ji.

"Fei Ji, anda sangat cantik jika menggunakan gaun itu." Puji Selir keempat.

"Terima kasih atas pujiannya, Selir Lu Tian."

Mu Yang pun memasuki ruangan dan memberi salam, berjalan dan duduk di samping Kakak kedua dari Selir kedua, Bai Yang. Di sebelah Bai Yang pula ada Wu Yang duduk bersampingan dengan Fei Ji, calon isterinya. Tidak lama dari itu, perbincangan pun di mulai.

Di Toko giok, Wei Xian baru saja membeli tiga giok hijau juga sebuah kotak sedikit besar untuk hari esok. Dia segera kembali ke Kediaman dan memasuki kamarnya untuk menyimpan kotaknya.

Dua jam setelah berbincang, Bai Yang yang iri terhadap Wu Yang yang akan menikah dua minggu lagi segera pergi menuju kamarnya dan tidur. Wu Yang, Fei Ji dan Lu Tian sudah mabuk akibat meminum banyak anggur merah. Sedangkan Mu Yang duduk dibawah langit yang di hiasi dengan bintang yang mengitari bulan penuh.

"Bulan yang indah. Kapan terakhir kali aku melihatnya dengan Ayah, ya? Rasanya sudah sangat lama." Batin Mu Yang yang tampak sedih.

Dari sampingnya, Wei Xian yang melihat tidak ingin mengganggu dan pergi, kembali memasuki kamarnya dan berniat memberikan giok-nya besok.

Esok harinya, Mu Yang dan dua saudaranya pergi mengunjungi Kediaman Ji dengan satu kereta kuda yang sama. Sedangkan pelayan pribadi mereka termasuk Wei Xian berada di kereta kuda lainnya di belakang.

Setibanya, Mu Yang dan dua saudaranya memasuki Kediaman untuk merencanakan soal pernikahan dua minggu yang akan datang.

Bai Yang melihat pelayannya yang cantik, dia berdiri dan beralasan pergi berkeliling dengan pelayannya, Hu Jiang. Mu Yang yang juga merasa bosan meminta izin untuk berkeliling dengan Wei Xian di Negeri Ji.

Di luar Kediaman, Wei Xian memberikan pesanan Mu Yang yang belum ia berikan. Mu Yang menerima dua giok saja, meninggalkan satu giok untuk Wei Xian.

"Satu untukmu, anggap saja hadiah dariku karena sudah menjagaku selama ini. Meski kecil, bisakah kamu menerimanya?"

"Tidak, hadiah dari Kaisar Mu adalah hadiah paling besar untuk saya. Terima kasih banyak, Kaisar Mu." Tersenyum manis

Mu Yang merona dan membalikkan badannya, melanjutkan perjalanan untuk mengalihkan pandangan meronanya.

Sebelum pergi jauh, Mu Yang melihat Bai Yang memasuki sebuah rumah tua dengan Hu Jiang, tampak sangat waspada. Sebagai seorang adik, Mu Yang tidak ingin mengacau dan terus berjalan.

Siang hari menjelang, saudara Yang juga pelayan mereka pun berpamitan untuk pulang. Di perjalanan pulang, Mu Yang melihat wajah gelisah Bai Yang, sangat mengkhawatirkan dirinya.

Sesampainya, Mu Yang tidak sengaja melihat pemandangan gila di dalam kamar Bai Yang. Dia melihat Bai Yang sedang bermain dengan Hu Jiang, sangat panas sehingga Mu Yang tidak sengaja membuat suara saat melarikan diri.

Bai Yang keluar dari kamarnya setelah mengenakan kembali pakaiannya, melihat tidak ada orang di luar.

"Siapa tadi?" Batin Bai Yang tampak tidak mengetahui apapun.

"Kaisar Bai, apakah saya sudah boleh pergi membeli barang?" Tanya Hu Jiang sudah mengenakan pakaiannya kembali.

"Pergilah, belikan aku dua giok hijau." Jawab Bai Yang.

"Di mengerti." Berjalan pergi.

Takut rahasianya terbongkar, Bai Yang berniat untuk mencari orang yang mengintipnya bermain dengan Hu Jiang. Di saat dia ingin berbelok, dia bertabrakkan dengan Mu Yang.

"Ugh... Ka-kak Bai, maaf sudah menabrak mu." Ucap Mu Yang berpura-pura tidak nengetahui apapun tentang yang sebelumnya.

Mendengar sedikit suara desahan Mu Yang, Bai Yang terbangun dan menarik Mu Yang memasuki kamarnya. Bai Yang mendorong Mu Yang keatas kasur dan berniat untuk mencium bibirnya. Namun, Mu Yang membela diri sehingga menampar pipi kanan Bai Yang dengan wajah takutnya. Saat Mu Yang sadar telah menampar wajah Bai Yang, dia mengelus pipi Bai Yang dan meminta maaf.

"Kak Bai, maafkan aku, aku kelepasan!"

"Tidak, aku yang minta maaf. Apakah kamu takut kepadaku, Mu?" Tanya Bai Yang melepaskan tangan Mu Yang dari wajahnya.

"Kak Bai...? Aku takut? Aku tidak takut padamu, aku hanya terkejut karena Kak Bai bertindak seperti itu." Jawab Mu Yang tersenyum.

Bai Yang membelalakkan kedua matanya dan bertanya. "Bolehkah aku menciummu sekali?"

Pertanyaan itu membuat Mu Yang terkejut dan hendak menolak. Untung saja Hu Jiang tiba tepat waktu dan memasuki ruangan.

"Kaisar, saya sudah membelikan dua giok hijau yang anda pesan." Ujar Hu Jiang.

"Hu Jiang, kalau masuk kamarku ketuklah pintu." Ucap Bai Yang lantang.

Di kesempatan itu, Mu Yang meranjak dari kasur dan beralasan untuk mengunjungi makam Yu Yang di belakang taman dan pergi. Kepergiannya membuat kesempatan emas Bai Yang juga pergi.

"Hu Jiang, lain kali jangan menggangguku." Menatap sinis.

Di belakang taman, Mu Yang nenaruh satu giok hijau di depan makam Yu Yang dan berdoa untuknya.

Setelah selesai berdoa, dia membalikkan badannya dan melihat Wei Xian berdiri di belakangnya dengan kotak yang di beli oleh Wei Xian kemarin.

"Kaisar Mu Yang, selamat ulang tahun yang ke-22 tahun!"

BERSAMBUNG

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Reincarnation To Be The Youngest Emperor YangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang