A Drugs

1.7K 285 56
                                    


“Bahkan nark*ba yang sering kutelan bukan apa-apa mabuknya dibanding tatapanmu.”

- S A N Z U H A R U C H I Y O

.

.

.

.

.

.


Senin, hampir setiap anak-anak sekolah membenci hari itu, salah satunya [Full Name], si gadis dengan tatapan sayu. Dia bukan tipe orang yang mudah bergaul dengan sekitar, bisa dibilang gadis itu adalah seorang introvert. Memiliki teman dengan jumlah yang hampir bisa dihitung dengan jari tangan.

“[Name]!”

[Name] menolehkan wajahnya ke samping, tepatnya kearah suara tadi memanggilnya berasal. Kini ia sedang duduk di kursi halte sendirian, menunggu bus yang biasa ia tumpangi untuk pulang kerumah datang.

“Ada apa?” suaranya keluar, terdengar serak bak orang habis menangis.

“Kau mau pulang?” basa-basi si gadis bersurai coklat yang merupakan teman [Name], Mika namanya.

“Iya.”

“Boleh aku duduk di sampingmu?” tanya Mika yang masih berdiri, telunjuknya menunjuk tempat kosong di samping [Name].

[Name] mengangguk, Mika langsung saja mendudukkan dirinya, netra hijaunya berbinar.

“Kau menunggu bus ya?”

“Iya.”

“Kau selalu pulang dengan bus?”

“Hm, terkadang pulang jalan kaki.”

Mika ber-oh ria, “Rumahmu 'kan jauh, kau tidak lelah jika pulang jalan kaki?”

[Name] menggeleng, bibirnya mengutas senyum tipis, “Tidak. Aku malah suka jika pulang jalan kaki.”

“Begitu ya? Um.. kau harus berhati-hati, [Name]. Jika pulang jalan kaki sendirian, akhir-akhir ini banyak beredar kabar kalau ada terjadi pembunuhan berantai di sekitar daerah sini, dan diketahui jika pelakunya sama,” Mika memasang raut ngeri.

“Apalagi pelakunya masih belum bisa ditangkap,” Mika mengusap bahunya yang tiba-tiba merinding, “Dia masih bebas berkeliaran.”

[Name] mengerjapkan matanya, “Benarkah?”

“Iya, aku takut sekali, ya ampun!” Mika menutup wajahnya.

“Kau juga harus berhati-hati, Mika,” ucap [Name].

“Tentu saja,” Mika mengangkat dagunya, “Aku bahkan daftar les karate loh beberapa hari lalu, untuk jaga-jaga.”

[Name] terkekeh, “Bagaimana jika pembunuhnya sudah sabuk hitam karate?”

Mika melototkan matanya horror, “I-iya ya? Aduh, bagaimana ini?”

A Drugs [Sanzu Haruchiyo X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang