Mayores

65 12 1
                                    

Disclaimer : story pure from my wild imagination that popping up in the middle of the storm call workloads. Contains simple romance with a bit of comedy ( i tried ) and yes, a mess.

.

.

.

Mayores

Johnny Suh x Jaehyun Jung

.

.

.

Musim panas sebenarnya sangat menyiksa, mungkin bagi beberapa orang cuaca seperti ini sangat bagus untuk pergi ke pantai kemudian berjemur hingga kecoklatan. Untuk sebagian orang yang diberikan hari libur tentunya. Bukan untuk seorang pekerja lembur yang tidak diberikan uang tambahan dan juga hari libur. Restoran hari ini sangat ramai, penuh dengan turis dari Inggris dan Amerika, kulit kemerahan karena lupa mengoleskan krim anti matahari. Selayaknya kepiting rebus. Ya setidaknya ia senang karena bertemu orang dari negara dimana ia berasal, hidup di Barcelona membuatnya hampir lupa bagaimana rupa kampung halamannya di benua Amerika.

"Johnny! Un momento por favor!"

Lengkingan suara dari dalam dapur membuat langkahnya terhenti, tangan yang sudah menggapai knob pintu belakang membeku di udara. Derap langkah dari sepatu fantofel yang mengkilap terdengar buru - buru mendekat.

Baru saja ia ingin mengambil waktu istirahat dengan bernafas, tanpa tangannya penuh dengan cucian kotor dan juga sayuran serta lobster yang harus ia bersihkan. Tapi sepertinya ia harus menundanya sebentar.

"Ah iya, Pak Morales." Memasang senyuman yang mungkin agak aneh di wajahnya yang kusut, pria asal Chicago itu menghadap sang manajer yang tampak berusaha mengendalikan nafasnya. Salah siapa juga dia harus berlari, memangnya jarak dari dapur ke kantornya sejauh lapangan bola?

"Kau sedang tidak ada pekerjaan kan?"

Ya memangnya dia harus mengerjakan apa? Para chef sedang beristirahat karena restoran juga mulai senyap tanpa turis yang memenuhi seluruh ruangan dengan celotehan mereka. Johnny diam - diam memaki, tentu saja di dalam hati, bisa ditendang pantatnya jika Manajernya yang sedikit pelit ini tahu.

"No. Aku hanya akan pergi ke belakang, makan sandwich atau merokok."

Lalu merapikan kotak kerdus kosong yang dilemparkan begitu saja oleh para cecunguk yang sekarang sedang santai - santai di dapur. Motto restoran adalah menjaga kebersihan tapi lihat saja perilaku chef - chef yang hobinya bergosip itu.

"Kalau begitu bagus sekali!" Senyuman yang bagi Johnny sangat menjengkelkan terulas di wajah Morales, pria Hispania itu menepuk - nepuk bahunya seolah ia baru saja menang lotre dan menjadi jutawan sedunia. "Kau tahu, Juan sedang libur hari ini karena anjingnya sakit flu. Jadi tidak ada yang mengantarkan makanan! Dan kau tahu artinya kan? Makanan itu tidak bisa berjalan sendiri ke rumah para pemesan!"

"Dan itu berarti aku, sebagai kandidat yang paling cemerlang, akan mengantarkan makanan itu menggantikan Juan?"

Sialan. Ia paling tidak suka jika disuruh mengantarkan makanan, selain karena motor yang digunakan sangat tua dan bisa saja hancur jika ia naiki. Lajunya juga lambat, padahal pemasukan dari restauran bisa saja membelikan motor yang lebih bagus. Kemudian ia selalu menjadi tempat curhat oleh Juan, bahwa banyak pelanggan yang sangat menyebalkan. Ada satu kejadian memalukan, bahwa ia harus mengantarkan makanan masuk ke dalam sebuah klub yang berisi penari telanjang yang meliuk di atas panggung. Kasian anak yang baru berumur sembilan belas itu, ia harus kehilangan keperjakaan matanya yang berharga.

MayoresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang