It's Called "Project Date"

288 42 9
                                    

Hari itu bibirnya terbungkam tatkala seutas senyum teruntai dari bibir sang lawan bicara. Tak ada yang tau berapa milisekon Baji habiskan hanya untuk menetralkan detak jantung yang berirama makin kacau, buruk, sungguh hal yang buruk.

"—progress project yang lo pegang berapa persen Kei?"

Tersentak pelan, Baji berdeham dan mengalihkan fokus ke jurnal di tangannya, memberikan buku itu ke lawan bicara.

"Udah gue rangkum semua disitu, ada lah kalau dua puluh persen. Jujur aja masih bimbang buat nentuin budget, kalau ketinggian kasihan anak danus."

Netra Baji kembali bergulir menatap pahatan indah di depan, sekali lagi terheran, temannya itu manusia atau jelmaan malaikat? Kenapa rupanya sangat tidak masuk akal, terlalu indah. Pikirnya hiperbola.

"Buat rancangan dana lo nggak perlu khawatir sih Kei, anggaran di tangan bendahara. Toh emang jobdesk masing-masing anak itu tanggung jawab pribadi, pun kalau kesusahan bisa minta tolong kita kan, mending lo rancang semenarik mungkin biar acaranya sukses."

Kazutora Hanemiya, nama pemuda rupawan yang bisa buat Baji mendadak linglung, pusing, lemah, tak berdaya. Ini bukan hiperbola semata, karena nyatanya memang seperti itu.

Kazutora yang entah sejak kapan eksistensinya memporak-porandakan kinerja otak Baji hingga sedemikian rupa, mengisi tiap sudut pikirannya dengan senyum manis tak terelakkan miliknya. Baji terverifikasi sebagai pemuja makhluk indah bernama Kazutora.

"—Kei? Kei? Lo dengerin penjelasan gue nggak sih?"

Menenggak americano miliknya, Baji hanya tersenyum menanggapi, buat pemuda pemilik senyum manis kesal bukan main.

"Lo yang bener aja dong Kei, gue capek kalau lo mau tau. Udah dibilang gue nggak mau ya dipilih jadi ketua, si Hanma seenaknya ngusulin di depan banyak anggota! Mulutnya pengen gue lindes aja rasanya, sialan!"

Kazutora menggebrak meja tempat mereka duduk, sukses mendapat atensi dari setiap sudut pengunjung Kafe. Sedangkan Baji menunduk malu ke setiap orang dan meminta maaf karena telah buat sedikit keributan.

"Pulang aja lah gue kalau lo nggak niat diskusi—"

"Iya-iya maaf, tadi gue dengerin kok. Lo nya aja yang tiba-tiba emosi gak jelas Jut."

Tangan Baji terangkat, memanggil pelayan dan memesankan kue favorit Kazutora, untuk meredakan amarahnya tentu saja.

"Ya gimana Jut, nasi udah jadi bubur. Lagian lo juga cocok-cocok aja ini jadi ketua. Setiap detail lo perhatiin, gak ada miskomunikasi sejauh ini, tiap divisi tugasnya lancar. Kating sendiri ngakuin itu, bahkan nurut dan percaya sama keputusan lo, mau kalau lo suruh. Emang pusing, tapi yang namanya pengalaman mahal harganya Jut. Kapan lagi lo bisa ngelatih leadership gini kan?"

Baji tersenyum simpul, mengusak puncak kepala Kazutora untuk menyemangati. "Udah ah, jangan cemberut mulu lo, senyum dong yang manis. Biar gue semangat ngerjain bagian gue ini."

Kedua tangan Baji bersemayam di pipi halus Kazutora, menariknya ke atas agar membentuk lengkungan senyum indah yang amat ia sukai.

"Gini kan cakep, indah banget sih lo jadi orang? Asli, nge-cheat ya waktu pembagian kecakepan sama Tuhan?"

Pipi bersemu malu-malu? Jangan harap, yang kita bicarakan ini Kazutora, ia sudah kebal dengan untaian manis yang keluar dari mulut Baji.

Bukan pipi bersemu yang disuguhkan, namun pukulan keras berkali-kali di punggung Baji yang diterima, nasib.

Sudahlah. Anak muda kasmaran memang aneh tingkah lakunya.

Tapi Baji serius, Kazutora memang seindah itu. Baji terlanjur jatuh cinta, tak apa jika ucapannya dianggap sebagai candaan, suatu saat nanti Baji akan buktikan bahwa ia serius dengan cintanya.

_____________________________

— END at 536 words.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oneshot Collection - BajitoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang