🌙 Bulan 2

0 0 0
                                    


Semilir angin semakin malam semakin terasa dingin, tak urung membuat rambut berterbangan kesana kemari.

Tak terasa hari semakin larut, hingga tiba-tiba rintik demi rintik bulir air berjatuhan membasahi jalan yang kering.

Namun itu urung membuat ku beranjak dari duduk di kursi taman, sehingga membuat ku basah kuyup.

dretttt.... dretttt...

Bunyi heandpone membuat ku tergangu  dari lumunan .

"Bulan, nak kamu di mana? " Tanya seorang wanita paruh baya dengan nada khawatir yang tak lain adalah mama.

" Di taman mah"

"Ya ampun, ini hujan nak, pulang ya"

" Iya, ini bulan mau pulang " ( tersenyum)

Pulang! Kembali kerumah?

Rasanya sangat malas! Tapi bagaimana lagi jika tidak kembali ke rumah aku harus pergi ke mana?

Berjalan melewati guyuran air hujan membuat ku yang sudah basah bertambah basah.

Beberapa saat kemudian, sesampainya di rumah, setelah berganti baju aku berjalan ke dapur, berniat untuk membuat coklat panas agar tubuh ku tidak terasa dingin lagi, tapi ku urung kan ketika wekewati kamar mama dan papa.

"Mas, salah aku apa sih? , kenapa kamu selingkuh sama teman aku sendiri, hikss" Teriak mama.

" Kamu tau? Aku ngk suka sama kamu dari dulu, inget nis kita cuma di jodohin berhenti bersikap seolah-olah kita saling mencintai" Balas ardan ( papa)

"Iya aku tau mas, tapi apa salahnya kamu coba buka hati untuk aku!, "

" Ngk bisa, dan nggk akan bisa nis"

"Mas, kita berumah tangga udah 15 tahun, selama ini kamu ga pernh nganggap aku istri mu? "

"Setidak nya aku masih menafkahi kamu sama anak anak kamu kan? "

"Mereka anak kamu juga mas" Hiks.

"Bagiku bukan"

"Lantas kenapa harus 3 orang anak yang lahir kalo kamu tidak mengangap mereka anak anak mu! " Murka nisa.

"Aku ga pernah sudi mengagap mereka anak ku!! "

Degg!!!

Sesakit ini kah ya Tuhan, apa salah ku, kenapa sampai ayah kandung ku sendiri tidak mau mengangap ku sebagai anak nya.

'Hancur' 'sakit'

Cklekkk.

Seketika aku pun terkejut ketika pintu kamar mama dan papa terbuka dan segera kuhapus air mata ku, danku coba tersenyum ( pahit) papa berjalan melewati ku berita saja tanpa mau menatap ku.

"Bu-bulan" Ucap mama terkejut.

"Bulan ga papa mah" Tersenyum hambar

"Maafin mama nak"

"It's okay mah, bulan ke kamar dulu ya" Jawab ku sembari melepas pelukan mama.

.

Sesampainya di kamar aku pun merebahkan badan ku ke kasur, lalu ku tatap langit-langit kamar ku,

"Kapan bulan bisa bahagia Tuhan"batin ku

Tak lama kemudian segera ku ambil diary ku lalu tertulis subuah kata

-----------------------------------------

Diary 'Bulan aninditha putri'
21.00 wib.

                   Sunyi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang