MEMO

1.8K 157 89
                                    

Kedua tungkai jenjangnya melangkah dengan tergesa. Dinginnya malam itu menusuk hingga ke tulang, namun bukan itu alasan yang membuat adrenalin memacu detak jantung lebih cepat serta syaraf di otaknya memaksa tungkainya melangkah nyaris diambangnya. Seharusnya, dia bisa melakukan shift dan berlari secepat mungkin. Tapi, hal itu jelas akan merugikannya. Tubuhnya menabrak sesuatu, sontak saja ditarik dalam pelukan hingga ia yakin bahwa aromanya akan tertutup oleh bau si pelaku.

"Aku akan melindungimu, jangan takut." Sosok itu berbicara saat Seokjin berniat berontak. Sadar bahwa dirinya dalam bahaya, yang dilakukan Seokjin hanya mengangguk dan membiarkan tubuhnya dipeluk erat.

"Dia menghilang. Sial!"

"Kita kembali saja."

"Kalian terlalu lambat! Mengejar omega saja tidak bisa!"

Samar-samar, suara pemburu itu semakin hilang. Seokjin menghela napas lega kala akhirnya telinganya tak lagi mendengar derap langkah kaki para pemburunya.

"Sepertinya mereka sudah pergi." Sosok itu kembali bersuara bersamaan dengan pelukan yang dilepas. Seokjin sempat terhuyung dan pria itu membantunya sampai berdiri dengan baik, "Kau baik-baik saja?" Pria itu bertanya seraya memegangi bahu Seokjin dan menyejajarkan pandangan.

Seokjin menatap iris emeral pria itu, kemudian mengangguk lega, "Ya, terima kasih...?"

"Aku Kim Namjoon, dan kau?"

"Kim Seokjin." Jawab Seokjin sedikit gugup karena aroma Namjoon begitu kuat seolah mengelilinginya.

"Oh! Maaf, aromaku jelas akan menutupi aromamu." Namjoon menggaruk tengkuknya canggung. Kacamatanya ikut melorot dan ia tak buru-buru menaikkannya. Sampai ketika lelaki omega dihadapannya melangkah mundur—ketakutan. Namjoon dengan sigap melangkah mendekat, "A-aku tidak bermaksud jahat padamu, Seokjin. Aku sungguh hanya ingin menolong." Sergahnya cepat, tangannya secara refleks menarik lengan Seokjin.

Seokjin mengikuti arah tangan Namjoon ditangannya sendiri, menatap pria jangkung itu bergantian. Untuk pertama kalinya, ia merasa begitu aman didekat sosok Alpha selain mendiang Ayahnya. Seokjin mengangguk gugup dan perlahan raut cemasnya memudar—yang Namjoon dapat rasakan bahwa hawa disekitar Seokjin kembali menghangat pun aromanya tercium semakin samar.

"Kau pasti target selanjutnya." Ujar Namjoon saat keduanya sudah berada di sebuah ruangan kesehatan. Badan Eksekutif Mahasiswa Kedokteran membuat ruangan ini sebagai tempat dimana mereka bisa menyalurkan kemampuan mereka dengan membantu mahasiswa lain. Seperti saat ini, Namjoon tengah mengobati luka dikaki Seokjin. Lelaki itu berkata bahwa ia sempat terjatuh saat sekumpulan Alpha pemburu tadi mengejarnya.

Seokjin mengangkat kepalanya bingung, "Huh?"

"Itu Jungkook dan kawanannya, Taehyung dan Yoongi." Jelas Namjoon, ia tahu kalau Seokjin adalah mahasiswa baru di Kampus ini. Tentu lelaki itu tak mengenal siapa ketiga Alpha tersebut, pun tak tahu mengapa Alpha pemburu itu mengejarnya. "Tiga Alpha dari klan terbesar di wilayah ini. Mereka adalah Alpha Pemburu di Kampus ini. Memburu Omega Pria hanya untuk dilecehkan. Dan kau adalah salah satunya."

Kedua mata Seokjin membola kaget, "Ba-bagaimana bisa mereka—"

"Kau pasti melakukan serangkaian tes, termasuk tes secondary sex-mu. Lagipula, chocker dilehermu sudah menunjukkannya." Jelas Namjoon dan Seokjin baru menyadari chocker dilehernya yang membuat siapapun tahu bahwa dia adalah seorang omega.

My Enemy, My OmegaWhere stories live. Discover now