Chapter 07

281 34 2
                                    

***

Jae berlari menuju ruang UKS, dia begitu mencemaskan sang adik yang tadi dia lihat tak sadarkan diri.

Tanpa ragu jemari itu membuka pintu membuat Kiya dan Embun meliriknya. "Gimana? Gigi udah sadar?"

Kiya menggeleng pelan. "Belom, tadi kata perawat Gigi syok tapi selain memar di kepalanya dia nggak papa. Kita tunggu aja sampe dia bangun."

"Syukur deh, gue lega dengernya." Jae mendekati Gigi dan duduk di tepi ranjang. Jemarinya terangkat, Jae menyentuh memar di dahi gadis itu. "Emang dasar kurang ajar itu anak, berani-beraninya dia bikin Gigi kek gini."

Mendengar itu Kiya yang tersadar dengan cepat melirik sang adik. "Jae, itu anak elo apain? Nggak elo bunuh kan?"

"Kalo bisa sih bakal gue lakuin tapi si Candra terus-terusan ngehalangin gue." Jae melirik Embun yang terdiam di tempatnya membulat gadis itu menunduk karena tatapan Jae.

"Tapi syukur deh kalo gitu, elo nggak bakal di deportasi sama Mama Papa."

"Ya gila aja kalo sampe kejadian."

Kiya tersenyum samar, dia melirik Gigi yang masih belum sadar. "Jae gue titip Gigi ya, sekarang gue harus ke ruang guru. Gue musti tahu hasil dari saran anak-anak soal pensi, nanti kalo gue lama kalian bedua bisa pulang duluan."

"Beneran? Nggak mau ditungguin aja."

"Nggak usah, entar gue juga mau bareng Kai."

"Tumben?"

"Si Papa pengen ketemu, dari kemaren nanyain dia mulu."

Jae tersenyum melirik Kiya yang berdiri dengan segera. "Biar kalian bedua itu akur, maksud Papa baik kok gue setuju."

"Jangan mulai deh. Udah ya, gue keluar dulu."

"Iya."

Jae melirik Kiya yang melangkah menuju pintu dan tersenyum. "Terus aja ngelak, entar juga bucin." Jae yang kini tersadar jika Embun juga ada di sana berdehem seketika.

Matanya melirik gadis manis yang masih mengenakan pakaian olahraganya itu.

"Si Haikal mana? Kok elo sendiri?"

"Itu Bang, dia keluar pas Kak Kiya minta tadi."

Jae mengernyit terkejut. "Gitu aja?"

"Maksudnya?"

Jae menggeleng cepat dan kembali menatap Gigi, jemarinya merapikan anak rambut yang menutupi dahi adiknya itu. "Biasanya paling ngeyel tu anak." lirinya yang hanya bisa didengar seperti gumaman oleh Embun.

***

Gigi duduk di sofa ruang keluarga,gadis itu sudah seperti ratu saja. Sejak kepulangannya ke rumah, semua orang melayaninya dengan sangat baik.

Sang Papa bahkan tanpa ragu menyuapi gadis itu buah. Dia tersenyum melihat Gigi yang makan dengan lahap.

"Bik Ina, ambilin susunya dong."

"Iya Nya." Yunita tersenyum menghampiri keduanya seraya membawa beberapa camilan kesukaan Gigi.

"Sayang, ini cobain."

Gigi membuka mulutnya menerima suapan sang Mama. Meski dia sudah lelah karena perut yang mulai penuh, namun Gigi tak bisa menolak perhatian orang tuanya itu.

"Pinter, makan yang banyak ya."

Yunita tersenyum melirik sang asisten yang mendekat sambil membawa segelas susu putih untuk putrinya.

Posesif!! My Bro & Sis ( Haechan X Giselle )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang