Pagi-pagi, saat Nana akhirnya resmi menyandang status sebagai mahasiswi, Joy yang memang memiliki kelas berbeda dengan Nana menyempatkan diri untuk bertemu. Ada hal yang perlu untuk dia pastikan
"Lo seriusan pacarnya kak Arka?" Nana meringis mendengarnya, kelas sudah ramai dari tadi menunggu dosen pertama masuk. Nada suara Joy yang bertanya pasti sampai pada indra pendengaran teman sekelasnya karna memang suara Joy itu keras dan agak cempreng.
Kemarin sore di detik-detik penutupan ospek, kabar yang Joy dengar dari berbagai kalangan dan sumber itu agak mengusiknya. Dan Nana juga ikut teringat bahwa selepas adegan Arka mengakuinya sebagai pacar di kantin kemarin, nama Nana seketika jadi tranding di group kampus secara menyeluruh dan dijadikan hot topic yang sedang di bahas.
"Joy.. lo jangan marah" Nana bingung mau menanggapi bagaimana, satu sisi ia kesal karna ini membuat Nana tidak nyaman dengan reaksi orang-orang yang ternyata diluar dugaan Nana. Arka sangat populer di kampus. Wajar kalau penggemarnya ada banyak, Nana juga takut Joy marah karna perempuan itu sudah dengan berbunga-bunga dan tulus menulis surat cinta untuk Arka yang di bacakan di depan banyak orang, walau Nana tidak bisa munafik, sedikit hatinya merasa senang untuk ini.
Tapi untuk mengakuinya secara langsung Nana tidak berani, bisa jadi Arka hanya menggertak Dirga saja. Tapi buat apa juga? yang jelas, Nana tidak bisa mengakui di depan siapapun kalau Arka adalah pacarnya karna memang Arka tidak begitu. Arka tidak pernah datang padanya dan mengajak pacaran.
Hari itu mereka pulang bersama karna Arka mengawasi Nana, Arka punya banyak peluang untuk menjelaskan maksud ucapannya tapi pria itu diam saja seakan tidak terjadi apapun. Ia langsung menyuruh Nana masuk dan istirahat begitu juga dia. Arka langsung masuk bahkan saat Nana masih menunggunya. Itu juga membuat Nana menangis di kamarnya malam itu.
Nana merasa di permainkan, tapi tidak bisa marah pada Arka.
"Clarinna jawab!" Joy membentak
"Loh, emang kenapa kalau kak Arka sama Clarinna pacaran? Urusannya sama lo apa? toh mereka udah lama kok pacarannya" Gadis yang duduk di sebrang Nana menyahut tidak terima karna joy membentak Nana, yang orang-orang tau sebelum menjadi mahasiswi disini, Nana sudah jadi pacarnya Arka. Padahal itu tidak benar sama sekali
"Gue tanya ke Clarinna, gak usah ikut campur lo!' Intonasi suara Joy membuat Nana agak takut. Nana tidak pernah mendengar bentakan dari orang lain untuknya. orang tua Nana tidak pernah dan Nana juga takut akan keributan atau pertengkaran.
"Nana temen gue, gue belain temen gue, mau apa lo?!" Nana sebenarnya tidak tau gadis yang balas membentak Joy ini bernama siapa, bahkan sedari tadi duduk berdampingan tidak ada percakapan yang terjadi.
Joy mendengus lalu meninggalkan kelas Nana dengan langkah cepat, gadis yang membalas Joy itu melirik Nana
"Lemah amat lo jadi orang, ngelawan dong kalo lo gak salah" Katanya, bukan Nana tidak tau caranya melawan, ia hanya bingung mau menanggapi bagaimana situasi ini. Jujur Nana takut Joy tidak mau berteman dengannya lagi, bagaimana pun juga Joy adalah temannya yang pertama.
"Iya, maaf ngerepotin kamu" Gadis itu menggeleng dengan senyum lebar
"Gak papa, nama gue Rani btw" Nana mengulurkan tangan agar mereka saling menjabat, syukur karna Nana punya satu orang yang bisa ia ajak bicara di kelas ini.
________
Karna baru hari pertama, kelas juga belum bisa dikatakan belajar. Dosen kebanyakan memperkenalkan diri dan juga memberitahukan sistem atau caranya dalam mengajar. Maka jam sebelas siang, sudah tidak ada lagi dosen yang masuk. Nana mengiyakan ajakan Rani yang mengajaknya makan sebelum lanjut kelas lain kalau misalnya ada.
"Lo gak ada ajakan makan siang dari kak Arka kan?" Nana menggeleng, boro-boro ajakan makan siang. Tidak ada satu pun pesan dari Arka bahkan karna kesal, Nana meminta bagas dengan sedikit paksaan untuk mengantarnya ke kampus. Arka menghilang setelah membuat kekacauan. Tentu orang lain tidak akan berani mendatanginya dan minta klarifikasi, jadilah Nana yang harus menanggung semuanya.
"Kamu mau pesan apa? Biar aku pesenin" hitung-hitung sebagai tanda terimakasih karna Rani sudah membantunya jauh sementara dari Joy. Tapi sebenarnya Nana tidak ingin pertemanannya dan Joy hanya sampai sini saja. Apalagi cuma karna laki-laki
"Gue apa aja, gue gak pilih-pilih kalo soal makanan" Nana mengangguk lalu berjalan ke stand yang menjual bakso, Nana sempat mengirimi pesan untuk Friska apakah bisa makan bersama atau tidak, dan karna ternyata kelas mereka berjauhan kasian Friska kalau harus jalan jauh-jauh. Nanti jam istirahat keburu habis makanya sebaiknya lain kali saja.
"Gimana? rasanya setelah resmi jadi mahasiswa?" sepertinya, Rani tipe orang yang mudah bergaul dan cari teman. Di kelas tadi dia cukup aktif sampai hampir satu kelas sudah jadi temannya. Tapi untungnya dia memilih Nana untuk makan bersama
"Aku berharap semoga ini lebih baik dari masa SMA" Banyak orang bilang, masa SMA adalah masa paling indah. Tapi Nana tidak menemukan indahnya dimana. Disaat teman-temannya melakukan banyak hal bersama, Nana justru merasa dia sendiri, dan itu susah bagi Nana untuk mendapatkan banyak teman yang cocok dengannya, disaat semasa sekolah dulu teman-temannya sudah gonta-ganti pacar Nana malah stuck di Arka.
"Lo usahain aja, gak bakal ke ubah kalo gak lo ubah sendiri" Kata Rani terdengar bijak, iya. Mungkin Nana harus mencoba lebih terbuka, membiarkan orang-orang masuk ke hidupnya bak sebuah rumah.
Yang datang di sambut yang ingin pergi di persilahkan.
"Lo sama kak Arka sengaja pacaran sembunyi-sembunyi?" Karna Rani agak heran, Arka sama sekali tidak mendatangi pacarnya padahal kelas Arka tidak jauh dari sini. Lima menit mungkin sampai. Atau Arka adalah tipe pacar yang cuek?
Nana kembali pada kebingungannya, ini semua karna Arka.
"Kok dia gak nyamperin lo sama sekali?" Marna setau Rani, kalau sudah cinta dan sayang apalagi ini adalah pertama kalinya Nana disini, Arka sebagai pacar harusnya support sedikit.
"Arka, sibuk" Nana menjawab asal, lalu kembali pada baksonya yang hanya ia makan sedikit-sedikit
"Dia pacar lo, tapi senior kita juga jangan asal Arka-Arka aja lo manggilnya." Nana tersenyum kikuk, kebiasaannya memang begitu tidak memanggil Arka dengan embel-embel lain.
Nana merasa ponselnya yang berada di saku blazernya bergetar, Nana sampai gemetaran karna mendapati pesan Arka yang mampir ke ponselnya.
Sorry gue gak bisa nemuin lo hari ini, makan yang bener nanti gue jemput kita pulang sama-sama
Hanya itu isi pesannya, tidak ada yang istimewa. Tapi kenapa ribuan kupu-kupu justru menghampiri Nana? jantung Nana pun agak bertalu terlalu kencang.
Arka seakan merasa bersalah karna tidak sempat mengunjungi pacarnya dari tadi.
"Di chat pacar ya? muka lo langsung beda" Nana tersadar, tanpa membalas pesan Arka ia kembali lanjut makan.
Satu sisi memang ia senang, tapi sisi lain ia harus tau diri Arka mungkin hanya salah bicara saja waktu itu. Nana tidak ingin berharap banyak. Karna semakin tinggi dia berharap akan semakin sakit kalau sampai nanti dia jatuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA✓
Chick-LitKalau Arka yang judes dan sarkas lalu bertemu dengan Nana yang ceria dan berhati selembut gulali? Apakah akan mengubah Arka?