3

52 7 0
                                    


Hiruk pikuk anak-anak muda yang asyik bercengkrama satu sama lain, bertukar candaan dan gurauan. Suara tawa yang menggema. Dentuman musik yang terdengar kencang dari sound system. Peluh yang mengucur di tubuh mereka yang menggerakkan badannya mengikuti alunan lagu. Dentingan botol-botol kaca, kaleng-kaleng yang saling beradu. Hentakan kaki yang diselimuti sepatu-sepatu keren bergerak lincah dan terpadu.

Malam hari di Shibuya tak pernah tidur, tak pernah sepi, tak pernah mati.

"Teman-teman! Akhirnya! Akhirnya, event favorit yang selalu kita nantikan setiap bulannya, tiba juga! Are you ready for a dance?"

"Yeaaah!!!"

"Passionate proudly presents! 'Bounce To Night' starts, now!"

Suara sang disc jockey yang berdiri di panggung kecil memantik sorak sorai orang-orang yang hadir tanda acara inti sudah dimulai. Tidak seperti malam-malam biasanya, Bounce To Night adalah event di mana semua orang yang hadir bebas berdansa apapun dan dengan siapapun di panggung eksibisi. Biasanya akan ada orang yang menari sendiri, ada juga yang menari dalam duet atau trio atau dalam grup. Beberapa ada yang saling memamerkan kemampuan dance individu maupun tim—battle dance, lebih tepatnya. Apapun bentuknya pada dasarnya mereka mempunyai tujuan yang sama, ingin menjadi spotlight, ingin menguasai panggung, ingin memiliki seluruh atensi orang-orang yang terpesona dengan kemampuannya. Mencamkan eksistensi dirinya di ingatan orang-orang sebagai yang terbaik.

"Ayo, Ren, Kishi-kun! Kita juga ikutan!"

Kaito menggamit lengan kedua sahabatnya menuju meja yang ada di dekat DJ, berniat mendaftarkan diri. Ada dua orang staf, satu laki-laki dan satu perempuan sedang sibuk mencatat dan melayani pendaftaran. Di depan mereka, antrian cukup panjang sudah membentang.

"Kalian saja yang maju, aku tidak ikutan," Ren melepas lengan Kaito, menghentikan langkahnya.

"Eh, kenapa? Kau tidak enak badan?" tanya Kishi heran. Ren menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Tidak apa-apa, aku hanya sedang tidak ingin saja."

Kaito menatap wajah Ren lamat-lamat, tak lama sudut kiri bibirnya terangkat ke atas.

"Hmm, ya sudah kalau begitu. Ayo, Kishi-kun, nanti kita tidak kebagian giliran!" Kaito menarik lagi lengan Kishi, meninggalkan Ren di belakang, "Bagaimana kalau kali ini kita mencoba battle dance?"

"Eh, tidak mau! Aku tidak cukup percaya diri kalau untuk battle dance. Perform yang seperti biasa saja, lah."

"Eh~ padahal dance Kishi-kun jago, kok. Ayolah, sesekali!"

Ren hanya tersenyum tipis melihat kedua sahabatnya berdebat mengenai penampilan mereka. Sebenarnya ia ingin bergabung dengan mereka seperti biasanya, namun ternyata ia masih tidak ada mood untuk menari. Tentu saja, apalagi penyebabnya kalau bukan karena laki-laki itu.

Sudah satu bulan laki-laki itu tidak menampakkan dirinya. Seawal dan seakhir apapun Ren berada di Passionate, sosok laki-laki itu tetap tidak ada di sana, di dinding atau tiang jalan tempat ia biasa bersandar menyaksikannya.

'Apa malam ini juga dia tidak datang?'

Menghela napas, Ren mencoba menenangkan dirinya yang harap-harap cemas. Ia berjalan mendekati vending machine yang ada di dekat dinding ruko, membeli sekaleng kola dingin. Lalu kembali ke tempat semula, menunggu giliran tampil kedua sahabatnya.

Malam semakin larut, penampilan demi penampilan berlalu. Kaito dan Kishi yang akhirnya menampilkan battle dance melawan tim yang beranggotakan satu laki-laki dan satu perempuan, berhasil memeriahkan suasana, mencuri perhatian. Hujan tepuk tangan dan sorak sorai orang-orang menggaung, mengapresiasi kemampuan dance dari kedua tim. Tentu saja Ren ikut bertepuk tangan, bangga dengan performa kedua sahabatnya. Sedari awal, kedua sahabatnya itu memang sudah jago dance, terutama Kaito yang juga bersekolah dance dan sempat menjadi juara lomba dance di kota kelahirannya saat masih kecil. Kishi tidak bersekolah dance, tetapi ia memiliki kemampuan fisik yang baik sehingga mudah baginya untuk bergerak bebas, hanya saja ingatannya tidak begitu kuat sehingga butuh waktu untuk menghapal koreo yang dibuat oleh Kaito.

We Could be the SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang