1

786 100 51
                                    

Pagi datang lagi hari ini, matahari melambai pada bulan yang mulai terbenam, menggantikannya menerangi bumi dengan sinarnya yang hangat.

Matahari taklah pilih kasih, ia menyinari semua daratan tanpa terkecuali. Semua orang dapat merasakan hangatnya kasih lewat cahayanya yang membawa serta berkah kehidupan.

Cahaya hangatnya mengetuk setiap jendela, menyampaikan kabar gembira bersama angin yang berhembus pelan dan kicau burung yang menyanyi riang.

"Ah, halo lagi dunia," senang dan riang dalam suaranya tak begitu terlihat, tapi percayalah bahwa pemuda yang baru saja menyapa sang mentari lewat jendelanya yang terbuka itu amat dipenuhi rasa syukur karena hari ini masih bisa berjumpa dengan satu-satunya pusat tata surya di alam semesta.

Nanase Tenn namanya, seorang sulung dari keluarga yang hampir terlupakan oleh dunia. Keluarga sederhana yang tak haus akan glamornya dunia, yang bagi mereka kebahagiaan diantara anggotanya sudah cukup dan tak ada yang lebih baik darinya.

Tenn itu berperawakan sedang, tidak tinggi, tidak pendek juga. Tapi kalau sudah kumpul bersama dua sahabat dekatnya, kurcaci lah julukan untuknya. Helai mahkotanya sewarna sakura saat manik matanya memancarkan cahaya pink kemerahan layaknya delima. Kulit putih dan bibir tipis itu juga ikut menambah kesan rupawan.

Kalau ada sulung pasti ada bungsu, Tenn bukanlah satu-satunya orang yang menghuni rumah tua itu. Ada satu lagi, cahaya hidup yang ia andalkan selain matahari. Adik kecilnya, Nanase Riku yang tahun ini berusia 12 tahun.

Adiknya, Nanase Riku itu istimewa. Tenn harus sabar menghadapi kondisinya. Lahir dengan asma yang diturunkan dari nenek mereka, dan anggota gerak bawah yang tak bisa berfungsi sebagaimana mestinya mengharuskan anak itu mengenakan kursi roda kemanapun ia pergi.

Mungkin beberapa orang berpikir bahwa mereka hanyalah dua saudara yang ditelantarkan oleh orangtuanya dan berakhir tinggal di sebuah rumah tua yang bahkan tak lagi layak disebut rumah. Tapi biarlah anjing menggonggong asalkan tidak menggigit. Biarlah tetangganya bergosip asalkan tak ada tindakan nyata yang membahayakan nyawa mereka.

Orang lain pasti menganggap anak seperti adiknya sebagai beban keluarga. Tapi bagi Tenn, Riku adalah anugrah yang tuhan hadiahkan untuk keluarga mereka. Terlepas dari segala kekurangan yang dimilikinya, Riku tetaplah anak yang imut dan penuh semangat. Dia adalah sumber energi Tenn selain makanan.

Decitan dari lantai kayu tercipta begitu Tenn turun dari tempat tidur dan melangkah menuju ranjang sang adik. Keduanya berbagi kamar dan itu hal yang menyenangkan. Bayangkan kau bisa mengobrol dengan saudaramu hingga larut malam tanpa takut ketahuan.

Rumah tua ini telah menjadi istana untuk keduanya selama bertahun-tahun, menjadi saksi bisu tawa dan tangis Tenn bersama Riku, ayah, dan ibu.

Bangunannya memang terbilang kecil, semua di tempat itu serba minimalis. Dapur, ruang makan, dan ruang keluarga berada dalam satu ruangan. Tidak ada ruang tamu, toh tak pernah ada yang berkunjung ke rumahnya selain Izumi kecil dan beberapa bajingan lain.

Tempat ini bukanlah kampung halaman mereka, Tenn lahir dan besar di kota, tapi setelah kehadiran Riku, orang tuanya memutuskan pindah ke pedesaan yang udaranya lebih bersih.

Tenn tak perlu takut bila terjadi sesuatu pada sang adik, kambuh misalnya? Ia bisa membawanya ke Unit Gawat Darurat terdekat yang jaraknya hanya 500 meter dari rumah.

Tenn seorang mahasiswa, biasanya ia akan menitipkan Riku di tempat keluarga Izumi kalau sedang kuliah. Keluarga yang terdiri dari pasangan suami-istri dan dua anak laki-lakinya yang begitu harmonis. Si kakak Mitsuki 2 tahun di atas Tenn, sedangkan adiknya Iori seumuran dengan Riku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Leaves In AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang