Laki-laki muda berkumis tipis berjalan sembari mengelus lengan dibawah terik matahari yang tampaknya terasa membakar kulitnya. Kecap mulut laki-laki itu setanda dengan haus yang mungkin makin menjadi, meneruskan langkah hingga mencapai pohon yang sedikit rindang dengan empat tempat duduk yang memutari pohon. Duduk menghela napas di salah satu kursi. Kali ini Surakarta berbeda dengan biasanya, lalu lalang kendaraan benar-benar padat semakin memberikan suasana sesak di bawah panas yang menerik. Melepas tas yang sedari tadi ia gendong dibelakang, kesampingnya.
“Mau minum?”
muncul seorang perempuan yang duduk dikursi sebelahnya, ia tidak tahu sejak kapan perempuan itu duduk disana. Matanya menoleh ke perempuan disamping-Nya.
“Hah?” jawab laki-laki itu dengan kaget.
“Hah... Hah... Nih minum.” Ucap perempuan itu sembari mensodorkan minum.
Wajahnya masih mengeluarkan mimik kaget, tapi tanganya dengan tidak sadar mengambil minum yang telah disodorkan perempuan itu.
“Udah minum aja.” Ucap perempuan lagi dengan senyum di bibirnya yang merah.
“Em... Makasih ya, tapi mba udah minum?” ucap laki-laki itu dengan malu.
“Nih masih ada.” Meperlihatkan minuman di sampingnya.
Sepertinya suasana dari panas terik berubah perlahan menjadi canggung, raut muka malu dipancarkan dari mata laki-laki itu.
“Hei... Yuk balik.” Saut suara perempuan dari kejauhan memanggil perempuan disamping laki-laki itu.
Suasana yang canggung sesaat langsung berubah menjadi riuh kembali seperti suara perempuan disana memecah semua kecanggungan.
“Udah selesai?” ucap perempuan disamping laki-laki itu.
“Udah...” saut perempuan dari jauh sembari berjalan menuju perempuan disamping laki-laki
“duluan ya...” ucap perempuan disamping laki-laki itu sembari melempar senyum dan beranjak menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendung Berkelanjutan
RomanceCerita dari seorang remaja laki-laki yang berjibaku dengan lara