Siapa?

3 0 0
                                    

Siapa?


        Bunyi pintu dibuka, masuk seorang laki-laki berpenampilan lusuh, kulitnya kotor seperti terkena debu polusi. Ditaruh tas ransel yang ia gendong ke lantai dipojok kamar berukuran empat kali tiga meter, tanpa melepas sepatu ia merebahkan diri di kasur yang mungkin membuatnya nyaman.
        Tiba diantara sayup ramai yang menghening, pikiran yang sepertinya melepas semua kepenatan hari ini. Ia teringat perempuan yang memberinya minum siang tadi, ah sial aku lupa berkenalan dengan perempuan itu. Wajahnya memancarkan ekspresi kekecewaan.
“Siapa perempuan itu? Apakah dia seperkuliahan denganku? Tinggal dimana? Ah sial” pikiranya yang terus memikirkan perempuan itu, rasa penasaran yang besar mendatanginya, Matanya terpejam tapi pikiranya terus memikirkan perempuan itu, sesampai dipenghujung matanya hingga tertidur.
         “Beep... Beep... Beep...” Alarm berbunyi, laki-laki itu terbangun dari tidur penasaranya. Jam menunjukan pukul 06.15 wib. Laki-laki itu beranjak dari kasur empuk yang membuat dia lupa dengan kepenatan hari-harinya. Segera ia membersihkan diri dan bersiap ke kampus, sepertinya ada matkul pagi hari ini.

“Jreg.. jreg.. treng.. teng.. teng..” suara bising vespa terdengar dari halaman kos laki-laki itu.
          Universitas ternama di surakarta, banyak juga mahasiswa atau mahasiswi dari luar daerah bahkan dari luar pulau. Laki-laki itu sampai di parkiran fakultasnya, menstandarkan vespanya dipojok parkiran dibawah pohon yang rindang sembari melepas helm tanpa kaca. Laki-laki itu berjalan menuju gedung tinggi berlantai empat, menaiki tangga hingga sampai dilantai tertinggi gedung itu. Banyak mahasiswa yang sudah duduk rapi di ruang kelas, gerak gerik laki-laki itu menuju bangku kosong di belakang ruang itu lalu berjalan mendekati untuk duduk, melapas tas ransel yang ia gendong ke samping kursi, sembari membuka dan mengeluarkan komputer jinjing.

“maaf, saya terlambat. Hari ini saya ada rapat. Mata kuliah hari ini saya liburkan.” Suara dari depan ruang kelas nampaknya dosen dengan nada terburu-buru.

“Yahh...” suara kecewa dari mahasiswa yang sudah hadir dalam ruang kelas.

“mata kuliah akan diganti besok jam sembilan pagi. Mengerti?” ucap dosen tersebut.

“Yah pak, besok kan hari minggu.” Ucap para mahasiswa.

“Ya saya tidak mau tau, besok yang tidak masuk kelas akan saya beri nilai C” ucap dosen dengan nada mengancam

“Baik pak. Laksanakan.” Suara mahasiswa lemas, kecewa atas seruan dosen tersebut.

           Memasukan komputer jinjing kedalam tas, lalu berjalan turun menelusuri tangga. Laki-laki itu berpapasan dengan perempuan, sepertinya laki-laki itu tidak asing dengan perempuan itu. Laki-laki yang berjalan itu memperpelan langkah kakinya.

“Hai...” ucap laki-laki itu dengan nada memanggil.

“Eh, haii” saut perempuan dari depan kirinya sembari menengok ke arah suara.

“Kamu..... Yang kemarin ya? Sepertinya aku enggak asing sama kamu?” mengerenyitkan dahi sembari menatap perempuan itu.

Perempuan itu lupa-lupa ingat, sambil mengingat

“Oh... Iya. Kamu cowo yang duduk di bangku itu kan?” sembari mengangguk dan mensodorkan tangan untuk bersalaman.

“Sarah...”

Menerima sodoran tangan lembut lalu menggenggamnya.

“Zev... Zevanya.” Ucap laki-laki itu dengan lemparan senyum.

“Oh ya, mau kemana? Ucap Zev.

“Mau ke kantin” jawab Sarah

“Yaudah bareng aja, aku juga mau ke kantin.” Ucap zev dengan nada mengajak.

Singkat cerita mereka berdua berjalan menuju kantin.
       Mata mereka menyapu bangku di dalam kantin yang nampaknya penuh, terlintas di mata Zevanya dua bangku kosong di area luar kantin.

“Rah, kamu duduk dulu disana. Oh iya, mau pesen apa biar aku pesenin.” Ucap Zevanya sambil menunjuk bangku kosong di luar kantin.

“Air mineral aja” Saut Sarah menoleh sembari berjalan menuju bangku kosong di luar kantin.
       Sarah duduk sembari melepas totebag yang ia jinjing di bahu kirinya, ia letakan di atas kedua pahanya. Zevanya dari arah kantin berjalan mendekatinya, mensodorkan air mineral yang baru saja ia beli. Duduk didepan Sarah. Mereka hanya tersekat meja kayu yang sedikit kusam oleh waktu.
“Nih..” sembari mensodorkan air mineral
“Makasih.” Ucap sarah sembari menganggukan kepalanya.

       Mungkin di dalam hati Zevanya berkata “betapa beruntungnya aku bisa bertemu dengan perempuan ini lagi” sembari tersenyum saat pikiran itu terlintas di otaknya.

“Sarah kuliah disini?” Sedikit percakapan dari Zevanya untuk meleburkan suasana yang sedikit canggung.
“Iya kuliah disini, kamu juga?” jawab Sarah sembari menoleh kewajah Zevanya di depannya.
“Iya disini juga, tapi kok aku jarang liat sarah di fakultas ini?” Daya tarik Sarah semakin memikat, menyebabkan Zevanya semakin ingin memperoleh informasi tentang Sarah.
“Iya, aku sebenernya anak fakultas hukum. Tadi cuman ketemu temen aja disini.” Ucap sarah.
“Semester berapa?” tanya Zevanya.
“Udah semester akhir, tinggal skripsi. Kamu sendiri gimana?” jawab sarah sembari mensodorkan pertanyaan.
“Sama, sekarang juga lagi nyusun skripsi” jawab Zevanya.
“Oh iya, maaf. Aku engga bisa lama-lama. Ada acara sama temen-temen.” Timpal Sarah sembari melihat jam di tanganya.
“Jadi mau pergi sekarang?” tanya Zevanya kecewa, tetapi masih bisa menyembunyikan raut wajahnya.
“Iya. Udah ditungguin masalahnya.” Jawab Sarah sembari berdiri.
“eh ini birapa?” memperlihatkan air mineral ditanganya.
“udah bawa aja, itung-itung ganti air mineral yang kemarin” Jawab Zevanya sembari tersenyum. Terlintas sedikit pikiranya untuk mengantarkan Sarah, tetapi itu cuman di pikiranya. Mulutnya kurang berani mengucap kata itu.
“Yaudah, aku duluan.” Menunduk sembari perlahan berjalan menjauh, hingga akhirnya punggung Sarah menghilang dari jarak pandangnya.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mendung BerkelanjutanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang