12. 🙈👉🏽👈🏽

269 23 2
                                    

💌

Malam ini tak banyak berbeda dari malam-malam yang kedua sejoli baru itu habiskan sebelumnya.

Hanya saja terdapat sedikit pergeseran hasrat dilihat dari bagaimana Joy menatap Irene yang tengah sibuk di sudut unit apartemen Joy, bersiap-siap untuk mengeluarkan diri dari tempat itu.

Jari-jari Joy tampak tak berhenti mengetuk siku tangan lain dalam posisi bersedekapnya, yang memiliki ritme nan sama persis dengan tutukan ujung kaki Joy pada permukaan lantai kayu di bawahnya.

Mata Joy seakan tak bosan dan bahkan tidak terasa panas meski telah bertahan tak mengedip selama beberapa saat hanya demi memandangi figur Irene.

"Joohyun..."

Dimulai dari panggilan singkat  yang hanya dibalas lewat gumaman rendah oleh pihak lebih tua tanpa sedikitpun kontak mata, Joy beralih menggigiti kuku telunjuk kanannya.

Irene terkadang bisa menjadi seseorang yang begitu sensitif dalam hal perasaan sehingga sukses membaca Joy sepenuhnya hanya dengan satu tolehan kepala.

Namun di lain situasi, tidak jarang pula Joy menemukan Irene berubah total menjadi figur lambat yang membutuhkan waktu nan cukup lama menurut Joy.

Meskipun biasanya Joy akan membiarkannya mengingat konteks yang Ia coba angkat tak terlalu darurat, tetap saja untuk yang satu ini Joy tidak dapat menahan dirinya supaya terus mengunci mulut.

"Unnie..."

Jadilah ketika Irene hampir menyelesaikan kancing terakhir pada mantel tebalnya, Joy melepaskan kaitan dua lengan sembari mengambil langkah mendekat ditemani gestur tangan selagi Ia perlahan menjelaskan; memanggil nama Irene menggunakan cara berbeda hingga sukses menarik seluruh fokus si mungil.

"Kau tau 'kan jika kau...  mm... you know... bisa tinggal disini ketika kau berkunjung ke Korea."

Kepala keduanya perlahan mulai jatuh ke kilas balik masa lalu; saat-saat usai acara lamaran tidak resmi yang Irene lakukan di kamarnya di Kanada.

Memang tidak pernah ada keberatan di pihak keduanya untuk sekedar memesan kamar hotel untuk beberapa hari dikala salah satu pihak mengunjungi negara dimana pasangan mereka berada.

Irene pun selalu mengijinkan Joy menginap di apartemen mewahnya di Kanada dan bahkan mengajak Joy untuk tidur diatas kasur yang sama.

Pikir Joy, tak perlu ada ajakan lagi mengingat keduanya sudah setuju untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius daripada hubungan tanpa jaminan seperti sebelum mereka bertunangan. Namun dengan Irene yang tak pernah meminta atau juga mengeluhkan segala yang mereka jalani saat ini, Joy malah menjadi frustasi sendiri.

Kontak fisik merupakan love language yang sudah banyak orang kenali dari diri Joy dan bahkan mungkin Irene sendiri telah terbiasa dengan itu. Jadi pada dasarnya, maklum saja bila menyaksikan Joy gelisah sendiri sebab melihat Irene terus memilih untuk tidur di gedung hotel seberang apartemen Joy daripada bertanya apakah Ia boleh tinggal dengan Joy.

Tapi lirikan yang Irene luangkan sepersekian detik ke gestur gugup tangan Joy, sesungguhnya telah menampilkan jawaban paling gamblang nan akan segera lolos dari mulutnya.

Ditangkapnya kedua tangan Joy sebelum diusap lembut menggunakan sepasang ibu jari mungilnya.

"I know.", jawab Irene terdengar menggantung sesuatu dibelakangnya.

Dengan senyuman yang semakin melebar percaya diri, bukannya mengerut tak punya nyali, Irene memusatkan sorot mata pada netra di depannya.

"Tapi kau mungkin akan berakhir terjaga sampai pagi sebab kau tidak tahu bagaimana sulitnya aku menahan diri ketika melihat wajahmu saat tidur. Padahal aku tidak ingin melakukannya sebelum kita menikah."

Hampir saja Irene terkekeh geli menyaksikan Joy memiringkan kepala, bingung akan maksud ucapannya, sebelum akhirnya membelalakkan mata di waktu yang sama dengan semburat merah menggelitik wajah.

"U–unnie!!!"

Kali ini, Irene sungguh tak dapat menahan gelaknya; terlalu gemas pada respon Joy yang langsung menarik kedua tangan dari genggaman Irene untuk digunakan sebagai penutup raut.

Irene hanya tak pernah menyangka bila fisik tinggi Joy nan penuh karisma di depan para karyawan dan hampir membuatnya merasa terintimidasi, memiliki sisi feminim yang menjadikannya jatuh hati lebih lagi.

Di lain sisi, meskipun Joy sedikit kecewa sebab nyatanya Irene membaca keinginannya dengan begitu akurat, Joy masih tetap merasa tersentuh sebab Ia paham maksud Irene sesungguhnya ialah untuk membuktikan bila Irene benar-benar serius dengan hubungan mereka, bukan hanya berdasarkan nafsu belaka.

Kemudian ketika menyadari bahwa atmosfer menggelikan perlahan reda, Irene kembali menyimpan kedua tangan Joy di lingkup telapak kecilnya; digenggam penuh cinta seraya diremas sayang.

"Aku tidak sabar untuk fitting minggu depan."

"Aku tidak sabar untuk melaksanakan pernikahan kita."

Seolah telah direncakan, keduanya tahu-tahu saling melempar senyuman tulus nan bermakna dalam.

Terdapat kebahagiaan membuncah di baliknya ketika Irene mengangkat satu tangannya demi mengusap pipi Joy sebelum dituntun pelan untuk sedikit membungkuk menerima ciumannya.

"Aku mencintaimu, Park Sooyoung."

"Aku juga mencintaimu, Bae Joohyun."

💌

Lanjut terus ajalah wkwkwk

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang