Rian si Cucu Tercinta

4 0 0
                                    

Halo, perkenalkan, saya Rian. Panggil saja begitu, walaupun itu bukan nama asli saya. Cerita ini akan sangat bersinggungan dengan kehidupan keluarga saya, jadi saya memilih menganonimkan dengan mengganti identitas saya, anggota keluarga saya, serta beberapa detail dari cerita saya ini demi kenyamanan bersama.

Kejadian ini terjadi pada 2009 silam, kala itu saya masih menjadi salah satu mahasiswa di pulau Jawa.

Kalau didasarkan pada garis keturunan, saya berasal dari Sumatera, namun karena kedua orang tua saya pindah merantau, jadilah saya lahir di pulau Jawa dan besar disini. Walaupun demikian, keluarga saya rutin menyempatkan berkunjung ke rumah kakek dan nenek di kampung kami di Sumatera, kira2 satu sampai dua kali setahun. Itu juga yang membuat saya bisa berbahasa daerah asal saya sedikit sedikit.

Di kampung, saya memiliki beberapa keluarga, diantaranya nenek, serta dua anaknya, yaitu Tante Meri, dan Om Septian.

Keduanya adalah adik kandung dari ibu saya yg merupakan anak sulung nenek. Sementara kakek saya sudah sejak 2005 meninggal dunia akibat usianya yang telah renta dan sakit sakitan.

Tante Meri adalah anak termuda dari nenek, saat kisah ini terjadi, ia telah menikah dan sedang mengandung anak pertamanya. Tante Meri selaku anak bungsu sangat dekat dengan nenek dan terus menjaga nenek. Ia dan suaminya tinggal di rumah sebelah rumah nenek, selain karena memang tidak mau jauh2 dari sang ibu, Tante Meri juga dititipkan oleh ibu saya dan Om Septian untuk merawat nenek yang sudah berusia renta.

Sementara Om Septian adalah seorang duda dan juga berada di kampung, namun pekerjaannya sebagai supir truk besar antar pulau membuatnya jarang ada di rumah dan tidak bisa menjaga nenek.

Nenek yg saya kenal adalah seorang yang sangat ramah dan penyayang. Dahulu, setiap saya pulang kampung, selaku cucu pertama, saya sangat dimanja. Saya ingat tiap paginya ketika saya tidur disana, nenek selalu membangunkan dan bilang "Cu, semur ayamnya udah matang, mau makan?" yang tentunya akan saya jawab mau dengan semangat, karena nenek adalah orang yg saya ketahui masakan semur ayamnya paling enak dan paling saya nantikan.

Selain itu yg jadi kebiasaan saya kalau pulang kampung, nenek sering menemani saya yang dulu penakut ini untuk ke kamar mandi kalau malam..

Kenapa? Daerah rumah nenek ini bisa dibilang masih sangat desa terpencil. Jarak antar rumah berjauhan, penerangan jalan yang minim ketika malam dan hanya mengandalkan cahaya dari teras rumah warga, yang jaraknya cukup jauh antara jalan utama dengan sumber cahaya, aktivitas penduduk yang mulai senyap diatas setelag jam 8 dan yang paling saya takutkan adalah wc yang terpisah dari bangunan utama.

Iya, rumah ini punya 2 wc. Wc pertama ada di dekat dapur, berupa sebuah ruangan kira kira 2x3 meter dengan lantai corr semen dan sebuah sumur tua yg cukup lebar ditengahnya. Sumur ini masih menggunakan katrol, setengah dari mulut sumur ini ditutup sedangkan setengahnya lagi terbuka. Saya kurang tau dalamnya berapa, namun saya rasa cukup dalam dan tentunya bikin merinding kalau melongo ke bawah.

Wc yang ada sumurnya ini adalah wc tua yang biasa nenek pakai untuk mengambil air guna memasak, buang air kecil, mencuci, dan lain lain. Wc pertama ini hanya punya saluran air kecil yang mengarah ke sungai kecil di samping rumah dan tidak memiliki kloset. Kloset itu adanya di wc kedua yang posisinya terpisah dari bangunan rumah. Posisinya ada di tengah tengah antara rumah nenek dengan rumah Tante Meri, ukurannya kecil, hanya muat untuk sebuah kloset, keran air dan sebuah ember untuk cebok. Dahulunya kami biasa buang hajat di sungai kecil itu, namun karena ada kelebihan rezeki, ibu berinisiatif membuat wc tersebut yang bisa dipakai oleh nenek maupun keluarga tante Meri.

Jarak antara bangunan utama dengan wc ini kira kira sekitar 5 meter dari pintu keluar dapur. Tapi tetap saja, kalau malam malam, saya takut untuk keluar kesana dan biasanya nenek lah yang saya bangunkan dan minta untuk ditemani.

Oh iya, kalau pulang kampung, saya selalu tidur di kamar nenek karena kamarnya paling luas dan menurut saya paling nyaman. Ini mungkin karena atap kamar nenek yang tidak ada langit langitnya dan tembus langsung ke rangka atap seng diatas. Jadi terkesan luas dan tidak pengap.

JAGA MAYITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang