Chapter 4 : rintik malam

1 0 0
                                    

pada dingin angin malam, hanya arah tanpa tujuan, mengikis remangnya jalanan kota kecil ini, menghalau rintik hujan yang tak kunjung reda

semakin lelah dengan dunia, yang penuh fana dan drama.
semakin riuh isi kepala
yang tak juga menemui titik tengahnya.
semakin lama, semakin berdebat dengan logika yang entah menuju kemana,
dan hati yang sedang menentangnya.

ah, aku perlu menepi dari tangisan sang awan

sebuah caffe.

ditemani secangkir greentea latte dan alunan musik dengan melodi lembut
duduk termangu dekat jendela,
dalam ramainya insan,
hiruk pikuk kota,
lalu lalang kendaraan
dan rintik yang semakin lama semakin berat,
hujan deras di langit kota malam ini.

namun, tak sampai mengalihkan ku untuk sekedar menikmatinya
karena dalam kepalaku pun sudah berisik
terus berpikir tentang ini dan itu

greentea latte ku habis,
hujan reda.

aku ingin segera pulang
kembali ke tempat bernama rumah
untuk istirahat.

selamat malam,
selamat tidur.
dan tentang logika yang tak tahu arah itu pun, semoga segera menemui tujuannya

prlp_sky

Bulan SabitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang