Waktu berjalan sangat cepat ingin rasanya aku meminta waktu berjalan dengan lambat, kenapa tidak? Soalnya asyik meski baru hari pertama sudah mendapatkan seorang teman yang akrab seperti ini.
Oh iya sekolah baruku terletak didekat jalan raya meski tidak seramai saat disekolahku dulu saat di Jakarta Pusat tapi di desa yang berada di kota Ciamis ini sekolahnya juga sudah termasuk elit namanya SMKN 1 Randaian. Ada enam jurusan disekolah ini dan juga mereka memiliki pasilitas yang lumayan lengkap.
Saat pelajaran selesai dan bel tanda pulang berbunyi itu seperti suara panggilan kebebasan bagi para murid, seperti sekarang ini aku melihat anak-anak sekolah ini sudah berhamburan kesana-kemari meski bel baru berbunyi dan sudah kebiasaanku menunggu teman sekelas keluar semua agar tidak berdesakan saat keluar nanti.
"Oy! Ra kenapa malah bengong senyam senyum sendiri?" Tegurnya.
"Ah? Aku?"
"Ya iyalah."
"Biasa aja dong Kil, sama anak baru juga," ucap Nazwa disampingku yang selalu tertawa kecil diakhir ucapannya.
"Ah tidak apa, supaya dia terbiasa dan lagi bukan berarti dia anak baru harus diperlakukan seperti anak baru."
"Iya iya, yaudah lah ya aku duluan Kila Aisy."
"Iya, hati-hati ya Nazwa," ucapku dan Kila bersamaan.
"Iya, kalian juga. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Sepeninggalnya Nazwa Kila mengajakku untuk pulang bersama, ya sebelumnya dia menanyakan arah rumahku kebetulan tidak tertuga rumah kami searah.
"Woi! Enggak piket lantas?"
Sontak saja membuat Kila terlonjak kaget, dia mengusap dada dan mengucap istighfar berkali-kali, kemudian mendelik kearah Alma yang tertawa melihat ekspresi Kila.
"Astaghfirullah, Alma!"
"Oy oy. Kil, ayo piket lantas dulu kan hari ini bagian si waketos tuh yang biasanya mantau nanti dia kayak nenek lampir uring-uringan."
"Hah? Emang iya Nid?"
"Iya. Ayo!"
"Bener, sekarangkan bagian dia yang piket pastinya udah pasang wajah monster lapar didepan gerbang." Dengan memasukan ponsel yang dia pegang Natasha mulai menggerutu tidak jelas menghampiri kami.
"Tuh cepet!" Timpal Alma kembali.
"Tch! Iya iya. Oh ya Ra mau nungguin apa pulang?"
"Nungguin aja deh."
"Yaudah yo bareng ke gerbangnya."
Akhirnya kamipun sama-sama pergi ke gerbang, seperti anak kecil Kila dan Nidya terus bertengkar saling dorong dan menjodoh-jodohkan dikala ada hal yang memojokkan, tapi kurasa itulah yang membuat keduanya lebih seperti sahabat dan dekat dibandingkan dengan Alma dan Natasha.
Karena aku juga merasa terbawa suasana keduanya, akhirnya aku ikut tertawa kecil. Menyadari itu Kila seperti memiliki hal yang bisa aku masuki dalam perbincangan mereka, rasanya sangat menyenangkan.
Saat terlihat gerbang utama dan petugas yang disebutkan tadi oleh mereka langsung saja Nidya dan Kila berlari layaknya anak kecil kejar-kejaran sambil tertawa sesekali.
"Akrab benar ya mereka," gumamku yang melihat keduanya.
"Iya, sangat bahkan."
"Hm?"
"Oh? Maaf aku mendengar ucapanmu hehe...." Alma yang mendengar gumamanku itu menggaruk tengkuknya tertawa canggung padaku.
"Bagaimana dengan kalian berdua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya (Khumairaku)
RomanceIni bukan soal benci menjadi cinta. Bukan! Ini merupakan pertemuan yang sudah tertulis dalam catatan milik-Nya. Kisah-kasih semasa sekolah yang masih menjadi bayang-bayang dalam seseorang yang mengajaknya menuju ridho yang Ilahi. "Bilamana seseorang...