Our Sweet Flight

353 38 2
                                    

Mix meletakkan beberapa barang bawaannya di kabin pesawat dan segera mendudukkan dirinya di kursi sesuai nomor tiketnya, tepat sebelah jendela. Sejenak ia mengernyit dan menghela nafas, cukup melelahkan memang berlarian sepanjang koridor bandara tadi, mengingat dia harus mengejar waktu sebelum pesawat bersiap untuk take off. Setelah nafasnya sudah stabil, dia membuka novel yang sudah dia ambil dari tasnya dan memulai membuka bagian halaman terakhir yang dia baca. Ya, Mix memilih menghabiskan waktu sekitar 1 jam di pesawat dengan membaca novel kesukaannya daripada dengan mendengarkan lagu-lagu dari hpnya (mengingat baterai hpnya yang sekarat) ataupun tidur.

Baru saja dia membaca kalimat kedua di novelnya, seseorang datang menempati tempat duduk di sebelahnya. Gerakannya cukup ribut, membuat Mix mau tidak mau mengalihkan perhatiannya dari novel di pangkuannya pada pemuda yang sedang sibuk memasukkan barang bawaannya di kabin. Mix memperhatikan pemuda itu sejenak, perawakan tinggi, kulit tan, mata tajam namun teduh dan oh... jangan lupakan otot-otot pada lengannya. Mix yakin bukan hanya lengannya yang berotot.

Tidak ingin memikirkan hal yang tidak penting, Mix mengembalikan perhatiannya pada novelnya.

“Eh, pesawatnya kok belum take off ya? Apa jangan-jangan delay?” tanya pemuda yang kini sudah duduk di samping Mix.
“....”
Pemuda yang mengajukan pertanyaan tadi tampak mengernyit saat pertanyaannya tidak digubris.
“Haloo, kok aku nanya nggak dijawab?” tanyanya lagi. Kini Mix menghela nafas perlahan.
“Oh kirain tadi ngomong sendiri” jawabnya.
“Padahal jelas-jelas aku nanya sambil nengok ke kamu, mana mungkin ngomong sendiri” sahut pemuda itu, yang anehnya tidak terdengar nada kesal dari perkataannya.
“Hmm...” jawab Mix seadanya.
“Jadi?”
“Apa?” tampak Mix sedikit kesal di sini.
“Ya pertanyaanku tadi, kok belum take off pesawatnya? Ini delay apa gimana?”
“Tanya pilotnya aja, dia lebih tau” jawab Mix asal.

Bukan, Mix bukan tipe orang yang introvert atau anti sosial walaupun hobi utamanya membaca buku. Mix bahkan dikenal sebagai sosok yang ramah dan mudah berteman oleh orang-orang sekitarnya. Dia hanya salah satu dari sekelompok orang yang tidak suka jika waktu “membaca buku”nya diganggu oleh siapapun. Jadi, tolong jangan salahkan Mix kalau dia akan menjadi orang yang menjengkelkan dan ketus jika ada orang yang keras kepala seperti pemuda di sampingnya ini.

.....

“Jam berapa ya sekarang?” tanya pemuda di samping Mix. Mix kembali menghela napas.
“Setengah 12,” sahutnya singkat.
“Hah? Udah setengah 12?? Pantesan aku lapar, dari pagi belum makan hehehe,” jawab pemuda itu sambil cengengesan.
‘Terserah’ ucap Mix dalam hati.

.....

“Mau nggak? Aku tadi bawa lebih,” kini tampak pemuda di samping Mix menawarkan camilan bawannya pada Mix.
“Nggak, makasih,” sahut Mix tanpa menoleh.
“Loh nggak apa-apa, ambil aja... lumayan buat ganjel perut”
“Nggak laper”

.....

“Permisi, silakan minuman dan snacknya,” seorang pramugari tampak memberikan segelas minuman sari buah dan sekotak roti pada Mix dan pemuda di sampingnya.
“Terima kasih,” jawab Mix sambil tersenyum sopan.
“Terima kasih ya,” jawab pemuda di sampingnya.
Setelah pramugari itu berlalu, pemuda itu kembali mencoba memulai obrolan pada Mix, “tadi aku nawarin camilan kok nggak diterima? Disenyumin aja nggak,” tanya pemuda itu heran.
Mix melirik sekilas, lalu menjawab singkat, “ya soalnya pramugari tadi nggak nyebelin kayak kamu”
Pemuda itu pun melongo.

.....

“Mm, lagi baca apa sih? Kok kayaknya serius banget.”
Sepertinya pemuda satu ini tipe orang yang pantang menyerah (atau mungkin tidak bisa diam) untuk memulai obrolan tentang berbagai macam hal sejak tadi. Dan hal ini cukup membuat Mix makin naik emosinya. Bagaimana tidak, kalau kamu orang yang tidak suka waktu membacamu diganggu dengan obrolan tidak penting (apalagi bagian yang kamu baca lagi seru-serunya), kamu pasti akan mengerti apa yang Mix rasakan saat ini.
“Sherlock Holmes, kalo nggak serius ya mana bisa paham sama jalan ceritanya,” sahut Mix kesal.
“Wow, akhirnya jawabanmu agak panjangan...” pemuda itu tampak kagum dengan hasil usahanya sejak tadi.
“Apa sih?!” ujar Mix sambil melotot.
“Ya dari tadi aku udah mancing nanya macem-macem tapi kayaknya kamu males banget jawabnya,” jelas pemuda itu santai.
“Udah tau males, masih juga ngotot nanya-nanya,” sahut Mix sinis.
“Ya kan maksudku biar nggak diem-dieman, kita duduk sebelahan gini masa’ mau diem-dieman sampai pesawat landing nanti?” tanya pemuda itu heran.
“Maksa banget kenapa sih?”
“Tapi kan....”
“Udah jangan ganggu, bikin nggak fokus baca aja,” jawab Mix sambil mendengus kesal.

Pemuda yang menjadi sasaran kekesalan Mix itu pun terdiam, namun pandangannya tak lepas dari Mix. Ia tahu, sejak tadi ketidakputusasaannya untuk memancing obrolan dengan lelaki manis di sampingnya justru malah membuat lelaki itu kesal. Tapi bagaimana lagi, penerbangan Bangkok-Chiang Mai ini akan semakin membosankan nantinya.

Kembali ia memperhatikan lelaki manis di sampingnya diam-diam. Terlihat lelaki itu tampak mengerutkan alisnya karena saking fokusnya dengan bacaan di tangannya, bercampur dengan raut kesal yang masih tersisa efek dari obrolan basa-basi yang ia lemparkan sejak tadi. Pemuda itu tampak menahan senyum. ‘Manis...’ pikirnya.

“Bisa nggak, nggak usah merhatiin orang diem-diem gitu? Dipikir nggak risih apa?” sahut Mix tiba-tiba.
“Eh?” pemuda itu mengerjap kaget.
“Bukan berarti aku fokus dengan bacaanku terus aku nggak bisa ngerasain kalo ada yang merhatiin aku ya,” ujar Mix sambil melirik kesal.
“Sori, sori... aku cuma-“

“Ladies and gentlemen, as we start our descent, please make sure your seat backs and tray tables are in their full upright position. Also, make sure your seat belt is securely fastened and all carry-on luggage is stowed underneath the seat in front of you or in the overhead bins. Thank you.”
(“Ibu-ibu dan Bapak-bapak, sembari kita mulai mendarat, mohon pastikan punggung kursi dan meja anda berada dalam posisi tegak. Dan pastikan juga sabuk pengaman anda terkait dengan baik dan seluruh barang bawaan tersimpan di bawah kursi di depan anda, atau di penyimpanan atas. Terima kasih.”)

Ucapan pemuda itu terpotong oleh pemberitahuan bahwa pesawat akan segera mendarat. Pemuda itu pun memastikan sabuk pengamannya terpasang dan tampak Mix menutup novelnya lalu memeriksa sabuk pengamannya terpasang juga. Pesawat pun mendarat dengan sempurna dan meluncur perlahan di landasan pacu menuju bagian apron (tempat parkir pesawat).

Mix bersiap melepas sabuk pengamannya sebelum gerakan tangannya terhenti oleh tangan pemuda di sampingnya.

“Mix sayang, udahan dong ngambeknya.... aku udah nggak betah ini dijutekin dari tadi sama kamu,” ujar pemuda itu memelas. Mix pun mengalihkan pandangannya pada pemuda di sampingnya.

Dengan alis tertekuk dan pandangan kesal, Mix menjawab, “kamu sih ngeselin, udah tau hari ini kita harus ke Chiang Mai, masih aja sempet ngelakuin ‘itu’ pagi-pagi, dipikir nggak susah apa aku tadi harus lari-lari di koridor bandara supaya nggak ketinggalan pesawat?”

Pemuda yang jadi sasaran amukan itu pun hanya cengengesan, “ehehhe ya habisnya, mana bisa aku tahan ngeliat muka bangun tidur kamu yang- aww.... kok aku ditampol sih, yang” kata pemuda itu sambil mengelus bibirnya yang refleks dipukul pelan oleh Mix.

“Earth ih..! Itu mulut bisa nggak sih kalo ngomong liat-liat tempat, heran,” kata Mix dengan wajah yang sudah dihiasi semburat merah.
“Ya maaf sayaang.... yaudah damai ya, janji nggak gitu lagi deh,” bujuk Earth.
“Janji apanya, paling nanti selama di rumah mama kamu juga tetep aja nggak bisa nahan diri,” tebak Mix.
“Ya gapapa juga kan sayang, lagian mama juga paham pasangan yang baru nikah itu sukanya giman- awww.... udahan dong Mix nampolnya,” sungut Earth sambil merengut.
“Dibilang mulutnya dijaga, bisa nggak sih??”
“Iya sayaaang, iyaa...” jawab Earth sambil tersenyum dan mencuri ciuman singkat di bibir Mix.
“EARTH!!!”

End.

Our Sweet FlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang