"hai, salam kenal gue hawa" suara seorang gadis mengisi kesunyian kamar.
"hawa? gue adam" jawab orang diseberang voiceroom.
*voiceroom, fitur telepon Jarak jauh yang bisa diisi oleh banyak orang dalam satu ruang lingkup.
"by the way asal lo darimana?" tanya hawa mendominasi.
"dari hatimu" suara manis dan tawa renyah itu terdengar jelas di telinga hawa.
"gombal lo ga menarik dam" hawa berbicara sarkas.
"masa sih dek?" candaan adam membuat hawa menghela nafas kesal.
"boleh buang lo ke selokan ga dam?" pertanyaan hawa sukses membuat adam terkekeh pelan.
"masa ganteng ganteng gini mau dibuang ke selokan, tega lu?" hawa hanya tersenyum sinis.
"dilelepin di samudera juga gua ga peduli" tawa pelan hawa samar terdengar.
"dunia seakan milik berdua, kita ngekost aja yok" salah satu dari mereka menyelip pembicaraan membuat tawa terdengar begitu kontras.
hawa berdiri dari kursi tempat dia duduk sembari mengikat rambut panjangnya, layar laptopnya masih menyala menampilkan senyum seseorang yang begitu manis memikat.
senyum hawa mengembang lalu kakinya beranjak untuk pergi ke atas ranjang empuk miliknya,
melepaskan penatnya dan menoleh ke arah laptopnya berada, laki laki itu tertawa lepas mendengar candaan teman temannya, sangat manis membuat hawa terbuai untuk sesaat.
"lo udah gila hawa, kenal juga baru berapa menit yang lalu" hawa terdiam tenggelam dalam imajinasinya yang mengalir, tanpa sadar bahwa hatinya sedang gelisah karena pertemuan pertama itu.
hampir 5 menit lebih lamunan itu buyar karena handphone miliknya bergetar, menampilkan sambungan telpon dari seorang wanita.
"HAWAAA" suara cempreng wanita itu terdengar sesaat setelah call diangkat.
"kenapa sayang?" hawa berbicara disertai kekehan.
"dih iseng banget sih, ohya wa ayo ketemu di café xx" wanita itu berbicara dari seberang call.
"mau ngapain?" tanya hawa.
"mau ngenalin lo ke seseorang hehe" wanita itu tertawa.
"biyaa, harus berapa ratus kali- " belum selesai hawa berbicara call itu sudah lebih dulu dimatikan oleh biya.
TING.. TONG..
mendengar suara bel itu membuat hawa mendengus kasar, mengacak rambutnya pelan lalu beranjak keluar dari kamar membukakan pintu untuk biya masuk.
"AYO HAWA! DIA UDAH OTEWE JALAN, LO HARUS SIAP SIAP" teriakan biya mendengung ditelinga hawa.
"ga bisa besok aja ya?" hawa bertanya dengan nada malas.
"gabisaa, pacar gue udah bilang ke tuh cowo buat dateng" omel biya.
"yaudah tunggu bentar ya sayangku" lagi lagi dengusan malas itu terdengar dan Langkah hawa yang semakin jauh.
biya tersenyum puas, duduk di kursi ruang tamu hawa sambil menikmati cemilan yang ada di atas meja, memang Anak itu kurang hajar tapi percaya deh biya orang yang selalu ada disaat hawa butuh.
tak butuh Waktu lama, hawa keluar dari kamar memakai dress hitam sederhana yang menambah kesan dewasa di auranya.
"WII AYANG GUA CAKEP BANGET" teriak biya heboh menarik tangan hawa ke luar rumah menuju mobil yang ia bawa.
mobil melaju cepat menembus kepadatan mobil kota Jakarta, kesunyian dalam mobil ditutup dengan lagu lagu barat yang sedang tren.
"pake parfum ini, dijamin dia bakal lengket kaya pacar gua dulu" biya menunjuk ke arah parfum yang ada dalam dashboard mobilnya.
"lo pakein pelet apa di parfum ini?" tanya hawa begitu dia mendapati parfum dengan wadah kaca.
"pelet buaya laut" jawab biya yang dibalas gelengan heran dari hawa
mobil sudah terparkir rapi di depan sebuah café elegan ala ala eropa, biya dan hawa juga sudah melangkah menuju pintu masuk café.
"hey babe! come here" suara itu berasal dari pacar biya yang sudah duduk di meja pojok café.
mata hawa menangkap siluet laki laki yang tidak asing dimatanya.
"adam?" bisiknya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
beda rasa
Romancehelp vote me!! <3 ceritanya aku ambil dari kisah nyata aku, juga beberapa referensi lain. kenapa kita harus berbeda? keyakinan, rasa, bahkan agama. kita tak pernah kejam pada siapapun tapi semesta memaksa untuk kejam pada perasaan sendiri.