Voment Juseyo~
...
PAGI-PAGI sekali, Thalia sudah selesai menghidangkan sarapan sederhana untuk Aletha, Bryant dan dirinya. Tidak lupa satu bekal untuk dirinya makan siang nanti, karena jadwal yang cukup padat, Thalia memutuskan untuk membawa bekal dari rumah.
Harumnya wangi makanan sudah tercium oleh Aletha dan Bryant, para maid sering terkecoh karena mereka sering mengira orang yang masak itu Sonia. Salah satu maid-Bi Amy-menyimpulkan bahwa masakan Thalia sama seperti masakan Sonia.
Senyum manis terukir di bibir tipisnya, dirinya lantas mencuci tangan dan beranjak untuk membersihkan diri sebelum sarapan dengan kakak dan ayahnya itu.
Beda dengan Thalia, Aletha sudah ke ruang makan terlebih tahu. Seolah tahu bagaimana sikap ayahnya, Aletha inisiatif sendiri memisahkan makanan untuk sang adik sebelum Bryant datang.
"Apakah, kamu yang masak Letha?" Tanya Bryant menghampiri anak sulungnya. Di acak-acaknya rambut Aletha serta ciuman singkat di keningnya, tak pernah Bryant lupakan. Keduanya hanya tidak sadar bahwa seseorang tengah memperhatikan mereka.
Aletha diam tanpa mau menjawab pertanyaan sang ayah, ingatkan jika Aletha tidak bisa memasak. Aletha tahu itu makanan adiknya, namun dia tidak sebodoh itu untuk memberitahukannya pada Bryant bahwa semua makanan Thalia yang masak.
"Kamu diem, papa anggap ini masakan kamu. Ayo makan bareng sayang." Ajak Bryant.
Aletha mengangguk kecil dan duduk di kursi meja makan, tidak lama dari itu Thalia datang dengan pakaian rapinya dan tangan yang menenteng Sneli. Kakinya melangkah menghampiri Bryant dan Aletha, berniat ingin sarapan bersama.
"Selamat pagi, papa, kak Al." Sapa Thalia.
"Pagi Dek, duduk sini." Ajak Aletha.
Baru saja Thalia akan mendudukkan dirinya, Bryant lebih dulu angkat bicara.
"Papa tidak mau makan dengan anak sialan ini Aletha, kamu lanjut saja papa akan makan di kamar." Ujarnya dan berlalu dari sana.
Thalia tersenyum miris, sebenci itukah?
"Papa pasti benci banget sama aku." Gumam Thalia.
Aletha menghampiri Thalia yang masih diam memandang punggung tegap sang ayah, di raihnya tubuh yang lebih kecil darinya dan menghadapkan wajahnya. "papa gak benci sama kamu, mungkin dia lelah karena pekerjaan."
Thalia menghela nafas, dia tidak sebodoh itu. Hey! Thalia bukan anak 5 tahun yang masih bisa di bohongi, ingat dia sudah dewasa dan bahkan Thalia seorang Dokter.
"Itu mustahil kak, aku tau kok papa benci sama aku karena apa." Berhenti sejenak, menatap manik legam sang kakak dan menundukkan kepalanya. "Dan kenapa aku harus hadir jika bunda yang menjadi korban." Lanjutnya lirih.
Aletha memeluk Thalia, dia tidak suka adiknya yang rapuh seperti ini. "Nggak! Itu bukan salah kamu, papa pasti bisa Nerima kamu suatu saat nanti."
Thalia menggeleng, "tapi kapan kak?! Udah 22 tahun papa benci aku, dia gak pernah perhatiin aku. Bahkan papa gak pernah anterin aku sekali aja berangkat ke rumah sakit."
Air mata yang sedari tadi di tahan, akhirnya keluar. Hatinya sakit jika mengingat perlakuan ayahnya, anak mana yang tidak sakit hati karena anggap sebagai anak pembantu oleh ayah kandungnya saat ulang tahun perusahaan.
Anak mana yang tidak sakit ketika menjadi pelampiasan amarah ayah sendiri ketika pulang dengan mabuk, dan anak mana yang tidak sakit ketika tidak mendapat dan perhatian dan kasih sayang Orang tua?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Police
Teen Fictionketika salah satu harus berkorban, maka yang hanya bisa kita lakukan adalah... mengikhlaskan! Start. 05 September 2021