first of all.

35 5 0
                                    

Halo guys ketemu lagi sama aku sama cerita baruku juga :D. Aduh gatau harus blg apa, pokoknya maaf ya sama typo nya.

NCIT high school, sekolah menengah atas yang 'paling bagus' di Kota ini, katanya.
Dan yang pasti para muridnya adalah anak anak cerdas dan jenius yang masuk dengan nilai yang tinggi. Selain itu, sekolah itu dihuni oleh anak anak dari para petinggi. Baskara Bagaskara salah satunya. Siapa yang tak kenal sosok Baskara di sekolah ini? Berwajah tampan, rahang tegas, otak cerdas, harta berlimpah, dan juga badan yang bagus. Siapa coba yang tak suka dengan Baskara? Hampir semua anak di sekolah ini menyukai Baskara, tapi tidak dengan Tian.

Tian Abyan Abiza namanya, Siswa culun, kutu buku, dan pemalu itu yang tidak menyukai Baskara. Alasannya simpel, Baskara dan kawan kawannya selalu membully nya setiap hari. Entah apa alasan dari semua tindakan yang dilakukan Baskara padanya dia pun tak tau, tapi jelas ia sangat membencinya.

Tian menyusuri lorong sekolah dengan berjalan pelan, beberapa buku tebal di tangannya dan seperti siswa kutu buku lainnya, dia memakai kacamata. Tanpa dia ketahui bahwa Baskara dan kawan kawannya sedang bersenda gurau di ujung lorong, ingin putar balik pun percuma, karena dia ingin menuju kantor guru.

"Woy culun!" Tian membeku di tempat, nyawa nya seperti dicabut begitu saja oleh malaikat maut. Baskara menanggilnya, itu tandanya bahaya akan datang sebentar lagi.

"Kalo dipanggil tuh bales dong woy! Lo budeg ya?" Itu jonathan, salah satu anak dari circle Baskara.

"Iya maaf, kenapa?" Tanya nya takut takut.

"Pulang sekolah ke toilet lantai 1 ya, gantiin gue bersihin toilet"

"T-tapi kenapa? Kan itu udah tugas kamu karena kamu yang dihukum. Bukan aku!" Tolak Tian.

"Udah deh nurut aja kenapa sih culun" itu yoga.

"Huft... Oke deh, nanti aku ke toilet." Pasrah Tian, ingin menolak pun tak bisa. Karena apa yang diperintahkan Baskara itu adalah mutlak dan tidak bisa ditolak.

"Oke. Gue tunggu." Setelah mengucapkan itu, Baskara dan kedua temannya berlalu begitu saja. Selalu seperti ini, tapi tian sudah biasa.

Pulang sekolah.

"Lama bener lo? Kemana aja?" Ucap Baskara setelah melihat Tian yang datang dari arah luar toilet. Dia sudah menunggu sekitar setengah jam, tapi Tian baru datang sekarang.

"Maaf." Ucap Tian lirih.

"Hhhh banyak bacot, udah sono kerjain. Tunggu apalagi?"

"Iya, Baskara."

Tian hanya pasrah untuk yang kesekian kalinya, dia menuruti perintah Baskara untuk membersihkan toilet yang sangat kotor itu. Tanpa dia sadari, Baskara di belakang sana telah menyiapkan sebuah ember berisi air kotor untuk disiramkan ke Tian.

1...
2....
3....

BYURRRR.

Basah, Tian sudah basah kuyup karena Baskara menyiram kepala nya dengan air kotor itu.

"HAHAHAHA LUCU BGT ANJINGG, LIAT DEH BAJUNYA KOTOR YA?? HAHAHAHAHA KASIAN DEH LOOO" Baskara tertawa terbahak bahak melihat Tian yang telah basah oleh air kotor itu, Tian ingin sekali menangis. Tapi percuma, di dunia ini rasanya dia hanya sendirian, untuk apa juga menangis.

"Hahaha Bas Bas, gila lo anjir. Eh tapi cocok kan ya anak pelacur kaya gini disiram air kotor iyuhhh" Ucap Jonathan menimpali.

"Iya lah cocok banget, anak kaya gini sih ga cocok dibaikin."

Asal kalian tau, bunda ku orang baik.
Asal kalian tau, hatiku sakit.
Asal kalian tau, aku ingin membalas kalian.

Sakit. Sakitnya bukan main, Baskara.

Walau matanya tak mengeluarkan setetes pun air mata, tapi hati Tian menangis meraung raung rasanya. Sakit sekali, mereka menghina bundanya dan dirinya juga tentunya. Bundanya orang baik, bundanya tidak tau apa apa tapi kenapa? Kenapa mereka juga menghina bundanya?

"Kalian gak papa kok kalo hina aku, bully aku sesuka kalian. Tapi tolong, jangan hina bundaku. Beliau gak salah apa apa." Ucapnya menahan tangis. Ia ingin membalas, tapi ia tidak bisa, ia takut.

"Oh gitu, yaudah deh besok besok kita ga hina bunda lo lagi. Tapi...."

"TAPI BOONG HAHAHAHAHAHA"

Bunda, maaf. Tian gak bisa melindungi bunda.

                                     TBC.

He's mine. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang