Waktu terus berputar dan tak akan dapat kembali. Aku percaya ruang waktu, tapi aku tidak akan pernah melewatinya. Aku selalu bertanya mengapa orang tidak bisa melupakan masa lalu? Masa sekarang adalah masa yang harus kita jalani, kenapa harus kembali mengenang kenangan pahit, jika kita dapat menciptakan kenangan baru.
Sudah sangat biasa di zaman ini drone bergerak ke sana kemari bagaikan langit adalah lintasan udaranya, mobil dan motor otomatis juga dapat melayang dan bergerak di permukaan tanah dengan leluasa. Tak heran zaman sudah berganti, teknologi semakin canggih.
"Lin, lu sibuk gak hari ini? Ayo kita ketemu bertiga sama Rania." Mobilku menampilkan layar transparan dengan muka Aurel disana. "Jam berapa? Hari ini gua tugas pagi sampe sore, ini lagi di jalan mau ke rumah sakit." Jawabku spontan
"Yaudah, malem aja gimana? Lu capek gak kalo harus keluar malem?" Tanya Aurel dengan mimik wajah sedikit khawatir. "Enggak tenang aja, Yaudah nanti tinggal share lokasinya. Udah ya Rel udah sampe nih gua, nanti lagi." Setelah itu dijawab anggukan oleh Aurel, segera aku mematikan sambungan lalu turun untuk bekerja.
Aku berteman dengan Aurel dan Rania sudah cukup lama, pertemanan kami di mulai saat SMA, ketika itu Aurel adalah murid pindahan, cantik dan pintar, beruntung dia mau berteman denganku. Kalau Rania dia akrab dengan semua teman kelas, hanya saja menurut dia, aku dan Aurel adalah teman ternyamannya hingga akhirnya kita bertiga menjadi sahabat sampai saat ini.
Aku mendudukkan badanku pada kursi panjang yang ada di taman, hari ini cukup senggang bagi pelayan kesehatan sepertiku. Dunia ini terlihat begitu asri, polusi udara telah berkurang tapi digantikan robot berkeliaran. Portal kembali ke masa lalu pun ada, jika bertanya pada pemerintah apa fungsi dari portal itu, beliau akan berkata seperti ini 'hidup kita itu berkaitan dengan masa lalu, dengan adanya portal waktu, saya harap urusan masa lalu kalian yang belum sempat terselesaikan dapat di selesaikan dengan baik'
Jika dipikirkan kembali memang tidak salah, tapi menurutku masa lalu itu sudah berakhir. Tidak perlu di ungkit atau di ulang kembali, ilmuan sekarang itu terlalu gila, tidak memikirkan efek samping yang di dapat dari portal tersebut. Sedikit demi sedikit, banyak yang terinfeksi alergi gatal-gatal seluruh tubuh, lebih parahnya itu bisa menyebabkan kematian.
"Kalau tidak suka kembali ke masa lalu, maka tidak harus membencinya." Ujar seorang lelaki yang umurnya mungkin 50 an ke atas. "Ehh? Tidak benci kok pak, hanya saja menurutku masa lalu tidak ada yang perlu di perbaiki." Jawabku sedikit kaget dengan kehadiran lelaki tersebut, bagaimana dia tau aku tidak ingin ke masa lalu.
"Mungkin menurutmu begitu, tapi menurut orang lain itu sangat lah berharga." Katanya lagi, kali ini sambil menatapku. "Hehe iya pak, lagi pula saya tidak akan mencoba portal yang membuat manusia bisa mengikis waktunya di dunia." Jawabku yang terlihat memang tidak suka dengan kehadiran portal tersebut.
"Tidak harus dengan portal, kamu memilikinya. Kamu bisa melintasinya tanpa portal, pergunakan itu dengan baik." Setelah berbicara seperti itu, lelaki itu pergi dan menyisakan aku dengan kebingungan yang tak berujung.
***
"Gila, udah berapa abad kita gak ketemu? Lama bangetkan ya? Linda yang sibuk dan Aurel dengan segala urusan kantornya, gua mah selalu free." Kali ini Rania yang membuka obrolan kita. "Hahaha iya lu freehatin kan? Nikah deh lu sono biar ngurus anak sama suami, lagian bisnis lu udah jaya apa lagi yang harus di urus Ran." Jawab Aurel di balas kekehan oleh Rania.
"Gak usah diem aja Lin, gak sakit kan lo? Gak demam? Kenapa ada pikiran?" Tanya Aurel khawatir. "Enggak, tadi gua ketemu bapak-bapak aneh bilang kalo gua bisa ke masa lalu tanpa portal." Jawabku menceritakan apa yang sedang ada di pikiran
"Dih itu mah gak usah dipikirin lagian paling orang iseng, mana mungkin juga tanpa portal, aneh banget." Cibir Rania sambil memakan ketang goreng, memang sahabatku tidak berubah dari zaman dulu.
"Kan itu kentang goreng gua Rania, kenapa lu yang abisin, sih?" mulai lagi pertengkaran antara Aurel dan Rania. "udah-udah tinggal pesen lagi, gua yang traktir kali ini." Baru setelah aku mengucapkan itu mereka diam dan langsung memesan, ada-ada saja.
Pukul sepuluh malam aku merebahkan diriku di kasur setelah badanku di bersihkan, masih teringat ucapan bapak-bapak siang itu, membuatku terus memikirkan kenangan masa lalu, kenangan yang berputar dalam otakku, kenangan itu menuntunku pada heningnya malam menuju alam bawah sadarku dan terlelap.
Kali ini aku memasuki mimpi yang amat sangat jauh, jauh sampai aku bisa merasakan titik terang, titik itu semakin mendekat membuat kilauannya membuka mataku, aku terbangun dalam kamar yang sama seperti sebelumnya aku tidur, apa yang salah dengan mimpi itu?
Tidak ada yang salah, hanya waktu berjalan mundur tanpa aku sadari, di sini dan mulai saat ini aku dapat mengubahnya, masa mudaku. Ini bukan tentang bagaimana hidupku, tapi bagaimana aku bisa mengatur dua waktu dalam kehidupanku. Selamat datang masa lalu, aku Arthalia Linda dari masa depan.
***
"Lin, heh kok bengong sih? Mikir naon?" tanya Aurel, karena memang Linda udah kayak sawan. "hah? Engga, Cuma bingung aja. Kok bisa gua hidup."
"Lu udah gila ya Lin? Besok gua temenin periksa mau?" Dengan muka Aurel yang serius perihal mengajaknya untuk periksa, membuat Linda menatap Aurel dengan intens. "Rel, gini deh, lu percaya gak? Kalo ada penjelajah waktu?" Tanya Linda penasaran.
"Percaya!" jawab Aurel lantang, tanpa ragu sedikit pun. "APESI KOK PERCAYA?" heranlah masa gak heran kalau teman sebangkunya mempercayai hal semacam itu.
"Gak usah teriak juga anjirr, gini deh mau tuh penjelajah waktu ada apa engga, sebenernya gua gak peduli, Cuma ya percaya aja gitu. Emang kenapa kalo ada? Gak salah kan? Lagian gak mengganggu ekosistem juga. Elo yang aneh, tiba tiba bahas gituan." Jelas Aurel panjang kali lebar. "Pernah kepikiran gak Rel, kalo lu yang jadi penjelajahnya? Atau lu punya temen penjelajah gitu?"
"Lo penjelajah waktu?" spontan Linda memalingkan mukanya yang sedikit khawatir tentang pertanyaan Aurel. "Gimana? Lo penjelajah? Lo dari tahun berapa? Abad ke berapa? Misi lo apa? Terus ngapain?" pertanyaan bertubi-tubi itu menghantamnya tanpa memberi jeda untuk bernapas.
"Gua penjelajah dari tahun 2025" final, akhirnya Linda mengatakan sesuatu yang di simpannya. "HAHAHAHAHAHAHAHA, LINDA, LINDA ANJIR NGAKAK BANGET GUA."
"Ha apaansi kok lu ketawa? Emang lucu?" tentu bingung, gimana engga, Yakan dia lagi confess perihal hidupnya. "Lo ada-ada aja lagian, ngarang banget kalo lu penjelajah, ya ga percaya lah, otak lu lagi ke geser apa gimana dah? Sumpah lucu banget." Yaaa gusti dikira dia lagi bercanda kali, padahal udah ketar ketir dari tadi Linda mengutarakan sesuatu yang sangat rahasia.
"Iyaaaa kan gua emang lucu, mau apa lo? HAHAHA" akhirnya Linda mengurungkan niatnya, untuk bercerita lebih lanjut, tentang hidupnya.
"Sinting, lawakan lu gak lucu Lin, yang ada buat mikir kalo lu beneran GILA." Aurel berbicara sembari menengok dan menegaskan kata gila itu pada Linda. "Aman, seratus persen gua waras dijamin. Yaudah gimana kalo sekarang ke kantin aja dari tadi kebanyakan membual itu butuh energi."
"Udah gila." Ya seperti itulah obrolan kami, sedikit random, dan aku bersyukur Aurel adalah teman yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time
Teen FictionTidak ada yang salah, hanya waktu berjalan mundur tanpa aku sadari, di sini dan mulai saat ini aku dapat mengubahnya, masa mudaku. Ini bukan tentang bagaimana hidupku, tapi bagaimana aku bisa mengatur dua waktu dalam kehidupanku. Selamat datang masa...