Bagian 1, Gebetan Candy

562 76 51
                                    

Satu tahun kemudian

Matahari menampakkan dirinya dengan malu-malu, berbeda dengan cewek berbandana biru yang melangkah riang sembari bersenandung kecil, menyanyikan lagu yang sedang viral dan banyak dijadikan backsound sebuah video, baik di aplikasi tiktok maupun instagram.

Tutu
Nadie como Tutu
No hay un sustitutu
Pa' ese cuerpo tuyo que a mí ya me tiene cucu
En un rato te buscu-

Nyanyian cewek itu terhenti saat melihat sosok kakak kelasnya keluar dari perpustakaan. Sebuah senyuman tersungging di bibirnya, ia melambaikan tangan, hendak memanggil, tapi sebuah tarikan disertai bibirnya yang dibungkam seseorang membuatnya menoleh.

Ia hampir protes. Ya, hampir karena beberapa detik kemudian senyumnya malah bertambah lebar mendapati siapa sang pelaku.

"Jangan macem-macem, Permen!"

Peringatan tersebut membuatnya mencebik. Candy bersedekap dada. "Cuma satu macem, kok."

Cowok itu berdecak, hendak mengetuk dahinya, tapi Candy yang lincah berhasil menghindar. Ia memeletkan lidah. "Gak kena, wlee!"

Bertambah sebal saja cowok di depannya. Melihat itu, Candy malah semakin bersemangat membuatnya kesal. Ia berjalan mundur, diikuti cowok itu yang ikut melangkah.

"Mutiara Candy, udah gue bilang berkali-kali, jangan ganggu Adrian, dia udah punya cewek," larangan tersebut tak mempan seperti biasa. Candy malah memperhatikan sosok di depannya yang masih berceloteh, tentu dengan senyuman yang tak kunjung luntur sejak tadi. Ah, paginya begitu indah.

"Heh, Permen! Lo dengerin gue ngomong gak sih?" kesalnya merasa tidak dihargai. Candy mengangguk. "Iya denger, tau juga kok Kak Ian udah punya pacar. Namanya Aqueena Savara yang cantik jelita."

"Tuh tau. Mau belajar jadi pelakor?" Pertanyaan sinis tersebut malah Candy balas dengan kikikan. Terang saja cowok itu bertambah sebal dengan sikap aneh adik kelasnya.

"Udah ah, gue ke kelas dulu. Biasa sih orang sibuk," ujarnya Candy dengan berat hati. Andai saja tidak ingat dengan tugas matematikanya yang belum dikerjakan, mungkin ia akan memilih berlama-lama dengan hm sang gebetan.

Candy baru hendak berbalik ketika rambutnya ditarik hingga ia mengaduh. "Kak Dami! Sakit tau!"

Damian, sang pelaku yang merupakan sahabat Adrian tersenyum puas. "Makanya kalau dinasehatin tuh dengerin, dasar bocil!"

Candy membola, tak terima dengan panggilan tersebut. Ia mengangkat tangan untuk memukul cowok itu, tapi Damian sudah kabur, meninggalkan tawa renyahnya. Candy berdecih meski kemudian terkekeh.

Ia suka perdebatan mereka meski harus membawa nama lain yang berpotensi menghancurkan hubungan dua insan.

Tidak apa-apa. Lagipula, Candy tidak seperti yang disebutkan tadi. Ia bukan orang ketiga karena tidak pernah sedikitpun bermaksud merebut Adrian dari pacarnya.

"Gak papa, Candy. Lagian Kak Ian juga tau gue cuma bercanda," gumamnya menyakinkan diri.
***

"Selamat pagi, Ciara sayang!" sapa Candy membuat teman sebangkunya yang sedang menyalin tugas terkejut. Mendesis, cewek itu menyampingkan tubuhnya, memberi jalan karena kebetulan Candy duduk di dekat jendela.

Mendudukan diri, Candy segera membuka tas dan mengambil buku matematikanya. Satu pekan ini ia disibukan dengan kegiatan organisasi sehingga kerap pulang sore dan kerap tidur setelah isya karena kelelahan. Ia jadi sering menunda tugas sekolahnya, berakhir hingga lupa belum mengerjakan. Beruntung dirinya cukup menguasai materi tersebut sehingga dapat menyelesaikan tugas cukup cepat.

SWEET CANDY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang