[5 Januari 2021]

40 10 0
                                    

CEO PT WU Panakeia Ditemukan Tewas Di Kamar Mandi


Kabar duka menyelimuti WU Panakeia. Aldaris Javaid Saekapraya (KagayakiMiHa) (28), CEO PT WU Panakeia Indonesia, ditemukan tewas di kamar mandi apartemennya pada Senin (04/01) pagi.Mayat ditemukan oleh Lyra Naraswara (Lynaynan)(28), rekan Aldaris Saekapraya. 

Menurut saksi, Sang CEO ditemukan di bathtub kamar mandi yang terkunci dengan pakaian lengkap, darah keluar dari hidung, mulut, telinga, serta tengkorak yang retak. Diduga korban tewas akibat benturan keras di pinggir bathtub. Tidak ada tanda-tanda perlawanan dan jejak pembobolan apartemen dari pihak luar.

Lyra kemudian ditahan dan diperiksa oleh polisi sampai hasil visum jenazah Aldar menyatakan bahwa penyebab kematian CEO muda tersebut adalah bunuh diri dan stress akibat overdosis obat. Tim investigasi masih belum menemukan alasan kenapa Aldar membenturkan kepalanya sendiri hingga pecah. Waktu kematian diperkirakan Minggu (03/01) dini hari, dan berdasarkan CCTV, Lyra memasuki gedung apartemen pada Senin (04/01) pukul 08.35 WIB.

Presiden Direktur PT WU Panakeia Indoensia, Irene Joane Shailendra (GulaBiru), menyayangkan kematian sang CEO. "Dia (Aldar) adalah yang terbaik di sini. Kami tahu kalau tekanan kerja yang dihadapinya tinggi, tapi Aldar memang perfeksionis dan keras kepala. Semoga arwahnya diterima di sisi-Nya."

Aldar diketahui telah menjabat sebagai CEO PT Wu Panakeia sejak 2019. Berdasarkan pemeriksaan medisnya, Aldar ternyata memiliki riwayat depresi sejak tahun 2009. Namun tidak ada riwayat pemeriksaan lanjutan hingga tahun 2020 pada psikolog Anton yang hanya berlangsung dua kali konsultasi. Tim investigasi menemukan sebotol obat keras yang belum memiliki izin beredar di brankas Aldar, serta beberapa surat resep ilegal yang telah ditebus berulang kali. Tidak ada satu pun petunjuk yang mengindikasikan nama apotek atau tempat transaksi obat tersebut.

Sementara itu Lyra, teman dekat korban sejak kecil, memberikan keterangan mengapa ia merangkap sebagai psikolog sang CEO, "Aldar dari dulu memang depresi. Dia minta saya buat jadi psikolog dia, padahal kalau saling kenal hasil konseling bisa bias, tapi Aldar punya trust issue. Karena saya tidak tega lihat dia menderita, jadinya saya bantu."


Lyra juga mengaku tidak ada tahu-menahu soal ketergantungan Aldar pada obat terlarang. "Sebagai psikolog saya tidak punya hak untuk kasih obat pada klien,"  tutur sang sahabat korban.

Sayangnya, kasus ini segera ditutup tanpa ditindaklanjuti bersama dengan pemakaman yang segera diproses dan dibiayai oleh PT WU Panakeia Indonesia.


Status berita: 

Status berita: 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PandoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang