04.

14 10 3
                                    


"Bu, dimana kunci motor?" tanyaku.

"Motor sedang dipakai Jaemin, kalau sepeda ... sepertinya masih rusak. Kamu jalan kaki saja ya," balas ibu sambil menghampiriku.

Aku pun hanya bisa menghela napas panjang, kemudian berbalik setelah menerima uang yang di sodorkan oleh ibu.

Minimarket memang dekat, tapi lumayan jauh juga jika di tempuh dengan berjalan kaki.

Aku berjalan di trotoar sambil memasukkan tangan ke dalam saku hoodie, lalu mengadahkan kepala ke udara, berusaha mengingat-ingat apa saja pesanan ibu yang harus kubeli di minimarket nanti.

•••

Aku keluar dari minimarket setelah membeli barang pesanan ibu. Kepalaku sedikit menunduk memeriksa belanjaan, takut ada yang kurang.

Langkahku terhenti saat merasakan tetesan air jatuh di atas kepalaku. Hujan lagi? Jika tahu begini aku membawa payung tadi.

"Sekarang bagaimana? Uangku tidak cukup untuk membeli payung baru di minimarket. Jika menerobos hujan, aku bisa sakit, fisikku sangat lemah!" Aku menggerutu sambil terus menunduk memainkan jari-jariku.

Saat aku kembali mengangkat kepala, pandanganku langsung tertuju pada seorang pria berbaju putih yang berdiri di seberang jalan.

"LEE JENO!" Aku berteriak sambil melambaikan tangan. Jeno yang melihatku langsung tersenyum lalu ikut melambaikan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya memegangi payung.

'Lee Jeno, pria yang datang hanya disaat hujan turun,' batinku.

Setelah memastikan tidak ada kendaraan yang lewat, Jeno menyeberang lalu berjalan menghampiriku.

"Ibu menyuruhku membeli beberapa bahan dapur, saat aku ingin pulang tiba-tiba hujan turun, dan aku lupa membawa payung," ujarku sebelum Jeno bertanya kenapa aku bisa disini.

Jeno mengangguk lalu bibirnya membentuk huruf o, "mau kuantar pulang?" tanyanya. Lalu aku mengangguk antusias. Aku sedikit tersentak saat tanganku dan tangan Jeno tak sengaja bersentuhan. Tangan Jeno sedingin es.

•••

Kami--aku dan Jeno--mengobrol sambil terus berjalan beriringan di bawah mendungnya langit sore. Jeno terlihat sangat ceria hari ini, senyumnya benar-benar sangat indah, setiap kali dia tertawa saat menjelaskan sesuatu padaku.

Sebenarnya aku ingin tahu lebih jauh tentang pria ini, maksudku ... Jeno. Namun aku tersadar, sepertinya itu terlalu jauh.

•••

Jeno mengantarku sampai di depan gerbang. Ketika aku ingin bertanya dimana rumah Jeno, pria itu telah berbalik dan pergi setelah melambaikan tangan kearahku.

Tubuhku mematung saat menyadari ada yang aneh dengan Jeno.

Aku menghela napas panjang, lalu segera berlari masuk ke rumah.

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang