Satu

9 4 4
                                    

Oktober, 2020

Dering ponselku tiba-tiba saja menyadarkan tidurku, panggilan rutin yang hampir setiap malam tak pernah membuatku bosan atau malas untuk menjawabnya.

"Assalamualaikum, halo sa-"
"Kemana aja sih! Ngapain lo? Kenapa lama angkat telfon?" Tanpa menjawab salamku seseorang disebrang sana menanyaiku ketus.

Dia GIKA, pacar saya.

"Baru bangun ay, maaf ketiduran gak denger, kamu baru pulang ay?" jawabku sambil melihat jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi.
Waktu pulang kerja Gika memang sangat larut, bahkan tak jarang matahari terbit ia baru sampai rumah.

"Jujur sama gua, lo dari mana aja dan ngapain?" Ketusnya lagi.
Kalau sudah seperti ini, jujur saja aku jadi malas untuk melanjutkan obrolan.
"Aku tidur ay, kecapean ngantuk banget" ucapku
"Lo pikir gua tolol, lo lagi begoin gua? Lo cape apa hah! Kerja kaga, cape lo!"
Aku memilih diam, malas untuk berdebat panjang.
"Ngapa diem lo, jawab anjing! Lo gapunya mulut?"

Aku meringis,
jangan heran ya, Gika emang seperti itu.
Aku sudah dari lama memakluminya.
Aku pikir itu hanya terjadi saat emosi saja, jadi tidak masalah untukku.

"Heh, jawab! Lagi mau ngebohong lo ya? "

Aku mulai kebingungan meyakinkan Gika,karna pikiran buruk sedang menguasai kepalanya.
Dan aku sangat bodoh dalam mengatasi hal tersebut.
Hanya akan menambah masalah jika aku banyak bicara tapi aku juga gak tau harus melakukan apa.

"Iya ay... maaf ya"

"Maaf aja taunya lo, muak tau ga gua gi sama lo yang gak berubah! Masih aja ngulang salah! Lo tau apa yang bikin gua marah tapi lo terus lakuin hal itu, dibanding lo minta maaf mending lo berusaha untuk menghindari salah!" dumel Gika.

Dan yah... ujungnya selalu...
Ribut lagi.

Wajar tidak sih hubungan yang baru berjalan 3 bulan setiap harinya ribut seperti itu?

Aku gak tau sejak kapan kami berdua menjadikan berantem sebagai rutinitas setiap telfonan.

Iya... setiap telfonan.
Kami LDR
Gika di Bekasi dan Aku di Balikpapan.
Jika ditanya bagaimana cara kami saling mengenal, singkat saja...
Dari grup yang isinya, para pemain aplikasi audio live streaming.

Sebenarnya aku gak biasa LDR, tapi ngeliat Gika segitu menerimanya perbedaan jarak yang sangat jauh itu membuatku jadi ikut menerimanya.

Namun jangan salah, LDR ini akan berakhir karena dalam waktu dekat aku akan pergi menemui Gika ke Bekasi.

Bucin? Tidak.
Aslinya, aku merencanakan keberangkatanku jauh sebelum mengenal Gika.

Hanya kebetulan di tengah rencana itu aku dipertemukan dengan Gika yang juga orang Bekasi.
Kehadiran Gika menambah semangatku untuk lebih giat menabung dan meyakinkan hati untuk berangkat secepatnya. Terlebih kami berdua sering kali bertengkar perihal jarak dan mempertanyakan waktu yang pas untuk kami bisa bertemu.

Katanya Gika, dia ingin sekali menemuiku dengan niat dia yang akan terbang ke balikpapan tapi nyatanya dia gak bisa ninggalin Ibunya. Karna kalau bukan dia siapa lagi yang akan menjaga Ibunya.

Gak mau cepat-cepat banget tapi satu momen ngebuat aku langsung pesan tiket pesawat.
Aku ingat banget saat Gika bilang kalau kita hanya sebatas Virtual dan gak akan jadi nyata.

Sedih banget karna aku sedikit terkejut Gika bicara seperti itu, rasanya jarak yang tadinya bukan penghalang menjadi tembok tinggi yang keras.

Aku mikir keras, kisah ini bahkan baru dimulai, masih banyak hal yang ingin aku lakukan bersama Gika.
Walaupun kami sering bertengkar di telfon, aku merasa itu hanya karna masih belum saling memahami aja, kalau bertemu...
Aku merasa yakin semua akan berubah jadi baik-baik saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gigi dan GikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang