Nb:Chapter ini tidak berkesinambungan dengan chapter manapun,chapter sebelum ini maupun yang akan datang,karena saya menulis ini khusus untuk ulang tahun Hendery.
27 September 2021.
Sudah tujuh tahun berlalu sejak kita bertemu di suatu sore yang melelahkan,masih teringat jelas jejak kenangan dengan sepatu lusuh dan hoodie hijaumu kala itu.
Disini,disini Gama di halte dan sepanjang trotoar yang pernah merekam sebuah cerita usang.Beberapa tahun lalu,aku melewati dan mengunjungi tempat ini bersamamu,bersama tawa yang membaur menjadi sebuah melodi kerinduan untuk detik ini.Aku mengunjunginya lagi,tanpamu sekarang.Kini sudah banyak berubah kondisinya,bukan hanya tentang siapa kita sekarang,tapi juga tentang jalan yang dulu berlubang dan menjadi genangan air saat turun hujan kini sudah berubah menjadi jalanan aspal yang mulus,pepohonan rimbun sekarang sudah tak ada lagi.Hanya menyisakan sebuah wilayah gersang.
Kamu tau Pak Umin? Pak Umin sudah meninggal empat tahun lalu Gam,gerai bakso dekat sekolahku dulu masih sama,hanya pemiliknya yang tak lagi sama.Entah apa yang membuatku melangkahkan kaki kesana.
"Wah Sea apa kabar?" sesaat setelah masuk kedalam gerai bakso tersebut sebuah bias suara dan perwujudan lelaki jangkung berdiri menyambutku.
"Allhamdulilah baik Bang,Abang apa kabar juga?"
"Ya seperti yang Sea lihat sekarang,hahaha" lelaki tersebut tertawa,padahal tak ada yang lucu.
"Yaudah Bang Ilham kalo gitu Sea pesen bakso sama es teh ya,makan disini"
Melihat Bang Ilham menganggukan kepala sebagai respon akupun segera melangkahkan kaki untuk mencari tempat duduk.Bang Ilham ini anak kedua Pak Umin,dulu ia sering terlihat membantu Pak Umin ketika aku masih SMA.
Aku membuka Handphoneku setelahnya sembari menunggu pesananku datang,menyelami aplikasi yang sedang marak saat ini.Yang memuat berbagai video dari konten nyanyi,narasi,edukatif hingga video jedag-jedug.Tak ada yang spesial hanya saja aku suka menonton beberapa video disana saat mati bosan.
"Selamat makan laut" aku mengerutkan dahiku bingung,sementara Bang Ilham hanya memberikan cengiran tak jelas.
"Kan Sea"
Hah?
"HAHAHAHA" kami tergelak bersama setelah menangkap apa yang dimaksud.
"Beda,itu bacanya sē kalo manusia satu ini ya bacanya biasa aja Sea,S E A"
Setelah dialog singkat berlangsung kami hanya diam,Bang Ilham yang sekarang bukannya melayani pembeli yang lain malah asik membisu didepanku dengan menunjukkan mimik muka yang sedang menahan untuk mengucapkan sesuatu.
"Kamu tetap sama ya Se,pasti kalo kesini pesennya ya itu bakso dan es teh,kenapa ngga yang lain?" ucap Bang Ilham sambil tersenyum.
"Emangnya disini menunya apa aja?" enggan menjawab,aku malah justru bertanya balik.
"Mie ayam,bakso" senyum tetap terpatri diwajah Bang Ilham,ia memang murah senyum sih.
"Engga doyan mie ayam tau Bang,aneh"
"Waduh kenapa tuh? terus kenapa minumnya es teh,kan juga ada yang lain? "
"Karena murah" bukannya menjawab Bang Ilham malah menggelengkan kepala untuk merespon jawabanku tadi.
"Gama apa kabar sekarang?" ah sial,kenapa harus Gama lagi sih.Aku menggeleng sebagai jawaban,enggan untuk menjawab.
"Ya udah kalo gitu mau lanjut ngelayanin pembeli dulu" pamit Bang Ilham,ia beranjak pergi sedangkan aku memilih untuk melanjutkan makan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala | Hendery
Подростковая литератураAku suka alunan tawa indahmu, Aku suka dekap hangatmu,serta caramu memandang dunia,aku suka semua hal tentangmu. Credit cover ; Pinterest Maaf aku lupa nama akunnya...