Friendship, religion, hurt, collage
Taehyung mengusak rambutnya yang masih sedikit basah karena air wuduh. Wajahnya juga sedikit lembab walau sudah ia usap dengan tisu. Kakinya menapak ubin dingin masjid kampus. Ia berjalan menuju sepatunya. Matanya memicing menatap punggung lebar yang cukup ia kenal sedang duduk ditangga masjid disamping sepatunya.
“Gguk?”
Jeongguk, Ardhata Jeongguk menoleh dan tersenyum hangat. Taehyung tentu mengernyit bingung. Seingatnya ia tidak pernah seakrab ini dengan jeongguk. Mereka hanya teman SMA dan sekarang satu jurusan, beberapa kali sekelas namun tidak pernah mengobrol. Hanya sekedar saling melempar senyum saat bertemu.
Taehyung memakai sepatunya dengan pelan, memastikan tali sepatunya terikat dengan baik. Setelahnya ia menoleh, menatap jeongguk yang ternyata juga memperhatikannya sejak tadi.
“Hmm, ada apa ya Gguk?”
“Lo habis salat?”
Taehyung mengangguk polos “Iya, kan udah waktunya ashar. Hm lo gak salat?” tanya taehyung sedikit ragu karena jujur saja ia tidak pernah melihat jeongguk diarea masjid seperti saat ini.
“Ketemu?”
“Hah? Maksudnya?”
“Lo ketemu sama tuhan? Kan tadi salat”
Bingung. Taehyung total bingung harus menjawab apa. Matanya bergulir panik. Sedangkan sang penanya masih mempertahankan senyumnya.
“Katanya, kalau salat kita bisa ketemu tuhan, ngobrol sama tuhan” lelaki berambut sedikit gondrong itu membawa tangannya kebelakang, menyanggah tubuhnya. Ia sedikit mendongak menatap pohon hijau dihalaman masjid. “Tadi lo gimana? Apa lo bisa ngerasain tuhan saat lo salat?”
“Hmm Gguk, maksud lo nanya gini apaan ya?”
Jujur saja taehyung cukup kaget, pertanyaan seperti ini bukan hal yang lumrah ditanya terhadap orang yang bahkan tidak akrab. Jeongguk membernarkan posisinya, kini tubuh kokoh itu duduk tegak, senyum dibibirnya masih belum luntur.
“Gue cuma pengen tau, tapi kalau itu memberatkan lo. Gak papa kok, gak perlu dijawab. Lupain aja”
Jeongguk berdiri, tubuhnya tampak menjulang didepan taehyung. Lelaki itu menepuk belakang celananya demi menghilangkan debu. Lagi-lagi ia tersenyum, tangannya menjulur. Taehyung sedikit mundur.
“Maaf, tapi ada tisu dijidat lo” sapuan lembut dari telapak tangan sedikit kasar itu bisa taehyung rasakan di keningnya. Nafasnya tercekat. Aneh sekali, tanpa bisa ia cegah rasa panas merambat kepipinya. Seperti terbakar dan berdebar-debar.
“Gue duluan ya tae, bye”
Taehyung menatap punggung kokoh itu. Tampak begitu dingin, seperti ada tembok tinggi yang membatasi siapapun mendekat. Tapi jika jauh dilihat, taehyung sadar betapa rapuhnya tembok itu. Dan rasanya, taehyung ingin mengetuk dan membiarkan runtuhan tembok itu berserakan sehingga apa yang tersimpan didalamnya bisa ia rengkuh.
Dua bulan berlalu, taehyung kembali dipertemukan dengan jeongguk. Setelah saling tidak bersapa. Mereka akhirnya berada disatu kepanitian yang sama. Canggung sekali rasanya saat kedua mata taehyung menatap jeongguk yang tampak biasa saja dan berbaur akrab dengan teman yang lain.
“Jadi untuk divisi acara seperti yang disebutkan tadi ada pertanyaan? Gguk, untuk selanjutnya tinggal lo yang koordinasi sama ketua yang lain ya?”
Jeongguk mengangguk lalu ia menghimbau anggotanya untuk duduk berdekatan. Matanya bergulir menatap setiap wajah divisi acara agar bisa ia kenali lebih cepat. Taehyung melihat itu semua. Ia terus menatap jeongguk sampai jeongguk balik menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
kata rasa
Randomterkadang gumpalan ide meletup-letup tanpa bisa dicegah, memaksa untuk segera dirangkai keping demi keping agar tersusun kata yang membentuk rasa ini berisi kumpulan cerita KookV sekali gigit. semoga bisa dinikmati.