[Pretty]-7

8.8K 970 222
                                    

Siang harinya, saat istirahat kedua di kantin sekolah---mata amesthy Hinata menyipit kala melihat sesuatu yang berbeda di kedua kaki sang saudara tiri.

Dahinya mengerut serius, saat melihat sepatu yang mirip dengan sepatu yang mau di belikan Sasuke padanya.

'sepatunya mirip dengan sepatu yang Sasuke-kun mau beli untukku'

Dalam otaknya berfikir, apa sakura sengaja membeli sepatu yang sama persis agar merasa menang darinya? Apa gadis licik itu sengaja memamerkan sepatu dari ayahnya untuk membuat nya cemburu? Sayang sekali, Hinata tidak akan cemburu. Sepatu dari Sasuke lebih berharga ketimbang sepatu buluk itu. Batinnya sombong.

"Sepatumu... Lumayan "

Hinata berbicara tepat di depan meja sakura yang kini tengah makan bersama Neji.

Sakura tersenyum manis, "Iya. Aku dapat sepatu ini karena telah membantu seseorang..."

Laki-laki itu menaikkan alisnya ke atas, menanti apa yang akan dilakukan Hinata. Kalau sekiranya gadis itu mengusik sakura, maka Neji tidak akan diam di tempat.

"Oh, selamat. Kau memang pintar menjadi seorang penjilat," sarkasnya menatap sinis sakura.

Gadis berambut gulali itu mengangguk meng-iya-kan. Dia memang pintar menjilat, pintar sekali. Bahkan bukan hanya ludah saja yang pintar dia jilat, penis saja kalau Sasuke mau sakura bisa menjilatnya dan membuat pria itu ketagihan. ƪ(˘⌣˘)ʃ Muehehe

"Iya, itu kau tahu" jawabnya enteng

"Cih, "

Setelah itu gadis itu pergi, membawa nampan stainless steel di tangannya---lalu ikut bergabung di meja Sasuke yang berada di pojok.

Sakura menatap pria itu dari kejauhan, dan ternyata Sasuke juga ikut menatap ke arahnya setelah Hinata ikut duduk di hadapan pria itu. Kedua mata mereka beradu, entah apa yang sedang dia fikirkan--- tiba-tiba, yang sakura lihat kedua alisnya tiba-tiba menukik tidak suka ke arahnya. Gadis itu mengedikkan kedua bahunya acuh, lalu kembali memakan makanan miliknya. Mungkin dia tidak suka sakura tatap, jadi... Yasudah. Fikirnya positif.

"Hinata tidak marah Sasuke membelikanmu sepatu?" Tanya Neji penasaran.

Pria itu tahu kok sepatu baru sakura itu dari Sasuke, gadis itu yang bercerita padanya saat mereka sedang menunggu pesanan makanan di meja kantin. Sakura memang terbuka pada Neji, minus---adegan plus-plus yang dilakukan keduanya waktu itu di kamar mandi. Bisa shock berat si kuncir kuda itu jika tahu dirinya tidak sepolos yang terlihat di luarnya selama ini.

"Sepertinya..tidak, kau lihat sendiri 'kan saudaramu tidak menjambak rambutku? Hehehe" kekehnya tak berdosa

Neji mendengus, mengusak rambut sakura gemas "Dasar,"

Kejadian itu tak luput dari mata elang di pojok kantin yang sedari tadi memperhatikan keduanya tak suka.

"Kalau dia macam-macam padamu, beritahu aku oke? Aku tidak akan membiarkannya menyentuhmu seujung kulit pun"

Sakura memberikan senyum manis miliknya pada Neji, "Terimakasih Neji-nii, kau memang paling bisa kuandalkan.." Pujinya, walau dalam hati tertawa terbahak-bahak. Menertawakan kebodohan kedua saudara itu yang mau saja di bodohi oleh sakura.














Sedangkan di tempat berbeda, Sasuke terus memperhatikan mereka.

Melihat tangan Neji yang mengusak rambut sakura entah mengapa itu mengganggu penglihatannya.

Nafsu makannya mendadak hilang, apalagi ada sosok gadis berambut panjang yang ikut duduk di meja---telak membuat mood-nya semakin turun. Sasuke tidak tahu harus bersikap seperti apa karena memang Hinata suka menyimpulkan segala sesuatunya sendiri. Contohnya saja menganggapnya seorang pacar hanya karena dia pernah membantu gadis itu dari kejaran Toneri. Menyebalkan.

"Um, Sasuke-kun kenapa makanannya di aduk-aduk terus? Mau aku suapi?" Tanyanya malu-malu

Dahi Sasuke mengerut tak suka ,"Tidak perlu, kedua tanganku masih lengkap" jawabnya acuh

Hinata mengerucutkan bibirnya sebal, " haish, tidak bisa di ajak romantis sama sekali!"

Sasuke menaikkan satu alisnya ke atas. Siapa juga yang mau beromantis-romantisan dengan dirinya? Membayangkannya membuat pria itu mual seketika.

"Sasuke-kun.."panggil Hinata kembali, kepalanya sudah menunduk.. dan Sasuke bisa melihat merah samar di kedua pipinya.

Pria itu menangkap sesuatu yang tidak beres dari sikap Hinata.

'Sekarang apalagi?' batinnya jengah

"Hmm..?"

"I-itu...Ano.."

"Itu apa?" Tanya Sasuke tak sabaran. Dia bukan tipe manusia yang suka berbasa-basi. Apalagi saat melihat sakura dan Neji sudah mulai bangkit---sasuke juga dengan cepat meminum ice tea miliknya. Dia juga ingin pergi dari sini.

"Itu...emm.. kapan kau akan memberikan sepatu itu ? Aku tahu itu untukku 'kan?" Tanyanya malu-malu. 👉👈

Sasuke mengerutkan alisnya sejajar, tidak mengerti dengan apa yang gadis itu ucapkan. "Apa maksudmu? Memang siapa yang membeli sepatu untukmu?"

Hinata mendongak cepat, menatap laki-laki di hadapannya dengan kedua mata amesthy yang membola besar. "Bukannya sepatu Gucci itu untukku?? Semalam kau memintaku untuk memilih mana yang ku mau kan?!"

Sasuke mendengus keras, mulai bangkit dari duduknya setelah mengelap sudut bibirnya dengan sebuah tissue. Pria itu menatap Hinata dengan tatapan datar khas miliknya.

"Aku tidak pernah berbicara itu untukmu."

Setelah itu pria itu pergi. Meninggalkan Hinata yang kini menatap kaget kepergian kekasihnya, setidaknya itu dalam pemikiran gadis itu---kalau Sasuke tentu saja tidak.

"Sasuke-kun...! Jangan bilang sepatu itu untuk sakura?? Kau membeli sepatu Gucci untuknya?!" Teriaknya menggelegar di kantin sekolah tak tahu malu.

Sasuke menghentikan langkah kakinya, apalagi saat mendengar bisik-bisik seluruh siswa yang kini tengah menggosipkan keduanya.

Kalau kalian ingin tahu, Sasuke sangat benci dengan orang-orang berisik seperti hinata. Dia tidak suka menjadi pusat perhatian dimanapun dia berada karena itu bukan gayanya. Sasuke lebih suka menyendiri dan menikmati kesendiriannya selama ini.

Pria itu berbalik, menatap Hinata dingin di kedua mata elang yang tertutup kaca mata yang bertengger di hidung mancung miliknya.

"Ya. Memang kenapa? Ada masalah untukmu? "

"Tentu saja, kau itu 'kan pacarku. Tak seharusnya kau membeli hadiah untuk gadis lain selain diriku!!"

Sasuke mendatarkan wajahnya. Kentara sekali benar-benar kesal dengan apa yang di ucapkan gadis tersebut.

"Jangan bicara omong kosong Hyuga, kau bukan kekasihku. Berhentilah berhalusinasi sebelum nanti kau jadi gila"
















Setelahnya pria itu berbalik, berjalan pergi dari kantin sekolah---tidak memperdulikan bantingan mangkuk dan jeritan Hinata yang menggelar setelah kepergiannya.






-tbc-





maaf ya gak terlalu panjang, akunya masih dalam suasana berkabung, sedih. Salah satu teman dekatku meninggal dunia 2 hari yang lalu.

Votmen jangan lupa, aku suka baca- komen kalian kalo lagi senggang soalnya. Buat mood nulis naik🦸

250+ vote 50+ komen kulanjut, byee🏂

My Pretty Bitch, ILY !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang