prolog

15.1K 1.4K 118
                                    

"Proposal proker kalian udah masuk 'kan?" tanya Sofia sembari sibuk mengetik tugasnya di laptop. Gadis itu beberapa kali memperbaiki posisi kacamatanya yang melorot.

"Udah kemarin udah di masukkin ke fakultas." jawab Oji, asik mengunyah roti miliknya sambil menatap ke segala arah, melihat beberapa gadis menarik yang berada di taman kampus itu.

Sofia mengangguk mengerti. "Eh, gue bisa nitip lapop dulu nggak? Bawain aja ke sekre, gue ada wawancara sama Pak Darius. Lo bawain laptop gue dulu, ya, berat soalnya." gadis itu membereskan barang-barangnya.

Oji menatap sahabatnya itu bingung. "Eh, lo gila, ya? Lo belum makan dari pagi, sekarang udah jam satu, lo nggak makan bentar?"

Sofia menggeleng. "Gue udah minum susu kok tadi. Gue pagi tadi ada ujian, terus lanjut mastiin panitia devisi humas nyebarin surat untuk acara minggu depan, abis itu udah lanjut bikin tugas, gue lupa, mungkin nanti sore aja makannya sekalian buat makan malam." ucap gadis itu.

"Anjing dah, lo udah gue bilang kalau butuh makan atau duit langsung ngomong, lo mau kena tipes apa?" kesal Oji menatap cewek itu.

Sofia menggeleng. "Gue punya duit kok, cuman emang maunya hemat, mau nabung."

"Nabung mulu perasaan, sesekali lo pikirin diri lo sendiri lah."

"Gue nabung juga buat mikirin hidup gue kedepannya, Ji."

"Itu mah nyiksa diri, Sofia goblok. Heran gue ama lo." Oji benar-benar muak dengan sikap gadis itu kadang kala. Di balik kesempurnaan yang Sofia miliki, dia memiliki satu kekurangan yaitu tidak mampu mengatur atau mengatasi kapasitas dirinya sendiri.

"Udah, ah, gue pergi dulu, ya." gadis itu buru-buru pergi. Sepanjang jalan, ada saja orang yang menyapanya dengan ramah.

Menuju lokasi wawancara bersama Pak Darius yang berada di gedung lain dan harus menaiki lift menuju lantai atas. Untung saja Sofia sering berkeliaran di fakultas lain, membuatnya tidak terlalu bingung mencari lokasi.

Di tengah-tengah lorong, Sofia tak sengaja menyenggol seseorang. Dirinya yakin itu hanya sebuah senggolan ringan yang tidak berarti apa-apa, namun matanya langsung terpaku pada banyaknya map dan kertas-kertas yang jatuh di atas kakinya yang berbalut converse.

"Maaf, Pak, maaf." bisiknya sopan sembari mencoba memungut dan menyusun kertas-kertas itu dengan rapi.

Beberapa menit dia mencoba melakukannya sendiri. Sedangkan sosok di depannya hanya diam, berdiri tegak tanpa mengucapkan apapun. Sofia sebenarnya cukup heran dan merasa pria bersepatu kulit yang tampak sangat mahal itu begitu angkuh, namun Sofia tidak mau berdebat.

Setelah berhasil menyusun semuanya, gadis itu mencoba bangkit dan mendongak.

Senyum Sofia luntur. Wajahnya menjadi pucat pasi.

Pria di depannya tersenyum lebar melihat reaksi Sofia. Pria itu memiliki rambut super gelap yang pendek, memakai kemeja putih yang membalut tubuh berototnya.

Matanya begitu tajam dengan senyum jenaka menatap Sofia yang membeku.

Sofia membatu saat jari besar pria itu menyentuh daun telinganya. Turun menuju leher, mulut pria itu mendekat ke arah telinga Sofia.

"Kamu mau kabur kemana lagi? Mulai hari ini kamu nggak akan pernah bisa pergi dari aku, Sofia. Kemana pun kamu pergi, sejauh apapun kamu berada, aku akan tetap menemukan kamu." pria itu menjauhkan wajahnya, tersenyum misterius, sambil mengambil map dan kertas-kertas di tangan gadis itu.

"See you." bisiknya sambil berlalu, meninggalkan senyum elegan yang membuat Sofia merinding.

Sofia masih membeku di tempat, melihat tubuh kekar pria itu menjauh. Sofia tau pria itu gila. Namun dia tidak mengerti kenapa Reksa, pria itu sampai harus berada di tempat ini. Dan jika dia tidak salah lihat, pria itu memiliki id card resmi yang berarti dia bekerja di kampusnya.

***

Note :

Cerita ini kayaknya bakal beda dari cerita lain(?) ini bukan cerita anak SMA atau se-smoth Anggara-Bella, ini bakal di buat versi agak.... Dewasa? Jadi buat yang berekspektasi cerita ini kayak cerita aku yang lain, skip cerita ini please. Beberapa chapter yang ++++ di upload di Karyakarsa monggosee.

Nggak terima juga nggak apa-apa. Nulis itu capek, yakali gitu-gitu aja. Capek-capek nulis nggak dapet apa-apa :')

Sofia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang