Tak terhitung oleh pergantian zaman, baik dulu maupun sekarang—ada satu hal yang paling sulit manusia temukan. Yaitu kedamaian.
︵‿︵‿︵‿︵‿︵
Berlatarkan perang dunia kedua, kala jumlah pembelot dan kolonial sama banyaknya dengan kesengsaraan, keyakinan soal perdamaian selalu menjadi bagian yang semu. Terkadang Minho yakin bahwa suatu saat nanti dunia akan sampai pada masa di mana semua orang sudah lelah bertarung. Namun jika melihat bagaimana kondisi saat ini, sepertinya hal tersebut menurunkan persenan mengenai keyakinan tersebut. Tak ada yang bisa memprediksi bagaimana masa depan bekerja.
Minho bukanlah pasukan berseragam. Dia adalah seorang teknisi yang ditugaskan di dalam salah satu bagian pada kapal selam tempur. Dengan begitu, posisi yang dia duduki sama berbahayanya dengan para tentara perang. Kapal itu bisa saja mengalami kebocoran nuklir, membeku dalam suhu tinggi, atau terpecah belah karena serangan torpedo dari kapal pihak lawan. Selalu ada kemungkinan bagi Minho untuk meninggalkan bumi sebelum melihat kedamaian yang ia dambakan.
Liburan yang ia dapatkan biasanya hanya seminggu sebelum kemudian ia ditugaskan untuk kembali. Atau bisa lebih cepat jika kondisi darurat tiba-tiba menghendaki. Minho selalu menghabiskan tiap detik pada hari liburnya untuk bersama dengan orang-orang yang ia kasihi. Ibu, ayah, Seo Changbin, dan tiga ekor kucing kesayangannya. Karena ia selalu menganggap 'barangkali ini liburan terakhirku'.
"Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Minho sambil memberikan sebotol minuman pada Changbin.
Dalam situasi seperti ini, hanya pekerjaan-pekerjaan rendahan yang bisa dilakukan umat manusia selain bergabung dengan pasukan perang. Namun, semua pekerjaan—atau bahkan gelandangan pun punya potensi untuk mati jika tak sengaja dihadapkan dengan sekelompok tentara lawan. Terutama orang-orang yang tak memiliki keistimewaan atau identitas. Sudah banyak mayat-mayat malang yang dibunuh dan ditelantarkan seperti kotoran.
Seo Changbin termasuk beruntung karena bisa bekerja dibagian konstruksi. Pada masa itu, peralatan pembangunan masih seadanya. Sehingga bekerja sebagai kuli bangunan sangat melelahkan. Kali ini, Changbin dan seluruh rekan kerjanya sedang berupaya membuat sebuah jembatan beton agar para masyarakat bisa menyebrangi sungai dengan cepat jika tiba-tiba terjadi serangan dadakan. Bayarannya memang tidak seberapa, tapi pekerjaan tersebut adalah hal paling bermanfaat yang bisa mereka lakukan untuk warga sipil.
"Kami masih mengumpulkan bahan. Kau taulah betapa sulitnya mendapatkan itu semua," ujar Changbin sambil melenguh.
Mereka berjalan bersisihan di atas jalan setapak yang penuh tanah lembab karena telah hujan. Pepohonan kala itu masih terlalu rindang. Tak ada satupun rumah di tempat ini karena biasanya warga pada jaman perang hidup berpindah-pindah. Tanpa sengaja, netra Minho terpaku pada sebuah kotak surat warna biru muda, ditopang dengan kayu yang tercacak di tanah.
Ada sebuah plat besi kecil dibawah kotak bertuliskan 'kotak surat menuju masa depan dan masa lalu'. Di bagian atasnya yang melengkung penuh dengan coretan berwarna abu-abu. Tintanya sudah meleber ke bagian bawah dan mengering sebelum tercetak dengan sempurna. Seperti ditulis dengan batang kayu kecil yang dicelupi tinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
blue and gray
Fanfiction𝒘𝒉𝒆𝒏 𝒕𝒉𝒆 𝒃𝒍𝒖𝒆 𝒔𝒐𝒖𝒍, 𝒎𝒆𝒆𝒕𝒔 𝒕𝒉𝒆 𝒈𝒓𝒂𝒚 𝒑𝒂𝒔𝒕. 𝒕𝒉𝒓𝒐𝒖𝒈𝒉 𝒂 𝒇𝒆𝒘 𝒘𝒐𝒓𝒅𝒔 𝒐𝒏 𝒑𝒂𝒑𝒆𝒓. 𝒓𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒊𝒏 𝒕𝒉𝒆 𝒎𝒂𝒊𝒍𝒃𝒐𝒙.