Aku mencoba membuka mataku yang berat, mencoba memperhatikan sekeliling, yah ini kamarku. "Eungh..... kembali kegiatan normal." Aku mendudukan badanku, aku merasakan hal yang berbeda dikasur ini, awalnya aku tak perduli sebelum... "selamat pagi tuan muda." Suara yang tak asing, ku coba menoleh kearah sebelahku, seorang perempuan yang cantik dengan senyuman menggoda itu tertidur disana. "Yakk! Sejak kapan ka..kau?" Aku membulatkan mataku, mengucek uceknya dan tak percaya. "Kau seperti melihat hantu saja tuan kkk" aku tetap memandangnya tidak percaya, dia menjulurkan tangannya dan tersenyum. "Seulgi, Kang Seulgi." Aku mencoba kembali kekeadaan normalku, mencoba menjabat tangannya balik. "Ta..Taeyong, Lee Taeyong."
"Kau tinggal sendiri disini?" Aku hanya menatapnya, meminum segelas kopi yang ia buatkan dan tersenyum. "Yah begitulah." "Tidak kesepian?" Dia menatapku lekat, aku menggeleng. "Ani, terkadang aku membutuhkan seseorang namun terkadang lebih baik sendiri" aku meminum kopi lagi, menatapnya penuh tanya, dia menatapku balik dan menunjukan wajah bingung. "Waeyo?" Ucapnya. "Kenapa kau mengincarku?" Aku menaruh gelas itu dimeja, menumpukan kepalaku dengan tangan, menatapnya. "Ntahlah, pandanganku terus melihat kearahmu, yah aku tertarik maka dari itu" "lalu rumahmu dimana?" Aku mencoba kembali mentap matanya yg tajam itu. "Ini rumahku." Aku mengerutkan dahiku. "Seul, ini rumahku ya bukan rumahmu" "tapi aku akan tinggal disini." Ucapnya santai. OH GOD, cobaan apa lagi yang kau berikan?!. "Ti..tidak mungkin, hei kau tak bisa tinggal disini" aku berdiri, yaampun masalahku banyak dan tiba-tiba muncul seorang perempuan diapartement ku, apa apaan ini. Aku berjalan kearah jendela meninggalkannya, hah cukup tertekan. "Kau harus pulang Seul, ini bu—" aku terkejut, tangan kecil itu memelukku dari belakang, aku merasakan hembusan nafasnya di punggungku. "Aku tak punya tempat tinggal lagi, kalau kau mengusirku aku tak tau harus tinggal dimana." Ia membenamkan mukanya dipunggungku, aku menghela nafas, ya tuhannn masalah kehidupanku saja masih rumit, kau berikan lagi gadis ini? "Baiklah, kau boleh tinggal disini." Aku membalikan badanku, menatapnya. "Tapi jangan banyak permintaan yap" aku menggaruk kepalaku sendiri, tuhannn semoga ini yang terbaik. "Gomawo Taeyong!" Dia kembali memelukku, yah dengan gerogi aku membalasnya pelan-pelan.
Yah kini dia sedang memakai kamar mandiku untuk membersihkan badannya, aku mencoba menonton hal hal yang menarik ditelevisi namun sayangnya nihil. "Kamar mandimu enak" aku menoleh kearah belakang, menatapnya dari ujung kaki hingga kepala, Kakinya yang mulus, badannya yang langsing, rambut blonde basah itu, matanya yang tajam membuat fikiranku melayang bebas, dia mendekat dan menatapku lekat. "Kenapa?" Ucapnya, aku membangunkan lamunanku dan menyeringai sambil menggaruk kepalaku. "An..aniyo. Hanya sedang membayangkan hal aneh saja" "Hal apa?" Dia makin mendekat ntahlah jantungku berdegub cepat, ku segerakan menolehkan wajahku darinya dan sedikit bergeser. "Bukan apa-apa hihihihi." Huft berhasil. Seulgi berjalan kearah dapur mencoba membuka kulkas dan melihat beberapa makanan yang tersisa disana. "Kau tak pernah masak?" Aku menoleh kepadanya. "Tidak. Sejak kapan aku bisa masak.". Aku kembali menyelesaikan tugas kuliahku, tiba-tiba semangkok sop daging kini berada didepanku, aku menoleh kearah Seulgi. "Kau yang buat? Cepat sekali." "Ayo dicoba kkk sudah lama tak memasak hihihi" ku ambil sendok dan mencobanyak, eum... rasanya enak. "Enak, kau belajar dimana?" Ia tersenyum. "Ibuku yang mengajariku." aku mematapnya. "Lalu ibumu kemana?" Ku geserkan badanku mendektinya, mencoba menatapnya dari dekat. "Ia sudah disurga." Mata indah itu meneteskan air mata, aku terkejut mendengarnya, ku elus kepalanya berlahan. "Mianhae aku tidak tau. Tak usah difikirkan, kini kau punya akukan?" Deg! Apa yang aku ucapkan tadi? Babo Taeyong. "Maaf sudah banyak merepotkan mu" ucapnya "no problem~" aku tersenyum.
Kini sang surya ternggelam dia antar lelangit hitam, aku mulai merasakan badanku yang lelah karna tugas, aku berjalan kearah kamar namun disana aku melihat Seulgi yang sudah terlelap di atas kasur. "Hah, aku tak boleh mengeluh." Aku tersenyum, mengambil bantal namun gerakanku dihentikan oleh tangan yang menggenggam pergelangan tanganku. "Kau mau kemana?" Seulgi menatapku. "Mau kedepan, tidur disofa." Aku membalas tatapannya. "Mengapa harus disofa? Kan ini kasurmu" aku terkejut. "Trus aku tidur dimanaa? Masa iya kita sekasur." Ucapku to the point. "Memang ada masalah? Selama tidak melakukan apa-apa gapapakan??" Ia menarik badanku yang mulai letih, aku terjatuh, yasudahlah karna dia juga memaksa ku benarkan saja posisi tidurku, Seulgi mendekat, sangat dekat. "Aku kedinginan" dia memelukku, kini aku dan dia menempel seperti prangko."hm, baiklah aku akan menghangatkan mu" ku peluk badannya yang indah itu, mencium pucuk kepalanya dan ku berbisik. "Good night." Kucium pipinya sebelum ku memejamkan mata.