Mau Gimana Lagi?

31 6 0
                                    


Engkau menyukai ku sebagai hujan, sedangkan aku begitu mencintaimu sebagai senja. Mana bisa disatukan dalam waktu bersamaan? Terangmu menahan rintikku, sedangkan derasku merampas cahaya indahmu. Bagaimana bisa disatukan? Aku terhempas ke bumi, sedangkan engkau melesat ke langit.

Huffftt...

Mendung yang masih tersisa, menemani hati yang masih menyimpan rasa. Toh menikmati lara adalah pilihan paling tepat, tanpa perlu berkamuflase agar tetap terlihat kuat. Aku mencoba pergi darimu untuk belajar cara melupakanmu. Namun bukan nya melupakanmu, diriku disini malah merindukanmu. Haha, aneh.

Aku lelah. Setiap jengkal aku berlari agar hati ini tak lagi terpaku untukmu, tapi sialnya justru sekitarku menghempaskanku agar kembali lagi dan lagi dalam kumbangan itu. Ingin sekali memanggil namamu sekencang mungkin, biar dunia tau bahwa diriku merindukanmu. Merindukan tawa yang dulu menghiasi hariku yang semu.

Huffftt...

Mau gimana lagi? Semua sudah terlanjur menjadi cerita yang sudah lalu dan jika diulang pun rasanya tak akan lagi sama. Yang paling menyebalkan sebenarnya adalah perpisahan yang menyisakan tanda tanya. Sehingga melangkah tak benar-benar merasa pergi, singgah di lain hati tetap terasa seperti masih berlari.


__________________________________________________________________________


"Dia dulu yang selalu ada, namun kini pergi tinggalkan luka. Dibalik bahagia gelak tawanya bersama pilihan hatinya, disini ada satu hati dengan luka yang berujung duka dan itu masih tersisa didalam dada."

-Pelintas Waktu-

__________________________________________________________________________

Follow Instagram :

@kikitamaa

@notifisastra

Jangan lupa vote dan komen ya! ^-^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Andai KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang