Lelaki yang Diam-Diam Menangis

46 2 0
                                    

Aku ingin bercerita, dan biarkan aku menguraikannya disini.

Jadi...

Pada malam ini seperti biasanya aku tidak tertidur, ya, begadang. Entahlah, semenjak berlangsung liburan kelulusan SMA ini, siklus jam harianku menjadi terbalik. Siang menjadi malam, malam menjadi siang. Hehe.

Ah ya, kita kembali lagi dalam ceritaku kali ini.

Sekitar pukul dua malam, aku mendengar suara gemericik air mengalir dari bilik kamar mandi. Yah, jika mendengar gemericik air pada jam tengah malam seperti ini pasti akan muncul pikiran yang macam-macam, bukan begitu? Haha. Namun aku tidak mengambil pusing, persetan soal makhluk jadi-jadian yang menghuni kamar mandi rumahku.

Selang beberapa menit kemudian, aku mendengar kembali suara bisikan samar dan rintihan yang terdengar begitu memohon. Ku tajamkan pendengaran, berusaha mencuri rintihan yang terdengar semakin jelas. Sumber suaranya berada di ruang tengah, dan kamar tidurku berada di samping ruang tengah.

Aku begitu terhenyak mendengar suara rintihan itu, suaranya yang berat namun tersendat seperti sesenggukan. Ku putuskan untuk melihat keadaan di ruang tengah, dan ku temukan disana di ruang yang minim penerangan ada sosok laki-laki yang tengah berduduk sila. Aku masih mengintipnya di balik tiang dinding depan kamarku. Terlihat dengan jelas raut wajahnya yang begitu memelas. Dia masih merintih, dan aku tidak bisa mengalihkan pandanganku. Tenggorokan ku terasa kering ketika aku menatapnya lekat-lekat, aku terhipnotis dengan suara rintihannya,  seolah ini seperti pemutaran rekaman jejak-jejak kesalahanku yang telah aku lakukan selama 18 tahun hidup.

Disana, ayahku lah yang sedang berduduk sila, tengah merintih dengan tangan menengadah, matanya terpejam begitu dalam, air wajahnya mengisyaratkan jika ia sedang menahan tangis yang akan pecah. Disana, ayahku lah yang sedang mengerahkan hati, jiwa dan pikirannya, menautkan segala harapan dan doa-doa di mihrab-Nya.

Malam ini, aku melihatmu begitu lemah di hadapan-Nya. Aku melihatmu, segala ketulusan yang kau lakukan untuk keluarga kecilmu.

Malam ini, dengan wajah letih dan badanmu yang membungkuk, aku melihatmu menangis di hadapan-Nya.

Aku tersebut dalam rintihanmu,

bukankah begitu, Ayah?
.
.
.
Kutabumi, 15 Agustus 2019

Mind Of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang