Pregnancy

1.1K 73 6
                                    

Tok tok tok

"Masuk"

Siyeon membuka pintu ruang kerja Jeno dengan perlahan menampakkan suaminya yang tengah sibuk berkutat dengan banyaknya berkas - berkas perusahaan yang berserakan di atas meja kerjanya.

"Jeno, bisa kita bicara?"

Tanyanya pelan

"Bicara saja, aku akan mendengarkan"

Jawab Jeno tanpa mengalihkan atensinya pada dokumen yang sedang dibacanya.

"Jeno... aku hamil"

Siyeon menggigit bibirnya cemas, kedua tangannya meremat erat dress selutut berwarna biru muda yang dipakainya.

Hening. Masih belum ada respon dari Jeno.

"Coba katakan sekali lagi apa yang baru saja kamu bilang"

"Aku.. hamil"

Ucap Siyeon pelan. Ia masih menundukkan kepalanya tak berani menatap Jeno karena ia tahu bahwa suaminya itu pasti sangat kecewa dengan kabar ini.

"Bagaimana bisa?" Nada suaranya terdengar marah "Pernikahan kita bahkan belum genap empat bulan dan apa yang baru saja kamu bilang, hamil?"

Jeno beranjak dari kursinya mendekati Siyeon yang masih terdiam di tempatnya.

"Jeno, maaf... aku juga tidak menyangka hal ini akan terjadi secepat ini"

Siyeon mulai terisak, tubuhnya bergetar seiring dengan airmata yang tak dapat lagi dibendungnya.

"Gugurkan"

Ujar Jeno dingin.

Siyeon membulatkan kedua matanya kemudian mendongak menatap Jeno tak percaya.

"Aku tahu kamu marah, kamu pasti sangat kalut hingga akhirnya mengucapkan kata itu. Aku akan berpura - pura tidak pernah mendengarnya"

"Tidak, aku bersungguh - sungguh. Gugurkan bayi itu"

"Jeno.."

"Kita baru saja menikah, Siyeon. Aku bahkan belum membahagiakanmu. Aku masih punya banyak rencana untuk kita kedepannya dan kehadiran anak itu akan menghancurkan segalanya"

"I know, you promised me. It's unexpected. I don't know what to do. But, it's your baby, Jeno. Our baby"

"I dont care. I don't want it"

"Ini anak kamu, Jeno. Darah dagingmu. Buah cinta kita"

Nada suara Siyeon meninggi, ia menatap Jeno dengan air mata yang berlinang membasahi kedua pipinya.

Jeno menggertakkan giginya mencoba menahan amarahnya yang hampir meledak. Ia memejamkan matanya sejenak kemudian menatap lamat iris Siyeon.

"Lalu apa yang akan kamu lakukan? Kamu akan tetap mempertahankan bayi ini? Memang kamu siap untuk menjadi ibu di usia muda dan harus mengorbankan karir kamu yang cemerlang?" Jeno mencengkram kedua bahu Siyeon "Sadarlah, Siyeon. This baby shouldn't exist"

"Kamu jahat. Bagaimana bisa kamu mengatakan hal itu? Bukan hanya salahku jika bayi ini ada" Siyeon menggigit bibirnya kemudian menatap tajam ke arah Jeno "Aku.. akan tetap mempertahankan bayi ini"

Jeno menggeram dan merotasikan bola matanya jengah.

"Terserah. Aku harap kamu tidak akan menyesali keputusanmu"

Jeno meraih kunci mobil yang tergeletak di atas meja dan meninggalkan Siyeon yang masih menangis terisak.









Disinilah Jeno sekarang, di sebuah bar ternama di pusat kota Seoul. Ia memesan alkohol dengan kadar tinggi dan telah menenggaknya entah sudah gelas yang keberapa. Pikirannya sangat kacau mengetahui fakta bahwa Siyeon hamil.

Pregnancy | Jeno X Siyeon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang