Mika menopang dagunya dengan sebelah tangan, menatap siluet lelaki yang hampir dua belas tahun ia sukai. Suka yang berawal dari cinta tokek anak SD, lalu naik level ke cinta monyet anak SMP, dan berujung cinta anak baru gede di masa SMA nya ini.
"Famika Ayura!" Mika menegakkan duduknya saat seorang guru berbadan gempal memekikkan namanya.
"Kamu pikir bengong bisa menjelaskan materi yang sudah hampir satu jam ini saya bahas, hah?" Todongnya ketus.
Mika menelan salivanya kasar, lalu menggeleng sambil cengengesan.
"Berdiri di luar selama sisa jam pelajaran saya!" Mika menghela napas lalu beranjak dari kursinya.
"Permisi buk," ucapnya sebelum keluar dari dalam kelas.
* * *
"Makanya jangan bengong!" Ucap lelaki bername tag Asiraf Ahmad ketika keluar dari kelas.
'Makanya jangan bikin bengong,' batin Mika merutuki ketampanan bak dewa yunani yang dimiliki teman sedari SD nya itu.
"Kantin?" Ajaknya, Mika mengangguk semangat.
Hatinya berdesir saat tangan besar Asiraf menggenggam tangannya.
"Biar ga ilang," ucap Asiraf menggeret paksa Mika yang hanya geming.
"Gw pesenin," Asiraf meninggalkan Mika di salah satu meja kantin, meja pojok yang biasa mereka gunakan.
"Mie Bullshit?" Tanya Mika saat Asiraf kembali menghampirinya.
Asiraf mendengus, "Pangsit!" Koreksinya membuat Mika cengengesan.
"Selamat makan!" Pekik Mika saat pesanan mereka diantar salah satu penjaga kantin.
"Jangan banyak-banyak!" Asiraf merebut paksa botol saos dari tangan Mika.
Mika mendengus, ia melahap mie nya dengan kesal. Detik berikutnya rasa terbakar memenuhi mulutnya, Mie pangsit dengan asap masih mengepul di seruput! Panas bor.
Ia terbatuk-batuk, membuat Asiraf yang duduk di depannya menyodorkan segelas jus. Mika dengan tergesa-gesa meminum jus jambu yang disodorkan Asiraf, membuat ia tersedak karena terburu-buru.
Asiraf yang panik terlihat mengingat sesuatu, perbuatannya selanjutnya membuat seisi kantin memekik.
'Pengen keselek!' Batin penghuni kantin lainnya.
Mika melototkan matanya, ia memegang keningnya yang baru saja di kecup lama oleh Asiraf.
"Udah?" Tanya Asiraf sambil menyodorkan selembar tissue, Mika mengangguk kaku.
"Itu tadi apa?" Tanyanya menatap tidak suka ke arah Asiraf.
Asiraf meneguk jusnya, "Kalo Anna keselek Bunda cium keningnya biar mendingan," jawabnya santai.
Mika mendengus, "Yang seharusnya mati karena keselek malah mati karena jantungan," gumamnya.
Asiraf menunjukkan senyum 300 wattnya. Terang bor!
"Gw jadian sama Irani," ucapnya masih dengan senyum mengembang.
Kruk... Kruk... Kruk...
Mika meremas kerupuk yang baru diambilnya dari dalam kaleng ke atas mie pangsitnya.
"Congrats, lu udah lama suka dia." Ucapnya, lalu menyuapkan sesendok besar mie kedalam mulut.
"Thanks, lu banyak bantu. So, lu juga jangan kelamaan nyimpen rasa. Potek." Ucap Asiraf seraya bersandar di sandaran kursi.
"Gini, gw emang suka nih sama dia. Tapi gw takut, kalo gw jujur sama dia ntar dia ngajak gw pacaran...,"
"PD, bangsat!" Potong Asiraf seraya terkekeh.
Mika mengangkat garpunya tinggi-tinggi, "Potong lagi kepala lu berlubang," ucapnya datar, ketika Asiraf sudah menormalkan raut wajah ia pun melanjutkan ucapannya.
"Lu tau 'kan, gw itu anti banget sama yang namanya pacaran. Makanya itu! Lebih baik mendem, lagian juga gw udah potek sejak suka sama dia," Mika terkekeh diujung kalimatnya, kekehan setengah hati.
"Seriously?" Delik Asiraf dengan kening terangkat, Mika mengangguk patah-patah.
"Menurut gw rugi banget itu cowo, secara lu 'kan pacar-able banget." Ucapnya kemudian.
"Sepacar-able apapun, kalo gw bukan tipenya ya tetap ga dilirik, Pak!" pekik Mika geram.
"Ya tapi 'kan bisa di pertimbangin lagi, kalo emang lu orangnya." Asiraf bodoh, andai ia tahu Mika merasa diberi harapan dengan ucapannya itu.
Mika menggeleng kecil, "Yang ada jijik itu orang! Dan lebih parahnya lagi, kalo sampe dia jauhin gw. Cuman karena perasaan satu pihak ini...,"
"Heh! Sok tau banget ini anak," potong Asiraf.
Dug!
"Sakit!" pekik Asiraf saat Mika menginjak keras kakinya di bawah meja.
"Mending belum gw lubangin," ucap Mika yang memandang garpunya dengan aura psikopat.
Asiraf tersenyum tengil lalu menaikkan dua jarinya berbentuk tanda peace.
"Tapi beneran dah, lelaki macam apa yang bisa nolak lu?" tanya Asiraf seraya menyeruput mie nya.
"Muna itu laki," tambahnya lagi.
"Tadi lu bilang, si cowo rugi ya gamau sama gw?" Asiraf yang sedang meniup mie nya mengangguk, "Kalo orangnya gw, bisa dipertimbangin?" tanya Mika yang lagi-lagi di balas anggukan oleh Asiraf.
Mika menjeda sedikit lama, mengingat ucapan terakhir Asiraf, "Lelaki macam apa ya? Yang bisa nolak gw," Mika memelankan suaranya diakhir kalimat.
"As!" panggil Mika pelan.
"Ya?" tanya Asiraf dengan alis terangkat.
"Omongan lu kaya nama mie ini, bullshit!" ucapnya.
Asiraf mendengus, "Bagian mananya?" tanyanya.
"Semua," jawab Mika cepat.
"Serius...,"
Mika tersenyum tipis, lalu memotong ucapan Asiraf, "What if i told it's you?" Tanyanya membuat Asiraf menatap tepat pada retina Mika. Mencari kebohongan yang sama sekali tidak ia dapat di dalam mata hitam jernih itu.
"Gw tunggu kalimat 'Just kidding!' dari lu," ucap Asiraf, ia mengeluarkan selembar uang pecahan 50 ribu, meletakkan uang tersebut di meja lalu meninggalkan Mika yang menatap semangkuk mie pangsitnya dengan tatapan sendu.
"Dan yang gw takutin, terjadi." lirih Mika dengan senyum mirisnya.
"Yeah, it's you As!" Gumamnya.
* * *
Ada yang mau Mie Pangsit?
Mie Ayam?
Mie Goreng?
Mie Bakso?
Mie Instan?
Mie Rebus?
Atau mau Mie likin aku aja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Short Story
Short StoryKisah pendek yang mungkin pernah kalian alami ada disini, walau dengan alur yang sedikit berbeda. Akan kusajikan dengan canda yang candu agar kalian tak berpaling dariku. Enjoy it, babe.