Part 1

1.8K 310 51
                                    

Lelaki tampan itu berdiri di latar sekolah melambaikan tangan pada seorang anak lelaki yang baru saja berlari menuju kelasnya. Kehadirannya mengundang perhatian para wali murid yang mengantarkan anak-anak mereka ke sekolah. Beberapa kali para orang tua murid menoleh ke arahnya dengan pandangan tertarik. Ditambah pemandangan mobil sedan bmw keluaran terbaru dengan harga fantastis di sampingnya yang terlihat sangat mencolok.

"Antar anak sekolah, Pak? Baru pertama kali ya?" Seorang wanita yang menggendong tas anak-anak berwarna merah muda itu tiba-tiba menyapanya. Belum sempat lelaki itu menjawab, anak dari wanita itu datang. "Mama godain om itu ya? Nanti aku bilangin Papa loh!" Ancam gadis kecil itu sambil menarik-narik tangan ibunya, "Ayo Mama cepat nanti aku terlambat!"

"Iya, Nak." Wanita itu pun tersenyum malu lalu pergi bersama putrinya.

Bilang Papa katanya? Lelaki itu tersenyum geli kemudian pergi menuju mobilnya, tetapi langkahnya tertahan ketika melihat seorang gadis kecil yang sedang melangkah di trotoar sambil menangis menghampiri gerbang taman kanak-kanak di seberang jalan. Gadis kecil itu berhenti lalu duduk dan bersandar pada tembok batu di belakangnya. Dia terlihat menangis sesenggukan sambil menekuk lututnya dan tidak ada yang peduli padanya meskipun ada beberapa orang yang berlalu lalang di depan sana.

Lelaki itu meninggalkan pintu mobilnya lalu menyeberang jalan menghampiri gadis kecil itu. Ketika melihat dari dekat, dia terpesona dengan matanya. Warna matanya cokelat hazel bening meskipun tampak berlinangan air mata. Wajahnya sangat cantik, lucu, dan menggemaskan dengan pipi berisi. Tubuhnya mungil. Lelaki itu perkirakan usianya 4 atau 5 tahun.

"Kenapa kamu menangis?"

Gadis kecil itu meremas rok seragamnya tampak kebingungan, takut, dan sangat sedih.

"Om siapa? Om ngapain di sini?" Suaranya terdengar lucu.

"Om baru saja mengantar keponakan om sekolah. Kamu sendiri di sini ngapain? Lagi sedih ya?"

Gadis kecil itu mengangguk. "Om siapa?"

"Oh iya Om belum beritahu ya? Nama Om Alfairali Gantara."

"Alilali gantala?"

Lelaki itu terkekeh mendengarnya.

"Panggil Om Ali saja."

"Om Ali?"

"Ya," Ali tersenyum, "Sekarang kamu beritahu Om kenapa kamu menangis seperti ini? Masa gadis kecil secantik kamu menangis? Nanti hilang cantiknya." Ali mencoba menghibur gadis kecil itu.

"Keyla sedih mama sibuk. Mama ngga pelnah antel Keyla ke sekolah."

Ali mengernyitkan dahinya. "Terus kamu ke sekolah sama siapa?"

"Sendili."

"Sendiri?" Lelaki itu terkejut bukan main. "Rumah kamu di mana?"

Gadis itu menunjuk sebuah gerbang perumahan tidak jauh dari sekolah. Meski jaraknya tidak jauh seharusnya orang tua gadis kecil itu tidak membiarkannya berjalan sendiri apalagi dia harus menyeberang jalan ke sekolah.

"Kamu jangan sedih lagi ya? Ibu kamu mungkin benar-benar sedang sibuk jadi nggak bisa antar kamu ke sekolah hari ini. Bagaimana kalau Om yang antar kamu masuk?"

Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang