Saat Ali ingin menghentikan mobilnya di lobi, lelaki itu melihat Prilly baru saja turun dari taksi dan melangkah pergi melewati lobi dengan pandangan tertunduk. Jika saja Ali tidak mengungkit Fabian setelah mengantarkan Keyra, perempuan itu pasti tidak merasa sedih dan bersemangat pagi ini. Bahkan mungkin ikut menumpang bersamanya ke kantor. Rasanya ingin sekali melihat perempuan itu setiap saat.
"Selamat pagi, Pak." Seorang petugas menyapanya saat membuka pintu mobil. Ali turun membiarkan petugas itu memarkirkan mobilnya.
"Selamat pagi, Pak Liga." Celia menghampirinya di lobi dan memberikan berkas penting miliknya.
"Pagi, Celia. Bagaimana jadwal saya hari ini?"
"Jadwal Bapak hari ini cukup padat. Setelah meeting pagi ini pergi ke luar kota. Oh iya, Pak Herlambang mengundang Bapak untuk makan malam. Apa Bapak bersedia menerima undangannya?"
Ali mengernyitkan dahinya saat memasuki lift bersama wanita itu. "Lain kali saja. Saya ada acara malam nanti."
"Acara?" Celia menautkan alisnya. Sebagai asisten bosnya, seharusnya dia tahu apa saja yang membuat bosnya itu bisa membatalkan jadwalnya di kantor terutama jika ada pertemuan dengan kolega bisnisnya.
"Kamu tidak perlu tahu. Saya ingin pergi ke rumah seseorang karena itu usahakan perjalanan pulang nanti setelah dari luar kota tidak larut malam."
Celia mengangguk mengerti. Biasanya jika Ali mengatakan hal itu, ada urusan pribadi yang tidak boleh dicampuri oleh orang lain. Termasuk urusan keluarganya. "Baik, Pak. Saya usahakan pertemuan nanti tidak sampai larut malam sehingga Bapak bisa kembali sebelum pukul 7 malam."
"Terima kasih, Celia."
"Sama-sama, Pak."
Lift berdenting terbuka. Celia setengah membungkukkan badannya kemudian pamit menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan untuk meeting nanti.
**
Jam istirahat tiba. Prilly baru saja mengalihkan tatapannya dari layar komputer dan melakukan peregangan sejenak. Perempuan itu mengambil ponselnya melihat banyak sekali notifikasi panggilan tak terjawab dari tetangganya yang menjaga Keyra.
"Keyra..."
Prilly terserang panik. Tidak biasanya tetangganya itu menghubunginya berkali-kali. Semoga saja tidak terjadi sesuatu dengan putri kecilnya.
"Bu Sari?" Panggil Prilly ketika dia menghubungi tetangganya. Panggilan itu langsung terhubung hanya dalam satu kali deringan.
"Nak, syukurlah kamu menghubungi Ibu. Keyra, Nak, pingsan saat Ibu menjemputnya tadi di sekolah."
"Apa! Pingsan, Bu?"
"Sekarang Ibu di rumah sakit. Keyra sedang ditangani oleh dokter. Kamu bisa ke sini? Keyra pasti membutuhkan kamu."
"Iya, Bu. Saya akan izin pulang siang ini. Terima kasih ya Bu sudah menjaga Keyra. Saya segera ke sana."
"Kamu hati-hati ya, Nak Prilly. Tenangkan diri kamu ya, Nak. Ibu tahu kamu panik sekali mendengar ini."
"Iya, Bu. Aku tutup telfonnya ya."
"Baik, Nak."
Prilly langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas dan bersiap-siap. Saat itu juga kepala divisinya baru saja selesai meeting. Wanita kurus dan berkacamata tebal itu menautkan alisnya melihat Prilly terlihat buru-buru membereskan meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Girl
DragosteCinta adalah anugerah Tuhan yang luar biasa. Setiap manusia pasti merasakannya, termasuk seorang lelaki berusia 27 tahun bernama Alfairali Gantara. Lelaki yang kerap disapa Ali itu memiliki hidup yang sangat indah di mata orang lain. Namun, tak ada...