Part 1/3

348 33 24
                                    

Kim Bum hampir menyemburkan air dalam mulutnya saat So Eun mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan. Keningnya mengkerut, kedua alisnya menyatu setelah So Eun menyelesaikan ucapannya.

"Sepertinya kau punya masalah kesehatan. Kau sedang tidak waras, " kata Kim Bum meletakkan gelas minuman lalu membersihkan meja. Sebentar lagi cafe kecilnya akan dibuka.

"Bum-ah, aku mohon bantu aku kali ini saja, ya."

Kim Bum berhenti sebentar menatap So Eun kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya. So Eun tidak menyerah. Ia terus mengejar Kim Bum ke mana pun pria itu berjalan. Ia tidak akan melepaskan Kim Bum segitu saja.

"Apa kau tidak punya pekerjaan? Kenapa kau terus mengikutiku? Pulang saja sana, kembali ke kamarmu dan selesaikan novelmu itu," usir Kim Bum membuat So Eun cemberut.

Kadang Kim Bum menjadi pria paling menyebalkan dalam hidup So Eun. Tidak terima akan pengusiran itu membuat So Eun membulatkan keinginannya.

"Aku tidak akan berhenti mengikutimu sebelum kau setuju."

Kim Bum menegakkan tubuhnya menatap So Eun sambil berkacak pinggang. Gadis yang satu ini sangat sulit ia tangani. So Eun selalu punya cara agar Kim Bum mau menuruti permintaannya.

"Kau tidak mau pergi?" Kim Bum mendekati So Eun membuat gadis itu memundurkan langkahnya. Tatapan Kim Bum begitu tajam membuat So Eun gugup dan sedikit takut.

Tembok yang berada di belakangnya membuat So Eun tak bisa bergerak. Kedua tangan Kim Bum mengurungnya. Wajah Kim Bum begitu dekat membuat So Eun semakin gugup.

Perlahan mata So Eun terpejam membiarkan Kim Bum melakukan sesuatu. Mata So Eun terbelalak saat merasakan tubuhnya di angkat oleh Kim Bum seperti karung beras.

"Lepaskan aku, Kim Sang Bum!" teriak So Eun, tapi Kim Bum tidak menanggapinya. Kim Bum menurunkan So Eun di luar cafe lalu ia masuk dan mengunci pintu agar So Eun tidak bisa masuk.

"Yak! Kim Sang Bum!" teriak So Eun kencang. Ia benar-benar kesal karena diusir begitu saja oleh Kim Bum. Sementara di dalam cafe, Kim Bum mengintipnya dari jendela. So Eun terus berteriak memanggil namanya seperti orang gila. Tidak lama kemudian ia pergi. Kim Bum menghela napas lega.

"Dia benar-benar gila."

Cafe dibuka sesaat setelah persiapan selesai. Kim Bum berada di meja bar meracik kopi dan minuman untuk pelanggannya. Senyum manis yang pria itu miliki menjadi daya tarik para wanita. Tidak heran Mates cafe banyak memiliki pelanggan wanita.

"Selamat datang," sapa salah satu karyawannya pada tamu yang baru masuk. Kim Bum mengalihkan tatapannya sejenak. Ia tertegun melihat So Eun menggandeng seorang pria.

Gadis itu menjulurkan lidahnya pada Kim Bum saat tatapan keduanya bertemu. Kim Bum menatapnya datar tanpa ekspresi. Sampai krim yang ia tuang pada kopi tumpah dari cangkir.

"Sial," umpat Kim Bum. Ia harus membuat ulang kopi dan krim susu. Sementara itu pelayan sedang mencatat pesanan di meja So Eun.

"Aku pesan Kim Sang Bum ekstra manis," ucap So Eun membuat pelayan itu bingung. Bahkan pria yang ada di depannya ikut mengerutkan dahi.

"Maaf, itu tidak ada dalam menu."

So Eun menatapnya jengkel. "Aku tahu tidak ada, justru itulah kenapa aku memesannya. Bukankah bartender di sini terkenal serba bisa?"

"Tapi, bos kami tidak dijual," sahut si pelayan. So Eun menatapnya lekat.

"Tapi aku hanya mau memesan dia. Tulis saja di kertas itu. Oh, satu lagi jangan pakai lama."

(Bukan) Pernikahan SettinganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang