API DENDAM SI ANAK KECIL

3 2 0
                                    

keluargaku terdiri dari 6 orang, yaitu kedua orangtuaku dan 3 saudaraku, kamj tinggal digubuk reyot didesa kecil di pinggir kota, akan kuceritakan sebuah drama kehidupan dikeluargaku.

Awal mula kejadian itu adalah saat keluargaku yang miskin sedang berada disebuah hajatan,awalnya tak terjadi apa-apa, sekian detik belum terjadi, tapi beberapa menit kemudian kejadian tak terduga muncul,sekelompok preman yang kurang lebih 20 orang yang turun dari mobil langsung menyerbu ayahku. Ayahku yang bertubuh hitam manis,agak pendek itu berusaha bertahan menghadapi serangan preman itu, semua dihajatan itupun seketika panik dan berhamburan, kakak dan ibuku mencoba berlindung dibawah meja agar tak terkena peluru.

Aku yang saat itu masih berumur 10 tahun, meringkik takut didekapan ibuku. " tenang lah nak " seru ibuku lembut, aku dan kakakku saling bergandengan tangan didekapan ibuku, waktu itu aku tak berani melihat ayahku yang sedang bertaruh nyawa. Tepat 30 menit aku merasa takut, sabetan pedang menyobek dada ayahku, darah bercucuran, dan seketika ibuku berteriak dan berlari ke arah ayahku, preman itu tertawa terbahak bahak, dan salah seorang preman mengacungkan pistol kekepala ibuku dan " deerrr " ibuku tertembus peluru.

Aku berteriak kencang, memuntahkan kata kata sedih yang seketika keluar, kakak dan adiku menangis sedu. Seketika itu perasaanku mulai mati, rasa dendam mulai tertanam dibenakku. "Anak ini dihabisi gk " kata si preman ke temannya " gak usah masih kecil " kata salah satu temannya. Ini adalah paling menyedihkan yang paling aku rasakan, orang tersayangku terkapar tak berdaya.

Mulai saat itu, aku mulai menjadi orang pendendam. Aku mulai menjadi liar dan buas, hidup dijalanan juga menjadikanku orang yang bengis. Sekian lama hampir selama 10 tahun aku hidup dijalanan aku merasa orang yang paling kuat, aku mulai mencari preman-preman yang membantai ayahku dan ibuku.

Tepat dihari ulang tahunku, aku mampu menemukan komplotan pembunuh itu, tak kusangka tubuh mereka jauh lebih besar dari pada aku, namun aku percaya diri bahwa aku mampu membunuh preman itu dengan tangan kosongku. Pertarungan dimulai pedang, golok mengacung didepanku. Melalui keahlian bela diriku, kepalan tanganku mampu merobohkan lelaki bertubuh kekar. 1 jam berlalu aku mampu merobek dan memukul habis 20 preman lebih itu, rasa puas menyelimuti, aku mengaum diruang miskin cahaya laksana singa terluka.

Aku pergi meninggalkan ruangan itu dengan bebat di tangan dan darah disekujur tubuh. Aku tak pergi ke rumah sakit karna sejak kecil aku tak pernah diajarkan untuk sakit. Hari berhari dengan rasa puas aku mulai bosan dengan hidupku, rasa pilu menyelimuti perasaanku. Aku memutuskan untuk melupakan semua, satu yang tak kusadari, ternyata salah seorang preman itu masih bernyawa, dia datang dan membunuhku dari belakang, maut tak terelakan, aku terkapar begitu juga dengan preman itu yang darahnya terus mengucur.

Aku terbangun dan seketika itu pula aku melihat cahaya putih yang membuat hatiku takut dan membuat air mataku bercucuran, aku mencoba menutup mataku, dan seketika aku terbangun. Disekitarku banyak orang yang mengaji, semua tercengang melihatku, aku pun heran, namun seorang yang berbaju putih, dan terlihat sepuh menghampiriku dan mendoakanku. Setelah keadaan tenang, sang kyai itu pun menceritakan semuanya. Seketika memoriku sadar bahwa ternyata aku tadi telah MATI.

PESAN : Jangan dendam, Jangan gegabah, Berpikirlah sebelum bertindak, kembalilah pada tuhan, Berdoalah pada Tuhan saat engkau tak tau harus apa-apa.

Ini hanya cerita fiksi, jika ada kesamaan ide,tokoh dan tempat, saya admin meminta maaf sebesar - besarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

API DENDAM SI ANAK KECILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang