Hallo, teman-teman!
Sebelum aku cerita panjang kali lebar, ada baiknya kita kenalan dulu kali ya? hehe mungkin sebagian dari kalian udah kenal siapa aku, sebagiannya lagi mungkin hanya tau namaku, sebagiannya lagi mungkin sama sekali nggak tau siapa aku hahaha jadi ku putuskan untuk kenalan dulu, biar asik aja gitu ;)
Kalo kalian mau memperkenalkan diri juga boleh banget ya! I will be really happy to know you!
Namaku Rizka Yulvina, biasa dipanggil Rizka atau Kalika. Lahir dari keluarga sederhana yang Alhamdulillah selalu dicukupkan rezeki dan kebahagiaannya sama Allah swt. Mungkin sebagian dari kalian ada yang ngirain aku anak orang kaya karna bisa kuliah sampe ke luar negri hahaha bukan kok, aku berasal dari keluarga yang sederhana hihi thanks to my super Dad and Mom yang udah bekerja keras buat nyukupin semua keperluan anak-anaknya dalam urusan akademis dan lain-lainnya.
Aku anak pertama dari 3 bersaudara hehe katanya sih beban anak pertama (apalagi perempuan) itu berat :') hmmm aku akui iya sih berat, tapi bukan berat karena dituntut ini itu. Keluargaku sama sekali nggak pernah menuntut, apapun itu, tapi menurutku beban yang ada di pundakku ini lebih ke beban tanggung jawab. Tanggung jawab sebagai anak pertama, harus bisa jadi contoh yang baik buat adik-adiknya. Harus membuka jalan yang baik buat adik-adiknya. Walaupun role model mereka bisa aja bukan aku, tapi at least aku adalah orang pertama yang bisa mereka jadikan tolak ukur, bukan?
Meskipun nggak pernah dituntut untuk megang tanggung jawab kayak gitu, tapi kayaknya naruli semua kakak pasti kayak gini deh. Alias pengen selalu jadi contoh yang baik buat adik-adiknya.
Latar belakang sekolahku? Aku bersekolah di SD Pertiwi Teladan Kota Metro, Lampung. Lalu, lanjut ke SMP Negri 1 Kota Metro, Lampung. Dan menghabiskan masa putih-abuabu ku di SMA Negri 1 Kota Metro, Lampung. Kalau nggak ada 3 instansi ini mungkin ya nggak akan ada juga Rizka yang sekarang hehehe 3 sekolah itu pastinya megang peranan penting dalam perkembangan akademisku. Almamater kebanggaan yang bakal aku inget sampai tua nanti hihi.
Ngomong-ngomong soal kuliah di Jerman, kalian penasaran nggak sih apa yang menjadi motivasi aku buat kuliah ke luar negri? Ada beberapa alasan kenapa aku milih kuliah di luar negri.
1. Aku cinta tanah air. Nahloh, bingung, nggak? Kalo cinta tanah air kok ke luar negri? haha baca dulu penjelasanku. Aku dari dulu selalu penasaran, kenapa ya negara di luar sana lebih maju? kenapa ya negaraku belum bisa semaju mereka? padahal disini banyak orang hebat juga, sumber daya alam berlimpah pula. Ya, lewat pikiran klise ini aku kepikiran buat kuliah di luar negri. Penasaran, bule-bule itu belajar apa sih? gimana sih cara mereka berfikir? dan lain-lain. Juga, aku pengen liat Indonesia dari luar. Selama mendep di Indonesia, yang terdengar atau terlihat olehku tuh kebanyakan keluhan, Indonesia yang kurang ini lah, Indonesia yang kurang itu lah. Tapi, sesampainya aku di luar negri dan menetap untuk waktu yang lama, aku bisa liat Indonesia dari sisi yang lainnya, ada banyak keindahan dan nilai plus dari tanah air kita! Yang mungkin selama ini nggak sepenuhnya aku sadari waktu masih tinggal di Indonesia. Kayak yang pernah aku tulis di salah satu puisiku:
Tidak ada hutan serimbun rumahku, tidak ada laut sebiru rumahku, tidak ada buah semanis rumahku, dan tidak ada perbedaan seindah rumahku.
Ngerti kan? Indonesia nggak seburuk yang orang-orang bilang. Ibu pertiwi punya potensi, tinggal nunggu putra-putri bangsanya saling bahu-membahu membangun negri.
Aku yakin, aku bukan satu-satunya anak bangsa yang berfikiran kayak gini "Kuliah di luar negri, belajar setinggi-tingginya, pahami ilmunya, lalu kembali ke tanah air. Terapkan dan amalkan ilmunya di tanah air."
Disini aku bukannya sok pinter, sok hebat, atau sok yang paling ngerti tentang persoalan Indonesia, tapi menurutku membangun negri tidak harus menjadi presiden, tidak harus jadi mentri, tidak harus membangun projek miliayaran. Semua hal baik, bisa dimulai dengan hal kecil, karena semua hal baik akan berdampak besar nantinya.
Berbagi ilmu atapun menjadi relawan sebagai pengajar juga sudah terhitung turut serta dalam mencerdaskan dan membangun bangsa, bukan? ;)
2. Aku suka menantang diriku sendiri. Hahaha some of you pasti udah tau aku seorang yang ambisius. Aku suka men-set goal ku setinggi-tingginya. Aku pernah baca salah satu quote dari Ir. Soekarno, Beliau pernah berkata:
Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.
Pertama kali aku baca quote ini, aku tersentuh banget sampe nangis hahaha berasa kayak ada yang kasih semangat. Yang mana selama ini aku cenderung buat nutupin semua mimpi-mimpiku, aku takut sama judgement orang-orang soal mimpiku. Dan aku akui, aku memang seorang pemimpi, semua rencanaku selalu terlihat 'tidak terjangkau'. Lewat quote ini, tiba-tiba pola pikirku berubah, aku merasa benar dan sah-sah aja untuk mempunyai mimpi setinggi langit. Karena jika aku jatuh, aku akan jatuh di antara bintang-bintang :)
Point positif yang aku dapet dari 'mimpi setinggi langit' ini adalah aku jadi punya motivasi dan semangat yang kuat untuk mewujudkan mimpi itu. Menurutku, kalau aja aku nggak punya mimpi atau tujuan, mungkin aku akan males-malesan aja di rumah. Males belajar, males usaha, karna aku nggak punya tujuan, aku nggak punya mimpi. Tapi, karna aku udah men-set goal ku setinggi langit, aku punya mimpi, aku punya tujuan, aku jadi semangat buat meraih itu hehe.
Sebelum lanjut ke topik selanjutnya, aku jadi pengen bahas soal mimpi nih! Aku simpulin, kalian semua yang baca ceritaku ini pasti punya mimpi kan?
Basicnya, semua mimpi itu sama rata, nggak ada mimpi yang besar, nggak ada mimpi yang kecil. Semua orang punya parameter mimpinya sendiri. So, jangan pernah minder dengan mimpi seseorang, dan jangan pernah pula merendahkan mimpi orang lain. We are in no position to judge someone else's dream, karena kita nggak tau kapasitas dan kemampuan orang tersebut.
Apapun mimpi kalian, as long as itu hal baik, be proud of it! Jangan pernah malu atau takut untuk mewujudkan itu.
Ada tips nih dari aku, dalam perjalanan atau bahkan dari kita memulai langkah untuk mewujudkan mimpi kita tersebut, pasti ada aja mulut-mulut manusia yang kurang mengenakan untuk kita dengar.
"Emang bisa?"
"Mimpi lo ketinggian haha"
"Yaelahhh becanda lo. Mana bisa sih lo kayak begitu, yang realistis aja"
Dan kalimat-kalimat sampah lainnya. Kalo ada yang bilang kayak begitu ke kita, nggak usah down. Senyum aja, cukup cuekin aja, jadiin pecutan biar kita tambah semangat buat wujudin mimpi kita tersebut. Inget ini:
Stay focus, make it happen, and shock everyone!
Yang tau sehebat apa kita, ya hanya diri kita sendiri. Stop dengerin judgement orang-orang yang nggak kenal kita. Trust ourselves! We can!
Gimana kalo kita gagal mewujudkan mimpi kita itu? Tunggu-tunggu, kita lurusin dulu definisi dari kata 'gagal' tersebut. Kalau kita udah berusaha semampu yang kita bisa, sekeras yang kita bisa, tapi mimpi itu nggak terwujud, itu bukan gagal. Sekali lagi, itu bukan gagal. Gagal itu adalah sebuah hasil akhir dimana kita nggak dapetin apapun selain penyesalan.
Kalau udah berusaha keras tapi mimpinya nggak tercapai, hasil yang kita dapetin mungkin memang bukan mimpi tersebut, tapi setidaknya kita selangkah lebih baik, selangkah lebih keren dari pada kita yang sebelumnya, pasti ada banyak pelajaran yang bisa kita dapetin dari proses panjang yang udah kita lewatin tersebut, dan yang paling penting kita nggak akan ngerasain penyesalan, cause we know, we've tried our best!
Kalo satu pintu tertutup, berarti ada seribu pintu lainnya yang terbuka. So, jangan hancur. Sedih sebentar boleh, nangis sebentar boleh, itu manusiawi, tapi abis itu semangat lagi ya:) Masih banyak mimpi indah lainnya yang nungguin kamu!
Di part selanjutnya aku bakal ceritain persiapan aku ke Jerman, dari soal belajar, cari info, sampe dapetin restu orang tua hehehe!
Stay tune yah! Aku harap kalian nggak bosen bacain cerita aku hahaha.
19.Sept.2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear me, Terima Kasih.
Non-FictionCerita perjalananku selama menuntut ilmu di jantung benua eropa, Jerman.