V. Membabu Buta

1 1 0
                                    

Aku terdiam.
Aku terduduk.
Aku memendam
Aku kian merunduk.

Bodoh!
Itu kataku untuk aku yang disana
Aku dengan rasa takut yang tak berarah
Hari yang terus beralalu
Tapi tidak dengan luka yang dulu

Bodoh!
Kataku lagi untuk aku yang  berbohong
Aku pergi kataku demi sesuap nasi
Saat pulangku datang perutku kosong
Aku diam hanya demi ketenangan hati

Aku bimbang.
Nyatanya bukan hanya perut yang kosong
Hati pun kini seperti kertas kosong.
Bertuhan tapi ibadahnya sering bolong.

Ku hanya untuk melepas lelah
Tidak untuk mendapat berkah
Pergiku kini hanya demi receh
Melupakan rasa manis dalam teh
Menikmati pahit kopi dipinggiran kota
Walau hati benar telah meronta.

Apa dayaku.
Bergelar tidak.
Bertahta tidak.
Berparas cantik nan indahpun tidak.
Aku ini apa?
Melihat tapi buta.
Mendengar tapi tuli.
Merasa tapi hampir mati.
Sadarlah hati.
Jangan hanya meronta tanpa melangkah
Lembutlah hati
Jangan terus menerus jadi babu
Hinggga jasad benar benar jadi debu
Terbukalah hati
Biar jadi babu tapi jangan buta

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerita LamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang