Sudah sebulan aku menganggur. Puluhan lamaran kerjaku tersebar di berbagai sekolah atau perusahaan. Semua kukirimkan memakai jasa pengiriman surat. Aku tidak tahu apakah lamaranku sampai ke meja HRD atau cuma sekadar terkirim lalu berakhir ke tong sampah. Namun, dalam hati berharap, setidaknya aku mendapatkan satu panggilan kerja saja. Itu cukup membuat semangatku kembali.
Pada suatu siang, aku mendapatkan telepon dari nomor baru. Jantungku berdegup. Hatiku memohon. Benar saja... aku mendapat panggilan kerja. Akhirnya, bisikku dalam hati, ada sekolah yang melirik dan mempertimbangkan lamaran kerjaku.
Segera kusiapkan berkasku, alat tulis, kemeja yang akan kupakai, sepatu, celana. Lusa aku akan mengikuti ujian masuk dan wawancara kerja. Kubulatkan tekad dengan persiapan yang matang.
Detik demi detik kumanfaatkan untuk belajar dan berlatih. Bagaimana tidak, waktuku hanya sedikit. Begitulah dunia kerja. Tidak siap, maka bersiaplah tersingkir. Aku tidak mau tersingkir atau disingkirkan. Aku harus berjuang.
______
Singkat cerita, kini aku jadi guru di sebuah yayasan pendidikan. Kuingat pertama kali kerja, saat rapat umum bersama yayasan, setiap guru baru memperkenalkan diri di hadapan semua guru. Tak terkecuali aku. Baru kali itu aku berdiri di depan para guru mulai dari guru Taman Kanak-Kanak (TK) hingga guru Sekolah Menengah Atas (SMA).
Ada seorang guru baru. Perempuan. Lumayan cantik. Dia maju ke depan memperkenalkan diri.
Namanya Sari, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, penempatan di unit SMP. Kemudian pembawa acara berkata, "status?" Seketika ruangan riuh, penuh tawa dan canda, guru-guru pria mulai menggoda. Sepertinya semua tak sabar ingin mengetahui status sang guru baru di depan.
"Status," Bu Sari diam sejenak, ruangan hening, "sudah menikah," jawab Bu Sari sambil tersenyum. Ruangan kembali riuh, seolah-olah seisi ruangan kecewa. Sementara aku deg-degan menunggu giliran ke depan. Cemas dijadikan bahan tertawaan.
Ketika giliranku tiba. Semua diam. Menunggu aku berbicara. Sebenarnya aku gugup.
"Selamat siang, Bapak dan Ibu. Perkenalkan nama saya Aldi, dipercayakan mengajar Matematika di unit SMP."
Mungkin karena pembawaan kaku atau karena perkenalanku tidak menarik, ruangan tidak begitu berisik. Malahan semua tenang sambil menunggu kalimatku berikutnya.
Aku pun melanjutkan, "saya senang berada di antara Bapak dan Ibu. Berharap saya dapat memberikan yang terbaik untuk sekolah ini. Kiranya Bapak dan Ibu yang telah mengabdi lebih dulu di sini berkenan membimbing saya karena saya masih belum berpengalaman."
Perkenalan guru-guru baru merupakan momen menyenangkan bagi guru lama. Apalagi sejak pagi acara rapat dipenuhi berbagai sambutan dan arahan dari para pimpinan yayasan. Sebuah rutinitas tahunan di awal tahun pelajaran baru. Sementara bagi guru-guru baru, momen itu menjadi momen untuk ujian mental; kesiapan hati memasuki dunia baru.
Tidak hanya guru baru, kepala sekolah tiap unit juga diperkenalkan. Ada kepala sekolah yang baru terpilih, ada juga yang tetap pada jabatannya. Penentuan siapa yang menjabat sebagai kepala sekolah sepenuhnya wewenang pengurus yayasan.
Masing-masing kepala sekolah memberikan sambutan dan membacakan laporan singkat mengenai pencapaian tahun ajaran sebelumnya. Kesempatan itu menjadi momen bagi kepala sekolah untuk memotivasi guru-guru yang akan menjadi bawahannya sambil mencari-cari perhatian di depan yayasan. Rata-rata mengharapkan agar semua guru dapat bekerja dengan sungguh-sungguh, disiplin, dan penuh tanggung jawab.
Selesai perkenalan dan laporan para kepala sekolah, acara dilanjutkan dengan sosialisasi kebijakan dari koordinator yayasan. Acara ini dimulai dengan membacakan visi dan misi yayasan. Semua yang dibacakan terpampang di layar. Sehingga seluruh peserta dapat membacanya. Disusul pembacaan motto sekolah yang kemudian diikuti oleh seluruh peserta rapat.
Kebijakan yayasan tidak banyak yang berubah. Hal-hal mengenai tugas dan tanggung jawab guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan hampir tidak ada yang berubah. Wakil ketua yayasan, yang membaca kebijakan terkait ini, berulang-ulang mengingatkan agar setiap komponen mengerjakan tugas dengan tulus dan penuh tanggung jawab demi kemajuan yayasan. Yayasan maju, sekolah pun berkembang. Gaji pun naik.
Namun, yang ditunggu-tunggu oleh guru bukanlah perubahan kebijakan, arahan dan bimbingan, visi dan misi, atau segala macam aturan. Sebab semua bisa dibaca dalam buku saku yang dibagikan.
Pengumuman tentang kenaikan gajilah yang dinanti-nantikan. Aku rasa di sekolah mana pun yang bernaung di bawah yayasan alias sekolah swasta, persoalan gaji atau honor merupakan isu yang selalu jadi bahan perbincangan di antara guru. Isu kedua adalah tekanan kerja.
Begitulah hari pertamaku di sekolah baru. Aku belum kenal banyak guru-guru di sana. Mereka memang berusaha akrab dan berlaku seolah-olah telah lama kenal. Mungkin karena ini masih awal jadi semua terasa menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHIR CERITA SANG GURU
Short StoryCerita ini berkisah tentang aku yang berprofesi sebagai guru. Namaku Aldi. Aku tidak saja mengajar, tetapi belajar dari seorang guru senior. Beliau kuanggap guruku sendiri di saat-saat aku telah menjadi seorang guru. Cerita ini mengandung pembelaja...