Happy reading!
•••
Di kegelapan malam sunyi nan tenang, terdapat suatu cahaya yang datang dan menyorot ke arah jendela kamar milik seorang bocah berusia tiga belas tahun. Anak itu merasakan cahaya yang menyilaukan matanya, lantas terbangun dengan keadaan belum sepenuhnya sadar. Ia menyipitkan mata, berusaha memperjelas penglihatan. Kemudian turun dari ranjang, menghampiri jendela yang letaknya di sebelah kiri kasur untuk mencari tahu asal cahaya yang menyorot kamarnya itu.
Tampak dari dalam kamar sebuah benda berbentuk seperti gasing tetapi lebih pipih dan berukuran lumayan besar melayang di langit, benda itu terbang menuju ke dalam hutan. Lalu hilang tertutup awan mendung di langit malam.
Kyra, bocah itu langsung mengambil jaketnya dan keluar dari kamar, berhati-hati dengan tidak menimbulkan sedikitpun suara yang bisa membangunkan bundanya saat tertidur lelap. Rasa penasaran mendorong ia untuk menyelidiki akan benda misterius tadi.
Langit mendung menghalangi cahaya rembulan. Hawa dingin menyelimuti tubuhnya. Kyra berjalan cepat mendekati hutan dan memasuki hutan itu lebih dalam lagi. Samar-samar terlihat dari kejauhan dua sosok seperti manusia, tetapi yang tampak hanya siluetnya saja. Gadis itu semakin penasaran dan mendekat ke tempat si sosok berada, ia terus saja berjalan tanpa ragu. Sampai akhirnya merasakan ada sesuatu yang ganjil. Kyra menghentikan langkahnya tepat tujuh meter di depan mereka. Terkesiap. Diam. Tak bergerak sedikitpun.
Bocah itu berusaha memberanikan diri untuk bicara meski mulutnya sudah sekaku kanebo kering. "Ka-kalian ... siapa?"
Salah dari dua sosok itu melangkah maju ke arahnya diikuti sosok yang lebih pendek di belakang. Ia mematung, tidak berkata apa pun. Masih terkejut. Sedangkan dua sosok itu masih terus melangkah, lalu mereka berhenti ketika posisinya sudah dekat dengan anak di hadapannya.
"Ah ... maaf. Perkenalkan, namaku Raffa," ucap bocah yang diperkirakan sama usianya dengan Kyra. "ini adikku, Rayna." Ia memperkenalkan seseorang di belakangnya.
'Oh, syukurlah, hanya anak lelaki dan adiknya. Eh ... tapi,' pikir Kyra, ia terheran-heran. "Kenapa kalian ada di tengah hutan malam-malam gini?"
Raffa diam sejenak, lalu menjawab, "Sebenarnya ... kami berdua kabur dari rumah, tapi akhirnya malah tersesat di tempat ini." Ia sedikit menunduk.
'Hufh ... kukira mereka bukan manusia, ternyata benar-benar bocah biasa sepertiku yang kabur dari rumah,' batinnya. "Ehm ... kalau boleh tau, kenapa kalian pergi dari rumah?"
Raffa kembali menatap mata Kyra, tak menjawab pertanyaannya, yang akhirnya membuat suasana jadi terasa sangat canggung.
'Duh, jangan-jangan aku salah bicara?' pikirnya negatif. "Ma-"
Mendadak angin malam berhembus lebih kencang. Pembicaraan di tengah hutan terhenti sekarang juga karena angin yang tiba-tiba ribut tak terkendali. Mereka bertiga tak kuasa menahan hawa dingin itu dengan beralaskan baju yang tidak cukup tebal.
"Kalian ... ayo ke rumahku dulu, terlalu dingin di sini." Ia menarik tangan Raffa, sedangkan Raffa menggenggam erat tangan adiknya. Mereka berdua dituntun ke tempat yang jauh lebih aman.
Sampai di sana, Raffa dan adiknya, Rayna, dipersilahkan untuk menginap semalam di kamar Kyra. Gadis itu merasa iba melihat dua bocah di tengah malam berkeliaran sebab tidak ada tempat tinggal.
"Maaf, ya, agak sempit dan berantakan." Kyra menyalakan lampu. "Oh, sebentar, aku ada kasur cadangan." Ia meraih kasur lipat yang ada di samping lemari, lalu menghamparkannya di atas lantai. "Kamu sebagai cowok di bawah, ya. Biar aku dan Rayna yang di atas. Ada keberatan?" jelasnya.
"Nggak masalah, terima kasih, ya."
"Santai aja. Ah, iya, Rayna mau pinjam bajuku?" Ia menatap ke arah gadis kecil di sebelah Raffa.
"Mm ... boleh?" tanya gadis kecil itu. Sepertinya ia masih canggung dengan orang baru.
Kyra mengangguk dan tersenyum, diambilkannya sepasang baju tidur beserta sebuah kaus. "Ini bajunya. Ganti di kamar mandi, ya."
Rayna mengangguk, ia segera mengambil baju itu dan menggantinya.
"Aku sebenarnya punya kaus yang bisa dipakai anak lelaki, Raffa mau pinjam?" Kyra menyodorkan sebuah kaus yang ia bawa sebelumnya.
Bocah itu mengangguk, samar-samar seperti mengatakan, 'Sekali lagi terima kasih'.
"Oh, iya, namaku Kyra. Maaf baru perkenalan sekarang, lupa." Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Raffa hanya tertawa kecil melihatnya.
"Dan ... untuk pertanyaan tadi," ucap Kyra. "Maaf, ya, aku takut kalian tersinggung ...." Anak itu menunduk.
"Enggak apa-apa. Sebenarnya ... mungkin saja suatu saat akan kuberi tahu di waktu yang pas."
Kyra mengangguk paham.
Tidak berselang lama, Rayna keluar dengan baju yang ia pinjam. Kyra melayangkan pandangan ke arah gadis kecil itu, seketika saja matanya membulat, merasa gemas.
"Aaa ... Rayna imut bangeett! Jadi adikku, ya? Boleh, 'kan, Raff?" Ia menoleh ke si kakak seraya tersenyum lebar. "Aku anak tunggal, suka kesepian ... bolehlah, ya? Boleh, yaa?" bujuknya dengan wajah sok melas.
Raffa tidak tahu harus berkata apa. Ingin menolak tapi sulit-serasa manusia yang tidak tahu terima kasih-karena bocah itu sudah membantu mereka.
"Tentu saja ...," jawab Raffa. Wajah melas Kyra seketika berubah menjadi ceria. "nggak boleh." Raffa membelakangi adiknya. "Rayna itu adik kesayanganku, Ra. Satu-satunya ...."
"O ... oke, deh." Gadis itu membuang muka malu. Dua bocah di hadapannya hanya menahan tawa memandang tingkah lakunya itu. "Ka-kalau begitu, kamu ganti baju sana, Raff!"
"Ini mau, kok." Raffa menghampiri pintu kamar mandi.
"Ya udah, yang penting nanti kamu harus tidur di bawah, ya! Aku mau bareng adikku." Ia hendak membuka pintu kamar, namun terhenti. "Maksudku ... adikmu." Kyra membuka pintu. "Sebentar, aku ambilkan air."
Anak itu berjalan cepat ke arah ruang makan. Ia menuangkan air ke gelas untuk dirinya, merenung sejenak, masih merasa sedikit malu. Kemudian kembali ke kamar dengan membawakan segelas air untuk Raffa dan Rayna.
"Hola, udah selesai gantinya, Raff? Aku ngantuk." Kyra menguap seraya menutup mulutnya. "Kalau mau minum, ambil aja, ya." Ia meletakkan gelas di nakas.
"Sudah. Adikku juga kayaknya ngantuk berat, jadi kusuruh tidur duluan."
"Ohh. Oke, aku tidur, ya." Kyra mematikan lampu kamar, beranjak naik ke kasur. "Malam .... Tidur sana, Raff." Ia menarik selimut, matanya mulai menutup.
"Malam juga."
To be continued ....
•••
Thx for reading!
*Note: Kyra dibaca Kayra
Eyyow! Semoga kalian terhibur dengan kisah Kyra. Kalau ada yang mau dikritik dan saran, silakan .... :𝙳
-05 Okt 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of You
Teen FictionGadis berusia tiga belas tahun tiba-tiba terbangun di tengah malam sebab cahaya yang menyorot jendela kamarnya. Anak ini penasaran, sehingga ia pergi ke luar untuk menelusuri cahaya tersebut. Namun, ketika sang gadis masih mencari tahu asal cahaya i...