2. Just One Day

117 28 171
                                    

Paginya, Jimin bangun dari tidurnya. Laki-laki itu sedikit terkejut melihat Shierra yang terduduk di sampingnya dengan selimut menutupi tubuhnya yang tak terbalut kain sama sekali. Wanita itu mengalihkan pandangannya ke arah lain, seperti tak segan menatap ke arah Jimin.

"Sayang?" Jimin berucap lembut. Laki-laki itu memposisikan dirinya duduk di samping wanita itu, lalu menyentuh lembut pipi Shierra.

"Jangan ganggu aku!" Shierra menepis tangan Jimin, membuat Jimin terkejut melihat responnya.

"Ma-maafkan aku." Jimin berucap lirih. Laki-laki itu semakin cemas mendengar suara isakan Shierra.

Dengan perhatian, Jimin mencoba menarik lembut tubuh Shierra agar mendekat ke arahnya. Laki-laki itu memeluknya dengan lembut.

"Maafkan aku. Aku salah. Aku melanggar janjiku," ucap Jimin dengan nada menyesal. Laki-laki itu benar-benar tidak ingin melihat wanitanya menangis seperti ini apalagi karena dirinya.

Sebelum menikah, Jimin dan Shierra memang pernah membuat sebuah perjanjian. Di mana salah satunya adalah ketika Shierra meminta Jimin untuk bersabar ketika malam pertama mereka. Karena Shierra memang belum siap pada saat itu.

Shierra menggeleng pelan. "Se-sebenarnya ... aku nggak marah karena itu, Jim."

Jimin mengerutkan keningnya. "Terus?"

"Itu ... sa-sakit. A-aku tadi ingin ke kamar mandi ta-tapi nggak bisa jalan," rengek Shierra, membuat kedua netra Jimin mengerjab sejenak, lalu tertawa. Hal itu tentu saja membuat Shierra kesal dan menatapnya sinis.

"Kok ketawa?! Nyebelin banget!" gerutu Shierra, gadis itu melepaskan kedua lengan Jimin yang melingkari tubuhnya dengan kesal.

Jimin terkekeh. Laki-laki itu kembali memeluk Shierra. "Dengarkan aku dulu."

Shierra diam. Wanita itu membiarkan Jimin bicara dan terus memeluknya. "Aku minta maaf, karena udah buat kamu nggak bisa jalan."

"Iya, itu karena kamu tahu! Aku juga hampir ga bisa napas gara-gara kamu!" kesal Shierra.

"Tapi kamu nikmatin, tuh. Kamu suka, kan?" ucap Jimin dengan jahilnya sembari mencubit pipi Shierra gemas.

Shierra menepis tangan Jimin. "Apaan sih. Sakit, tahu!" kesalnya.

Jimin terkekeh lalu mengusap lembut surai Shierra. "Iya-iya sayang. Maaf, ya."

Jimin menghela napas dan hendak beranjak.

"Hih ... Jimin! Mau kemana!" Shierra menutup wajahnya, karena Jimin dengan santainya turun dan mengambil handuk yang sempat ia jatuhkan lalu kembali memakainya di pinggangnya.

"Aku mau bantu kamu. Katanya mau ke kamar mandi?"

"Nggak mau!" kesal Shierra. Sungguh malu banget. Shierra bahkan tidak menyangka telah melakukan itu semalaman dengan Jimin. Sungguh, kenapa dia sampai berani mencium Jimin lebih dulu?

Shierra sebenarnya tak mempunyai cara lain lagi selain melakukannya. Dia juga sebenarnya takut. Tapi lama kelamaan .... ah sudahlah. Kenapa dia jadi mengingat hal semalam, sih?

Jimin menghela napas. Laki-laki itu menghampiri Shierra dan duduk di sampingnya. "Hey. Kenapa ditutupin? Bukannya kamu udah liat...."

"Diem!" potong Shierra, wanita itu masih menutupi wajahnya.

Lucu. Itulah yang ada di pikiran Jimin.

Laki-laki itu beranjak. "Ya udah kalo nggak mau dibantu. Kamu nggak usah mandi. Tak biarin di situ terus."

Shierra sontak melotot ke arah Jimin. "Jahat banget! Istrinya lagi sakit bukannya dibujuk!"

Oh ya Tuhan. Jangan sampai Jimin kembali memeluk wanita kesayangannya ini, nanti dia malah tidak jadi ke kamar mandi dan malah bisa saja melanjutkan hal semalam akibat omelannya yang manis.

Apple Sweet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang