❥︎Prolog

103 30 4
                                    

|•|•|•|

Seorang pria bersurai hitam legam menelusuri jalan bersalju di pegunungan, tempat yang sunyi dan hanya bermodalkan cahaya rembulan.

Dengan satu tangan menahan topi agar tak terbang tersapu angin kencang, pria itu menatap dengan dingin ke jalan di depan.

"Hei.."

Suara pelan terdengar di sepanjang hutan. Terus memangilnya, terus berbisik di dekat telinganya, membuat pria itu kesal namun sayangnya tak dapat berbuat apa-apa untuk menghalaunya.

Pria itu terus berjalan, walau mukanya telah memerah dan kaku semenjak menapaki pegunungan bersalju itu, ditambah, kini seorang perempuan mengikuti sambil bersenandung dengan sengaja menganggu pendengarannya.

"Anak lemah itu..." suara halus perempuan itu terdengar menggema. 

Pembuluh darah mengeras, urat wajahnya timbul ke permukaan kulit. Pria itu dengan geram melayangkan tangannya ke samping kanan tubuhnya, hingga batang-batang pohon yang terkena serangan, terpotong searah cakaran tangannya.

Suara dari beberapa pohon tumbang terdengar jelas memenuhi tengah hutan. Asap dingin pun mengepul keluar karena hantaman batang kayu besar ke empuknya salju di permukaan.

Ia mengatupkan giginya, taring pun terlihat dari sana.

"BERHENTI LAH MENGIKUTIKU! PULANG LAH KE TEMPAT KAU SEHARUSNYA BERADA!"

*sret*

"Kau ataupun aku, tetap akan berakhir di neraka."

Mata membulat karna kaget, Pria itu bergidik begitu seorang perempuan berambut hitam kini berada di depan wajahnya. Ia menatap dengan kedua matanya yang bulat, melihat melalui kedua manik merah terang.

"Kibutsuji-kun. Kau mau kemana?"

"BUKAN URUSANMU!"

*WUSHH*

Tangan dilayangkan dengan cepat, kuku kuku tajam berhasil membawa beberapa kulit, darah pun menetes dari ujung tangannya, walau begitu pria itu justru malah mengernyit tak suka.

Perempuan di depannya masih berdiri dengan tak satu pun luka yang menghiasi tubuh atau wajahnya.

Ia masih menatap lurus, mengamati pria itu lekat-lekat.

"Jangan menyerangku dong. Aku kesakitan tau?" Ujar Perempuan itu dengan nada mengejek yang sontak membuat si pria memejamkan mata dengan kesal.

Ia memilih untuk pergi dari sana dan tak melayani gadis itu untuk bermain.

Perempuan bersurai hitam itu kini tersenyum tipis, dan berbalik setengah badan untuk melihat langkah laki-laki yang makin menjauh itu.

"Aku harap pilihan mu tak salah!"
Sorak gadis itu sebelum menghilang di antara kabut tebal di tengah badai.

*****


Matahari tak lama lagi akan terbit.

Seorang perempuan berambut putih berdiri di tengah dengan beberapa orang yang mengelilinginya.

Ia memejamkan mata dengan satu tangan bersiap menarik katana, kemudian menarik nafas dengan dalam.

Kini langkah kaki terdengar beriringan, langkah berat menelusuri jalan bersalju. Semakin lama semakin dekat hingga seseorang bersorak sambil mengarahkan katana miliknya,

"SERANG DIA!"

Gadis itu dengan cepat memasang kuda-kuda, menarik katananya dengan cepat dari sarungnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Immortals • KNY (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang