PROLOG

363 51 4
                                    

Teriakan, tangisan dan darah.

Ketiga hal itu adalah definisi kebahagiaan menurut seorang Mew Suppasit Jongcheveevat.

Aroma anyir dari darah terasa sangat menusuk diindra penciuman, tapi Mew tetap tidak berhenti melakukan hal yang membuatnya moodnya bagus?

“Ma-maafkan saya Tuan, mohon ampuni saya. Wa-waktu itu saya khilaf, hingga menggelapkan dana perusahaan.”

Suara teriakan dan tangisan dari pria tua itu tidak membuat rasa iba sedikit pun dalam hati Mew, menurutnya suara itu adalah suara penyemangat untuknya agar terus menyiksa pria tua itu.

“HAHAHAHA. Apa katamu, maaf? Apa kau melupakan perjanjian hitam di atas putih itu? Jika kau lupa, akan saya ingatkan.”

Seringai itu semakin terlihat menyeramkan, Mew benar-benar tidak waras.

“Jika ada yang menggelapkan dana perusahaan, maka orang itu harus membayar dengan nyawanya.”

Pria tua itu ingat betul perjanjian hitam di atas putih itu. Karena tidak mendapat respon yang baik dari lawan bicaranya, Mew mendekat dan menjambak rambutnya, hingga pria tua itu mendongak.

“Sudah ingat perjanjian itu, Pak tua?”

Pria tua itu memang ingat bagaimana konsekuensinya jika menggelapkan dana perusahaan MSS Group, tapi pria tua itu sudah sangat tergiur melihat tumpukan uang yang nilainya tidak sedikit, tapi bukan miliknya.

Apalagi pria tua itu suka sekali jajan wanita, melihat bertumpuk-tumpuk uang, membuatnya kehilangan akal sehat.

Dan saat ini yang turun tangan langsung untuk menghukumnya adalah Mew Suppasit Jongcheveevat— pria gila yang sialnya adalah CEO perusahaan tempatnya bekerja.

Srekkk...

“Arghhhh! Maafkan saya Tu-tuan.”

Mew kembali menancapkan pisaunya dan mencabutnya dengan gerakan cepat, suara tawanya bersatu dengan suara teriakan pria tua itu.

Mew semakin brutal menyiksa pria tua itu. Bahkan jika pria itu pingsan, Mew akan menyiramnya dengan air es bercampurkan cuka.

Setelah tidak terdengar lagi suara teriakan dan tangisan dari pria didepannya, Mew langsung menebas kepala pria itu dengan gerakan sangat cepat.

“Merepotkan!”

Mew membersihkan darah yang menempel pada wajahnya dengan sapu tangan miliknya, mulutnya berdecih saat melihat sapu tangan itu ternyata berwarna putih.

“Urus dia, organ tubuh yang masih bisa berfungsi jual saja. Hari ini saya tidak akan ke kantor, tapi tetap awasi kantor.”

“Siap Tuan!”

Setelah mengatakan itu Mew langsung keluar dari ruang eksekusi, seringai tipis terus terbit dibibir tipisnya.

Orang-orang yang melihat Bos mereka keluar dari ruang eksekusi, menunduk hormat. Mereka tidak pernah berani mengangkat wajah jika berhadapan dengan Mew.

Aura Jongcheveevat milik Mew benar-benar kental, apalagi Mew adalah cucu pertama Jongcheveevat.







Bersambung...


Ini aku remake cerita baru hehehe.

Yang di akun ElmyRisalati kan versi XenzioShea. Nah di sini aku bikin yang versi MewGulf.

Bubayy:)

23:59 [MEWGULF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang