Junkyu dan Yoshi tidak bisa di bilang sangat dekat. Mereka memang teman setim, tapi Yoshi dan Junkyu menjadi agak canggung satu sama lain. Terlebih-lebih Yoshi memang agak pemalu, walau Haruto pernah mengatakan, jika sudah kenal lebih jauh Yoshi itu malu-maluin. Yang setelah itu mendapatkan nyinyiran dari Asahi.
Pemuda jepang dengan marga Hamada itu lebih mengartikan sifat Yoshi sebagai orang yang ingin lebih berkembang, hingga kadang ada saja hal aneh yang di lakukan member tertua dari jepang itu.
Tapi tetap saja, bagi Junkyu, Yoshi itu pemalu. Dia bahkan terbata saat Junkyu pertama kali berkenalan dengannya.
Dengan kedekatan yang lumayan canggung seperti itu. Junkyu tidak pernah mengira dirinya akan berada di tempat ini bersama Yoshi, hanya berdua.
Junkyu menemukan Yoshi berlatih di sini dari subuh, di saat hari ini merupakan hari libur latihan. Hingga akhirnya Junkyu merasa kasihan dan menemani Yoshi sebentar.
Dia pikir supaya dekat juga, mereka kan member seteam. Tapi yang dia dapat malah ke adaan yang lumayan canggung.
“Kau tidak pulang?”
“Ah- Ya— A-aku ingin di sini sebentar.”
Junkyu menjawabnya dengan terbata.Hingga tanpa sadar telingganya menangkap sebuah kekehan.
Kecil namun sangat merdu. Junkyu menoleh ke sebelah lalu menemukan Yoshi yang sama-sama menatapnya. Maka, dengan begitu saja Junkyu membuang muka. Agak— gugup(?)“K-Kau terlihat kelelahan, memangnya kau disini se-sejak k-kapan?” tanya Junkyu. Berusaha mengaligkan topik.
Hanya untuk membuat Yoshi yang menyenderkan kepalanya di dinding menatap ke arah Junkyu melalui sudut matanya.
“Kemarin malam.”
“Loh! kau tidak jadi pulang kemarin malam? katamu kau akan pulang sendiri?”
Yoshi menggeleng. “Aku sudah bersiap untuk pulang kemarin, lalu aku tidak sengaja bertemu dengan mino hyung, jadi aku ikut bersamanya membuat lagu sampai jam 3 subuh.”
“Kau ini ambisi sekali, kesehatanmu bisa saja menurun jika begitu.”
Yoshi mengangkat bahunya acuh dengan mata yang tertutup dan kepala di senderkan pada dinding di belakangnya.
“Aku hanya ingin mengembangkan bakatku, aku cukup tertinggal sejak fokus belajar bulan lalu.”
“Tapi jangan begini juga, kau bisa sakit.”
Yoshi hanya terkekeh dan memilih tidak menyahut lagi. Sementara Junkyu menganggapnya sebagai tanda kalau Yoshi sangat kelelahan dan malas berbicara.
Dia kadang melihat Yoshi seperti ini saat latihan dance bersama, dimana pemuda jepang itu hanya duduk memojok dan berdehem untuk setiap pertanyaan yang di ajukan.
Tapi, karena cukup lama tidak ada percakapan apapun, Junkyu berniat untuk pulang saja, maka dengan sedikit antusias ia menolehkan kepalanya ke arah Yoshi. Berniat untuk mengajak pemuda Jepang itu pulang bersama.
Namun, semuanya terhenti begitu saja dengan mata Junkyu yang melotot tajam. Di pundaknya kini, secara mendadak di jatuhi kepala Yoshi. Di iringi suara dengkuran halus.
Yoshi ketiduran.
Junkyu jadi tidak tega. Pemuda jepang itu sudah berlatih cukup keras hingga kelelahan, memberikan sebentar bahunya sebagai sandaran bukanlah masalah. Lagi pula tidak ada kegiatan yang dia lakukan selain rabahan di dorm nanti.
Maka, Junkyu dengan inisiatif membenahi posisi kepala Yoshi, membiarkan pemuda jepang itu bersender lebih nyaman di pundaknya. Dan ia sendiri lanjut bermain ponsel pintarnya.
Dan ya sesekali Junkyu menolehkan kepalanya ke samping, entah untuk membenahi rambut Yoshi yang basah karena keringat agar tak mengenai mata pemuda Jepang itu, atau menyentuh hidung Yoshi saking gemasnya.
Hingga, pintu ruang latihan tiba-tiba di buka.
“Yoshi hyungggg!”
Junkyu sedikit menggeram lalu menarug jarinya di bibir, mengisyaratkan pemuda Jepang dengan tinggi sepadan tiang bendera itu untuk diam.
“Junkyu hyung? kenapa disini? dan heol! pemandangan apa ini, kenapa Yoshi hyung tidur di pundakmu?”
“Kecilkan suaramu Ruto-ssi, Yoshi berlatih dari kemarin malam disini, dan dia ketiduran di pundakku secara tidak sengaja.”
Haruto melotot. “Dari kemarin malam?”
“Iya. katanya dia sudah ketinggalan cukup jauh.”Haruto sempat menghela nafas, sebelum berlutut di depan Yoshi, hanya untuk melihat wajah hyung kesayangannya itu dari dekat lalu mengusap pelan rambutnya.
“Hyung-ku ini memang sangat ambisi.” katanya. “padahal dia sudah jauh lebih baik dariku, tatap saja dia tidak puas, malahan dia bilang, dia lebih buruk dari ku.”
Junkyu tidak bisa mengelak apapun, jadi dia hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Hyung tolong temani Yoshi-hyung, aku di panggil manager,”
“Ya sudah sana.”
Junkyu hanya menatap Haruto yang sudah berlalu pergi. Lantas ia menatap Yoshi di sebelahnya yang masih setia mendengkur halus.
Tangannya terulur untuk mengusap pelan rambut Yoshi, rambut yang selalu terlihat sangat lembut dan menggoda untuk di usap. Junkyu sampai gemas sendiri saat waktu itu melihat rambut Yoshi yang diterpa angin.
Kemudian, pandangannya turun di wajah Yoshi. Hal yang selalu membuat Junkyu kagum, dari segala sisipun wakah Yoshi itu tampan, dan jika di lihat lebih dekat, kulitnya sangat lucu, berwarna putih kemerahan, mirip sekali dengan pipi bayi.
Lalu tanpa sadar, dia mendaratkan kecupan di atas pucuk kepala Yoshi, lalu mengatakan,
“Jangan terlalu memaksa dirimu Yoshi-ya, kau sudah bekerja cukup keras, jangan sampai karena ini kau malah sakit, aku sayang padamu, tidur yang nyenyak my angel.”
Lantas, tangannya ia ulurkan untuk memeluk badan Yoshi, lalu ikut menyenderkan kepalanya di atas kepala Yoshi. Entah mengapa rasa kantuk menghampirinya.
Untuk hari ini saja, ia biarkan jantungnya berpacu dengan cepat.