"Hei, Midoriya."
"Iya ?"
"Kacchan itu sangat keren!"
"Kau sangat menyukai kacchan ya, Midoriya ?"
"Hu'um! Karena dia memiliki rambut pirang yang sama seperti All Might, pro Hero nomor 1 kesukaanku dan kacchan. Bukankah itu keren ?"
...
"Pergi menjauh dariku, Kuso Nerd!" Katsuki mendorong kasar badan mungil anak laki laki lebih mungil darinya hingga terduduk. Karena merasakan laki laki itu mengikutinya sedari pulang sekolah. Dia tahu bahwa dia sudah di titip amanah oleh bibi Inko untuk menjaga anak manja itu dari bullying di sekolah.
Terlebih fakta mereka sewaktu paud, kata Ibunya, begitu sangat akrab. Menjijikan
Helaian hijau serwarna daun bergerak gerak akibat tertiup angin meski sang empunya mendongak menatap bocah yang sepantarannya itu mengangkat dagu sombong.
"Aku dengar dari seseorang, kau menyukai ku ?" Katsuki bertanya dengan tatapan jelas menyatakan tak suka dan jijik.
Bukan cacian yang ia keluarkan, atau amarahan, bukannya juga balasan fisik. Melainkan senyum yang dipaksa kuat -untuk menyembunyikan fakta bahwa ia sangat takut saat ini.
"Ka-kacchan begitu keren. Ma-maka dari itu-"
"Berhenti memanggilku seperti itu!" Bentaknya kesal. 'Kenapa ? Kenapa bocah ini tak berhenti memanggilku dengan nama menjijikkan itu!' Batin Katsuki benar benar heran. "Aku tidak akrab denganmu!"
Ia mengambil langkah mendahului Midoriya Izuku yang masih terduduk di tanah, iya nama laki laki berbintik yang malang itu adalah Midoriya Izuku. Ia segera bergegas mengejar Kacchan-nya.
Setiap Izuku mengambil langkah lebar Katsuki akan mengambil langkah dua kali lebih cepat dari Izuku, bahkan tak lama kemudian ia langsung berlari ketika Izuku mencoba meraih tangannya. Tanpa ia ketahui Izuku terjatuh karena tak sengaja memijak tali sepatunya sendiri.
Bakugou Katsuki bodoh amat, dan tidak perduli meski ia tahu bahwa Izuku terjatuh akibat ulahnya sendiri.
Ia bahkan tidak pernah kembali, bahkan sekedar untuk prihatin ataupun menolong Izuku. Izuku hanya bisa melihat punggung Katsuki yang semakin menjauh dari pandangan hingga punggung itu menghilang di sebalik gang.
Ia mencoba bangkit menggunakan kedua tangannya yang sedikit gemetar. Ia dapat melihat kedua lututnya yang tergores dan berdarah. Kedua telapak tangan yang menumpu badannya, menjadi kotor. Serta wajahnya yang juga sama kotornya dengan telapak tangannya, bahkan jidatnya memerah.
"Apakah aku benar benar menganggu kehidupan Kacchan ?" Tanyanya sedih. "Kenapa dia sangat tidak menyukai Izuku, Ibu ?"
Ia duduk diam sambil termenung. Mengingat kembali hubungan dirinya dengan Katsuki yang semakin lama semakin memburuk, walau awalnya pun mereka tidak seakrab seperti yang Ibunya dan Ibu Katsuki pikirkan. Padahal sebentar lagi mereka berdua akan tamat sekolah dasar. Seharusnya Katsuki lebih baik padanya, toh siapa tau dia tidak akan ketemu dengan Izuku lagi ketika sekolah menengah pertama.
-
"Ibu!" Panggil Izuku mendadak. Berlari dari ruang tv menuju ke arah Inko yang baru saja sudah mencuci peralatan makan malam mereka di dapur.
"Iya ?" Inko mengelapkan tangannya yang basah. Lalu jongkok, menyamaratakan tinggi badannya dengan anak semata wayangnya.
"Aku ingin masuk sekolah menengah pertama di dekat daerah xx!" Ucapnya dengan semangat.