3.

56 6 0
                                    

"Bisakah kita mulai kerja kelompok sastra hari ini ?" Tanya Izuku sudah lelah dengan jadwal kesibukan Shoto yang bahkan begitu sesak.

"Hari ini aku ada les bahasa Spanyol, dan biola."

"Lagi ? Bagaimana dengan lusa ?"

"Ada les Matematika, dan latihan karate."

"Kau benar benar tidak memiliki waktu luang ya, Todoroki-kun. Tugas ini akan di kumpul hari Jum'at. Kita hanya memiliki dua waktu itu," Jeda Izuku menimbang nimbang apa yang harus ia lakukan.

"Bagi tugas saja." Balas Shoto dengan entengnya.

"Begitu kah ? Baiklah kalau begitu yang terbaik." Ucap Izuku kecewa tapi dia berusaha untuk nada terdengar biasa saja.

"Hn."

"Kenapa kau memiliki begitu banyak kegiatan seperti itu ? Apa kau tidak lelah ?" Tanya Izuku dengan nada prihatin. Sangat banyak penasaran.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Bahkan di hari Minggu pun kau akan pergi ke Gereja, dan setelah itu melanjutkan studi berkebun. Padahal kau hanya anak SMP kelas satu. Sama seperti ku,"

"Entahlah Midoriya. Kadang aku lelah dengan semua ini, aku iri melihat teman sekelasku memiliki waktu luang yang begitu banyak yang bisa di habiskan dengan bermacam kegiatan menyenangkan seperti bermain video game online bersama. Aku ingin merasakan sensasi pergi ke game center juga." Ungkap Shoto pada akhirnya memperlihatkan ekspresi untuk pertama kalinya di hadapan Izuku, sosok itu memperlihatkan sorot sedih dan gusar.

_

Ungkapan Shoto pada saat itu begitu tergiang giang di kepala Izuku. Begitu besar kah beban yang di sampirkan ke pundak Shoto ? Dengan umur segitu dia harus menghadapi begitu banyak les privat, kegiatan sejenisnya tanpa ada rehat sejenak ?

Izuku bangkit dari ranjangnya dan segera mengetik tugas itu oleh dirinya sendiri. Jika teman sekelompoknya tidak bisa membantunya, maka itu bukan menjadi batu penghambat untuknya dalam mengerjakan tugas.

Jari tangannya terus menari hingga melampaui batas jam tidurnya. Dengan mata lelah yang bahkan bisa terkatup saat itu juga terus ia paksa terbuka menatap layar komputer. Izuku terus mengetik dan mengetik. Dentuman jam dinding kamarnya bagaikan suara penyemangatnya untuk menyelesaikan tugas.

Beruntung Ibunya telah menghadiahkan dirinya printer pribadi dengan harga murah meriah sebagai kado ulang tahunnya tahun lalu. Izuku selalu bersyukur mengingat saat itu. Berkat itu ia tidak perlu repot repot jalan ke warnet saat jam dua dini hari seperti saat ini.

"Akhirnya sudah juga! Hoaaam!" Izuku langsung terjatuh di atas meja belajarnya karena benar benar kelelahan. Ia tidak punya stamina lagi hanya sekedar pindah ke kasur tidurnya.

Sebelum pukul 6 pagi pun Izuku terbangun karena alarm yang ia pasang sendiri, ia sengaja tidak memasang pada pukul yang sama pada biasanya. Karena ia harus mengecek ulang agar menghindari kecerobohan yang fatal serta typo yang bertebaran. Matanya saja yang sudah tidak sanggup lagi ia paksa buka untuk membaca ulang sambil terkantuk kantuk.

"Sepertinya ini sudah jauh lebih baik dari dugaanku. Waktunya mandi," Ungkapnya dengan nada lelah setelah menghela nafas panjang.

_

Shoto membuka bekal yang ia bawa hari ini. Ia selalu membawa bekal setiap hari kecuali hari Minggu, tentu saja. Bukan karena ia anak ibu, tapi dia menghindar antrian panjang di kantin yang begitu menyesakan. Belum lagi beberapa siswi yang mencuri kesempatan untuk menganggunya dan bertingkah seperti wartawan.

"Bekal buatan kak Fuyu begitu standar dan banyak sayuran. Seperti biasa," Gumam Shoto dengan nada memuji padahal kalau di tilik kalimatnya begitu mencela.

Kunyahnya terhenti ketika tumpukan kertas yang sudah di susun rapi dan di jepit dengan penjepit kertas, di taruh di atas mejanya. Bocah lelaki itu mendongak menatap Izuku yang telah berdiri di depan mejanya.

"Aku telah mengetik materi kelompok kita. Kau bisa menganalisanya, jika ada yang salah beritahu aku sebelum balik sekolah sehingga aku bisa mengeprint ulang sekaligus menjilidnya." Ucap Izuku dengan nada lelah kentara sekali. Muka yang begitu pucat dan kantong mata panda di sana.

"Kau bergadang semalaman?" Tanya Shoto setelah menelan makanannya yang sudah cukup lama menjedanya.

Awalnya Izuku ingin mengangguk tapi ia menggeleng kepalanya cepat. Ia tak mau membuat teman satu kelompoknya khawatir. Lalu menampilkan senyum yang di paksakan.

"Tak apa."

Shoto tidak bertanya lebih lanjut membuat Izuku tanpa sadar menghela nafas lega. Ia menerima kertas itu, lalu menyimpannya dalam laci. "Aku akan segera membacanya segera setelah selesai memakan bekalku."

Izuku mengangguk mengerti. "Maaf menganggu jam makan siangmu."

Baru hendak pergi, Shoto dengan cepat menahan tangannya.

"Ada ap-"

Omongan Izuku terpotong ketika Shoto memberikan sekotak minuman rasa kacang ijo.

"Ambilah. Aku yakin kau membutuhkan ini dari padaku. Maaf kalau itu bekasku. Tapi itu masih banyak. Jadi tenang saja,"

Izuku mengangguk, dan menerimanya tanpa banyak protes. Tenaganya masih belum cukup untuk sekedar mengomel.

_

"Hei, Midoriya-san. Ini pesanan mu, maaf menunggu." Seru Iida berjalan masuk sambil meletakan dua roti yakisoba di atas meja Izuku.

"Terima kasih banyak, Iida san." Ketika Izuku memberikan uang lebih dari harga kedua roti itu, Iida menolaknya.

"Tidak apa apa, itu aku yang belikan. Tenang saja, kau tidak perlu menggantinya. Kau terlihat tidak begitu sehat hari ini. Cepat sembuh ya!" Seru Iida sebelum pergi ke bangkunya.

"Terima kasih!" Seru Izuku berkaca kaca sambil meminum minuman kotak pemberian Shoto. Ia tidak perlu khawatir sekarang, dengan bahagia Izuku menghabiskan semuanya. Rezeki emang tidak akan kemana mana!

_

"Kau akan pulang ?" Tanya Shoto telah menyerahkan lembaran kerja mereka.

"Iya, aku ingin pulang cepat dan segera beristirahat." Ucap Izuku sambil menyimpan kembali lembaran kerja mereka.

"Boleh minta Id Line mu ? Aku ingin meminta soft copy dari perkejaanmu untuk kelompok kita."

Izuku mengerjab beberapa kali matanya setelah akhirnya tertawa gugup. "Ah ya tentu saja. Boleh." Tangannya menyodorkan ponsel lipatnya ke Shoto.

"Kau tidak mengganti ponsel dengan model yang baru."

"Itu pertanyaan atau pernyataan? Tidak ada nada tanya sama sekali Todoroki-ku."

Setelah menyimpan kontak Izuku di dalam ponselnya, Shoto segera mengembalikan ponselnya terlebih dahulu dan baru bersuara, "Lupakan. Aku pulang dulu."

"Iya. Hati hati Todoroki Kun."

_

Izuku berangkat ke sekolah dengan penampilan yang kembali ceria seperti biasa, ia tidur begitu pulas pada keesokan harinya dan bahkan ia tidur lebih awal demi melepas lelah. Waktu tak terasa berjalan begitu cepat hingga melewati dua hari tanpa terasa.

Ketika ia baru mendudukkan bokong di atas kursi, Shoto segera menyambut kedatangan untuk pertama kalinya meski dengan awalan ;

"Midoriya, apa kau membawa tugas kita ?"

"Iya, tentu- are ? Kemana tugas itu perginya ?" Izuku kaget bukan kepalang, tidak menemukan.

Mampus sudah. Dimana tugas itu berada ?

"Midoriya-san?"

"Se-sebentar Todoroki Kun!" Ucap Izuku panik setengah mati. Ya ampun ia begitu ceroboh. Padahal dari kemarin kemarin ia mewanti wanti dirinya sendiri agar tidak ceroboh, dan lupa.

Mampus!

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LylacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang