"Helmi, makan dulu."
"Iya bentar."
———
Bulan sedang bersinar, hadirnya ditemani oleh bintang bintang yang bertabur abstrak di langit. Menemani kesendirian bulan, agar bumi bisa tetap sedikit lebih terang.
Rasya mengelus pelan perutnya, merasa lapar. Menuju dapur apartemen nya, manatap apa bahan yang tersisa disana. Ternyata, hanya ada telur dan beberapa rempah rempah. Menatap tidak minat, beralih menuju kulkas.
Dibukanya tempat pendingin itu, kulkasnya terlihat rapih tetapi kosong. Bersih, hanya ada minuman dingin seperti soda, cola, dan air biasa. Sisanya, permen. Ah, waktunya belanja bulanan pikirnya.
Karna sudah malam hari, mungkin besok saja. Malam ini, ia berpikir untuk membeli makanan fastfood saja, cacing di perutnya sudah demo minta untuk di isi. Berpikir sejenak, memilih keluar atau menggunakan jasa online.
Akhirnya, ia memutuskan untuk keluar, mumpung besok libur dan tidak ada tugas yang menghambat. Jadi, bersiap dan menyahut ponsel juga kunci mobil miliknya. Berjalan keluar apartemen, menuju lift.
Tepat saat lift terbuka, wajah dan perawakan Helmi serta Jafar ada disana. Hah, untung bertemu disini.
"Mau kemana lo?" tanya Jafar, keluar dari lift bersamaan dengan Helmi. Melihat Rasya yang pastinya sudah siap untuk keluar, dengan kunci mobil yang ada di tangan kirinya.
"Nyari makan." jawab Rasya, sungguh perutnya saat ini sudah mulai perih karna terlambat makan.
"Daritadi belom makan?" tanya Helmi, menangkap raut tidak enak Rasya. Sang empu hanya mengangguk, kembali memegangi perutnya.
"Kenapa chat gue di grup ga lo bales, tau gitu tadi sekalian gue bawain." omel Helmi, lalu tangan nya menyahut kunci mobil Rasya. Dan segera menekan tombol lift di sampingnya, untuk naik dan terbuka.
"Ga sempet buka hp, udah laper banget." jawab Rasya lemas, sekaligus cemas penyakit maag nya kambuh.
"Obat lo, ga lo bawa? Jaga jaga aja." tawan Jafar, disambung gelengan Rasya. Menurutnya masih cukup waktu bila mereka mengunjungi tempat makan fastfood.
Lift terbuka, mereka berdua kembali masuk. Kenapa berdua? Karna Jafar memilih diam di apartemen Rasya. Mereka janjian ke apartemen Rasya, dan Nala biasa paling lama. Jadi, kasian jika Nala datang dan tak ada orang sama sekali.
Setelah sampai basement, Helmi mengenggam tangan Rasya untuk diajak sedikit lari ke mobilnya. Mobil Rasya, maksudnya. Lalu bergegas pergi, menemukan restoran fastfood yang ada.
"Udah mulai perih?" tanya Helmi khawatir, matanya sesekali menoleh ke arah Rasya yang terlihat sangat tidak nyaman. Sembari fokus dengan jalanan didepan, menemukan satu restoran fastfood kesukaan Rasya.
"Iya, drive thru aja Hel. Makan di apart, bawain Nala sama Jafar." suruh Rasya, disetujui oleh Helmi.
———
"Helmi, makan dulu." tegur Rasya, melihat Helmi yang sangat sibuk dan asyik dengan ponselnya, sedangkan ia, Nala, dan juga Jafar sudah hampir menghabiskan makanan yang ada.
"Iya bentar." jawaban yang sama, sudah dua kali. Rasya menghela nafas.
Setelah dirinya selesai dengan makanannya, mencuci tangan dan membereskan miliknya sendiri. Rasya merampas ponsel Helmi, pemilik hampir saja mengeluarkan protes. Sebelum bertatapan dengan manik tajam Rasya.
Sungguh seram, batin nya. Lalu menyentuh makanan yang sempat dia abaikan. "DIH KOK NYOMOT PUNYA GUE ?!" teriak Helmi tidak terima, karna ayam miliknya hilang satu.
"Lama sih lo." sambar Jafar, meminum soda.
"Apaan curang banget!" protes Helmi, merasa tidak adil. Kesel, ayam bagian favorit yang dia simpan malah diambil Jafar.
"Makan noh hp lo." sahut Nala sinis, menyadari tadi Helmi sangat sibuk dengan ponselnya.
"Sabar dong, lagi mepet anak baru." balas Helmi, yang akhirnya pasrah memakan ayamnya. Rasya yang tadi menyimak pertengkaran kecil, menyodorkan satu ayam yang langsung membuat mata Helmi berbinar.
"Wah, lo emang yang paling gue sayang sih Sya." puji Helmi. Rasya sempat melihat, ayam Helmi dicuri diam diam oleh Jafar. Tau, akan terjadi keributan. Dia menyimpan ayam miliknya sendiri.
Ponsel Helmi berada di saku celana nya bagian kiri, dan saku celana yang dia kenakan kali ini agak sedikit lebih dalam. Rasya memutuskan duduk, dan menonton tv. Melihat kartun, karna tidak ada acara tv yang menarik.
"Udah SMA, tontonan kaya bocah SD." julid Jafar, merebut remote yang Rasya pegang.
"Imut dong gue." sahut Rasya canda.
"Banget, pengen gue cium." tambah Nala, yang langsung menghampiri Rasya. Menempel disebelahnya, bersandar pada pundaknya.
"Awas lo, gue tandain." ancam Helmi, membereskan sisa makanannya dan membuka kulkas Rasya. Kosong, tertegun.
"Sya, lo besok kosong ga?" tanya Helmi dari kulkas, menenggak sekaleng cola. Berjalan ke arah teman teman nya, duduk diantara mereka semua.
Mau duduk dekat Rasya, sudah di isi oleh Nala.
"Kenapa?" tanya Rasya balik.
"Belanja bulanan. Kulkas lo kosong." jawab Helmi acuh, mengambil stick ps yang satu lagi. Bermain bersama Jafar, dengan Nala dan Rasya sebagai penonton.
"Buset, udah kaya pasutri aja. Tapi kalo lo berdua, pasusu sih." sahut Jafar, mendengar percakapan dua anak adam itu.
"Pasusu apaan?" tanya Nala, otak nya kadang tidak menangkap atau telat menangkap maksud dari percakapan.
"Pasangan suami suami, kan Helmi sama Rasya cowok." jawab Jafar lagi, menjelaskan.
Iya, mereka berdua laki kaki. Lucu, tidak akan mungkin jadi pasangan bukan? Apalagi di Indonesia, yang terlalu dan sangat tabu akan hal berbeda semacam ini.
"Iya, gue besok emang mau belanja bulanan." putus Rasya mengalihkan topik, yang sebenarnya tidak terlalu teralihkan.
"Oke, gue temenin." final Helmi, lalu sibuk bermain bersama Jafar.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret.
FanfictionMemang benar apa yang orang lain bilang, bahwa penyesalan selalu datang di akhir. Kalau di awal, ya namanya pendaftaran. Helmi yang berfikir, selalu ada kesempatan kedua untuk setiap manusia yang melakukan kesalahan. Tapi bagi Rasya, kesempatan ked...